Selasa, 22 Desember 2009

Hakikat al-Hallaj

Hakikat al-Hallaj

Assalamu alaikum wr wb
Bismillah hirRohman nir Rohim

Syaikh Naqsybandi menulis sangat bagus tentang Al-Hallaj, demikian juga
Mawlana Rumi dengan bahasa puisi yang sangat sederhana, berikut dibawah ini.

Rumi Bicara Tentang Al-Hallaj

Al Hallaj
ketika manusia dikuasai setan, hilanglah sifat kemanusiaan apapun yg
dikatakan, adalah kata2 setan. Jika setan saja mampu menguasai manusia, maka
Allah Sang Maha Pencipta adalah Maha Penguasa maka jika Ia merasuk dalam hati
manusia maka jasad telah sirna, hanya tinggal eksistensiNya. kemudian kata2 Al-
Hallaj adalah kata2Nya semata.

ketika cinta Hallaj mencapaiNya, maka dia menjadi musuh jasad dan nafsu
aku telah sirna, akulah Al-Haq, artinya jasadku telah sirna hanya Allah yang
ada
inilah batas kerendahan hati manusia, puncak pencapaian kehambaan cintaNya
aku telah fana, kemudian fana, kata-kata ku adalah menjelmaNya

ketika Firaun berkata "Akulah Tuhan" maka celakalah ia
ketika Al-Hallaj berkata "Akulah Tuhan" maka selamatlah ia.....

...manakala seorang terjatuh dalam lautan dan kau berkata "keluarlah.." dengan
riang ia berkata, "akulah lautan...tak usah pedulikan aku...."

arief hamdani, mencari tahu hakikat Al-Hallaj 2003
posted by mevlanasufi @ 10:36 PM

( maka yang perlu dilihat hakikatnya ketika firaun yang sombong dan tak pernah
mengakui Allah, dia mengatakan akulah Tuhan maka nerakalah tempatnya, ini
berbeda dengan kemabukan al-Hallaj, yang diakui pada masanya sebagai orang yang
terpelihara ibadahnya demi Allah semata, ketika dia merasa masih bereksistensi
maka sesungguhnya masih ada kesombongan tetapi ketika ia mengaku dirinya
hanyalah ilusi, tak ada, tak exist, nothing, maka ini dalah bukti penghambaan
yang sempurna )


Mawlana Syaikh Bahaudin Naqshbandi bicara tentang Al-Hallaj

Ketika terjadi perbincangan antara Mawlana Bahaudin Naqsybandi dan Syaikh
Salah.
“Segera setelah beliau membacakan bait tersebut, terlintas dalam benakku bahwa
beliau merujuk pada hubungan antara Iman dan penyerahan diri pada Kehendak
Ilahi.

Syaikh Bahaudin Naqsybandi menoleh kepadaku, tertawa dan berkata, ‘Apakah
engkau tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Hallaj? “Aku menolak agama Allah,
dan penolakan itu adalah wajib bagiku meskipun tampak menyeramkan bagi
kebanyakan Muslim”

“Wahai Syaikh Salah, apa yang terlintas dalam benakmu, bahwa hubungan itu
adalah dengan Iman dan Islam, bukanlah hal yang penting. Yang penting adalah
Iman Sejati, dan Iman Sejati bagi Orang yang Benar adalah membuat hatinya
menyangkal apapun selain Allah. Itulah yang membuat Hallaj berkata, “Aku
menyangkal agama-Mu dan penyangkalan itu adalah wajib bagiku, meskipun tampak
menyeramkan bagi Muslim”

“ Hatinya Hallaj tidak menginginkan yang lain kecuali Allah. ‘Tentu saja
Hallaj tidak menyangkal Imannya dalam Islam, tetapi beliau menekankan bahwa
hatinya hanya terkait kepada Allah saja. Jika Hallaj tidak menerima segala
sesuatu selain Allah, bagaimana mungkin orang mengatakan bahwa sebenarnya beliau
menyangkal agama Allah ? Pernyataannya tentang realitas Kesaksiannya mencakup
segalanya dan membuat kesaksian Muslim yang awam menjadi mainan anak-anak”

Syah Naqsyband berkata, ‘Hamba-hamba Allah tidak bangga dengan apa yang mereka
lakukan, mereka melakukannya karena cinta kepada Allah semata”
“Rabi’a al-‘Adawiyya berkata, “Ya Allah, Aku tidak beribadah untuk mencari
balasan Surga-Mu, tidak pula karena takut akan siksa-Mu, tetapi Aku menyembah-Mu
hanya untuk Cinta-Mu.’ Jika ibadahmu untuk menyelamatkan dirimu sendiri atau
untuk mendapat balasan tertentu bagi dirimu sendiri, maka itu adalah syirik yang
tersembunyi, karena engkau telah menyekutukan Allah baik dengan pahala maupun
azab. Inilah yang dimaksud oleh Hallaj”

Wa min Allah at Tawfiq, Bihurmati Habib al-Fatihah

wassalam,
arief hamdani 2003
( dalam pencarian hakikat al-Hallaj dengan merujuk pada dua sufi besar pecinta
Mawlana Jalaludin Rumi pendiri Tariqah Mawliyah, Mevlevi dan Mawlana Bahaudin
Naqsybandi pendiri Tariqah Naqsybandiyah.)

Masalah Tasawuf ini banyak muncul kepermukaan saat Ibnu Taymiyah berdialog
dengan Ibn Athailah Sakandari (Penulis Kitab Al-Hikam yang merupakan Buku
Panduan Tasawuf yang sangat Legendaris), postingan pernah saya emailkan ke
milist ini. Makin mencuat semasa Muhammad Abdul Wahab dari Najd Saudi, sementara
bapaknya sendiri Abdul Wahab dan kakaknya Sulayman bin Abdul Wahab malah
sangat mendukung Tasawuf dan menentang Muhammad bin Abdul Wahab.

Tetapi saat ini perkembangan Faham Wahabi kepada generasi muda sangat cepat,
karena dukungan dana Saudi yang sangat besar melalui buku2 maupun organisasi
islam dan partai. Paham Wahabi dewasa ini sangat bertentangan dengan Tasawuf,
hingga banyak argument penentang Tasawuf berasal dari aliran Wahabi ini yang
baru berjaya selama 70 th terakhir. Sementara selama 1400 th yang lalu Islam
Tradisional, Tasawuf dan Pecinta Rasulullah saw dan Habaib sangat mendominasi
dalam perkembangan Islam melalui Wali Songo, dan wali2 lainnya yang tak diakui
oleh penganut Wahabi.

Dimasa sebelumnya adalah di masa Al-Hallaj dimana Sufi As-Sybli mengatakan
bahwa aku selamat karena kebodohanku dan Al-Hallaj celaka karena kepintarannya.
as Syibli sangat mendukung al-Hallaj dan mengerti hakikat beliau. Inilah arti
daripada dua kantung hadist yang dikatakan Abu Hurairah, aku diberikan
Rasulullah saw dua kantung hadist, satu kantung aku sampaikan kepada kalian,
sementara satu kantung lagi tak kusampaikan, karena kalau aku buka niscaya
kalian akan memenggal kepalaku.


wassalam, ariefd hamdani
www.mevlanasufi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar