Minggu, 20 Desember 2009

ISLAM, IMAN, IHSAN.

Islam, Iman, Ihsan.
Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani ar-Rabbani
Michigan, USA 24 May 2007

  
  A`udzu billahi min asy-syaitaan ir-rajiim
Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim. Nawaytu'l-arba` iin, nawaytu'l-`itikaaf, nawaytu'l-khalwah, nawaytu'l-riyaadhah , nawaytu's-suluuk, nawaytu'l-`uzlah lillahi ta`ala fii hadza'l-masjid
  
  Insya-Allah ...  beberapa patah kata dan kemudian dzikir. Beberapa patah kata, jika kau suka. Dia menanyakan sebuah perrtanyaan sebelum aku memintanya ketika semua orang disana. Dr. Anwar bertanya kepada Mawlana Syaikh Hisyam,  "Berapakah umur anda ketika pertama kali bertemu dengan Shaykh Nazim?". "Berapa yang kau inginkan aku katakan? Menurutmu berapa?," jawab Syaikh Hisyam

Setiap tempat saat kau membuat niat Nawaitu Arbain..dst ini ketika kau sedang duduk dan mengingat Allah swt, maka ketika kalian pikir bahwa seakan-akan rumah itu sebuah mushalla atau sebuah masjid, maka kemudian itu akan diubah menjadi seperti itu, karena Allah akan mengubahnya dari sebuah rumah menjadi sebuah tempat beribadah. Kini tempat ini dipakai sebagai tempat ibadah, sehingga itu berpahala. Ketika kau shalat dalam sebuah masjid atau berjamaah kemudian kau diberi pahala lebih dibandingkan kau shalat seorang diri. Jadi, kini berubah menjadi sebuah mushalla, selama kita mempunyai niat itu maka Allah akan memanifestasikan tajalli-tajalli ibadah atas tempat itu.
  
  Seperti ketika Sayyida Maryam, dia bukanlah seorang Nabi tapi tempatnya menjadi sebuah tempat suci karena shalat dan ibadahnya. Bayangkan jika kalian memasukkan hati/qalbumu ke sebuah tempat ibadah, atau jika kalian memasukkan hati/qalbu ke sebuah mushalla. Apa yang terjadi? Kita katakan ini sebuah rumah dan inilah sebuat tempat yang kita datangi dan duduk dan mengingat Allah dan Nabi-Nya dan kita mengucap Nawaytu'l-arba` iin, nawaytu'l-`itikaaf, nawaytu'l-khalwah, nawaytu'l-riyaadah, nawaytu's-suluuk, nawaytu'l-`uzlah lillahi ta`ala fii hadza'l-masjid. "Dalam masjid ini."
  
  Pastinya tempat itu akan berubah menjadi sebuah masjid. Jika hati diubah menjadi sebuah masjid dengan menjadikan tempat tersebut sebagai tempat mengingat Allah, lalu kita akan dibawah naungan manifestasi hadist Sang Nabi, " maa wasi`anii sama'ii wa laa ardhi wa laakin wasi`annii qalbi `abdii al-mu'min –baik surga mau pun bumi tidak bisa menampung-Ku, sebagaimana Allah tidak bisa ditampung, kecuali hati/qalbu orang-orang yang beriman kepada-Ku."
  
  Surga dan bumi jelaslah tidak bisa menampung Sang Pencipta. Tapi Allah berfirman, Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi." [An Nuur [24]:35]  Allah swt akan menjadikan hati/qalbumu sebagai sebuah wadah yang dapat menerima manifestas-manifestasi ini. Seperti sebuah penerima gelombang saat ini jika kalian ingin membuatnya lebih ilmiah, maka Hati/qalbu akan menjadi seperti sebuah piringan satelit yang mengirim informasi ke penerima gelombang ( receiver) dan akan merekam saluran-saluran ini.
  
  Kemudian setiap saat kalian membukanya maka saluran-saluran itu akan muncul. Kalian pikir jika kalian memutar hati atau qalbumu mak tidak bisa menangkap saluran-saluran yang beliau kirimkan. Dalam hadits qudsi dikatakan, "kalau saluran-saluran surgawi yang Allah swt kirimkan ke qalbu orang-orang beriman dapat diamati; maka kalian dapat mendengarnya, dapat melihatnya dan dapat merasakannya".
  
  Tapi apa yang kalian butuhkan? Kalian membutuhkan sebuah TV. Dimanakah TV itu? TV adalah suatu alat dimana semua saluran ilahiayh ini bisa diproyeksikan. Dimanakah mereka harus diproyeksikan kepada kita agar bisa melihat mereka? Secara ilmiah? Di TV. Jadi, TV adalah otak. Ketika qalbu menerima dan memutuskan, dan niat muncul, otak segera melaksanakan, otak memberi perintah ke sistim syaraf ke setiap bagian tubuh sesuai fungsinya.  Inilah bagaimana fungsi Awliya Allah para Saints. Sayyidina 'Umar ra berteriak dari Madinah kepada jenderalnya di Syam (Damascus),  "Lihat dibalik  gunung itu." Sariyya mendengar teriakan Umar ra tapi tidak melihat Sayyidina 'Umar. Sayyidina 'Umar ra melihat dan mendengar  pasukannya yang sedang berperang di wilayah yang jaug dari Madinah, tetapi karena beliau menggunakan TV-nya dengan sangat baik maka beliau bisa melihat danmemberi peringatan
  
  Kepada kaum Mu'min, Allah memberikan mereka pusaka para Sahaabat. Bagi muslim dibutuhkan beberapa perkembangan spiritual kita agar bisa memperoleh tingkat imaan. Kita masih berada didasar; kita masih dalam tingkat dasar, yaitu mengerjakan 5 rukun Islam. Padahal sesunggunya kita harus melampaui imaan dan Ihsan. Mengapa kita tidak pergi ke tingkat-tingkat itu, padahal tingkat itu merupakan tingkat-tingkat yang sangat penting.
  Seperti seorang anak yang bernagkat ke sekolah, belajar di kelas 1,2,3, lalu 4,5,6 SD lalu berubah menjadi murid SMP kemudian SMA. Kemudian Universitas dan menjadi dokter.
  
  Saat ini kita masih ditaman kanak-kanak tetapi kita meminta untuk melihat apa yang Awliya/Para Wali atau Saints lihat. Itulah masalah pada setiap masa, dalam setiap periode zaman. Mengapa mereka menentang Sang Nabi Muhammad salallahu alyhi wasalam. Mengapa suku beliau, suku Quraysh menentang beliau saw. Mereka bahkan tidak berada ditaman kanak-kanak; mereka tidak ada ditingkat manapun. Mereka liar seperti binatang, maka bagaimana mereka bisa percaya pesan surgawi ketika mereka tidak melihat apa pun.
  
  Tetapi ada sedikit manusia yang Allah telah bukakan kepada mereka cahayaNYA. Siapakah yang pertama menerima Islam dari kalangan mereka? Sayyidina Abu Bakr ra dan Sayyidina 'Ali ra. Dan dari kaum wanita adalah istri beliau Sayyidina Khadija ra. Dan dari sanalah semua dibangun. Ini tidak lebih lama dari masa taman kanak-kanak. Itulah mengapa Sang Nabi (saw) berkata "Sahabatku bagaikan bintang-bintang dikegelapan malam." Dalam setiap masa, ada banyak orang yang tidak bisa melihat, karena mereka berada di tingkat-tingkat rendah, mereka tidak bisa melihat melampaui hal itu. Mereka tidak bisa menerimanya dalam pikiran mereka.
  
  Mari kita ucapkan  bersama bahwa kita masih berada di tingkat paling rendah itu atau beberapa berada ditingkat sekolah menengah dan Dr. Anwar yang berbicara kepada kita mengenai qalbu manusia. Dia merupakan seorang ahli jantung; dia dapat bicara tanpa henti hingga pagi hari mengenai jantung manusia. Tapi bagi kita yang berada dalam sekolah menengah tidak mengerti dan memahami apa yang dia katakan.  
  
  Kini kebanyakan manusia mereka sepert itu , mereka masih berenang ditepi pantai dari 5 kewajiban Syariat. Sementara Maqaam al-imaan adalah Samudera. Pada sisi lain, maqaam al-Islam hanyalah sebuah pantai. Dan disisi lain laut lepasa adalah Maqaam al-Ihsan. Jadi itulah apa yang agama-agama jelaskan sebagai 3 sisi berlainan. Itu artinya setiap orang yang mencapai maqaam al-imaan dan maqaam al-Ihsan akan mulai untuk menerima pengetahuan luar biasa, yaitu pengetahuan surgawi.
  
  Sebagaimana Sang Nabi (saw) ucapkan, A`udzu billahi min `alimin bil-lisan jahlan bil qalb . "Aku mencari perlindungan kepada Allah dari seorang ulama yang berilmu di lidahnya tapi tidak berpengetahuan dalam qalbu." Ulama seperti ini adalah Ulama yang jahuula fil qalb yang Hati dan qalbunya kering, benar-benar tidak berpengetahuan disana serta tidak ada cahaya, dia hanya mengingat beberapa kata. Dia berkata-kata yang baik tapi membawa orang ke arah yang salah. Itulah sebuah penjelasan tentang seorang  munaafiq.
  
  Ada orang-orang yang berbicara begitu baik secara Islami tapi mereka tidak melaksanakan apa yang mereka ucapkan. Mereka bukanlah seseorang yang memaksa kepada munaafiq tapi mereka tidak bertingkah laku seperti apa yang mereka katakan untuk dilakukan. Jadi inilah masalah antara kaum Muslim saat ini bahwa  kita tidak membangun dari dalam diri kita sendiri dahulu. Kita melihat jam kita tapi tidak ada baterai didalamnya. Seperti seseorang dengan janggut yang bagus, mata berwarna tapi tidak ada cahaya bagai, sebuah jam mati yang baterainya butuh untuk di charge. Semua dari kita, baterainya mulai melemah dan melemah dan melemah, tanpa di charge. Itulah mengapa tafakkur atau mencharge baterai iman ini penting, sebagaimana Sang Nabi (saw) sebutkan dan ketika beliau meneruskan kepada Sayyidina Abu Hurayrah dan Sayyidina ibn Abbas dan Sayyidina Abu Bakr. Beliau meminta mereka "Apa yang kalian pikirkan tentang ayat Al Qur'an, "Alladziina yadzkuruuna Allaha qiyaamaw wa qu`uudaw wa
`alaa junuubihim wa yatafakkaruuna fii khalqis samaawati wal ardhi rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka fa qinaa `adzaaban naar".
  
  Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ali 'Imran [3]:191]
  
  Beliau Muhammad saw meminta mereka "Apa yang kalian pikirkan tentang ayat ini. Barang siapa yang mengingat dan menyebutkan Allah saat berdiri, duduk dan berbaring. Barang siapa yang berada dalam keadaan seperti itu dalam setiap kesempatan pada kehidupan mereka, tidak hanya mengingat tafakur dalam setengah jam, walau pun itu baik, tapi setengah jam merupakan waktu yang sangat sedikit karena ada sebagian orang yang mengingat sepanjang waktu.
  
  Beliau saw berkata kepada Sayyidina Abu Hurayrah ra,"kau akan diberi pahala ibadah satu bulan dengan bertafakur selama satu jam." Kemudian beliau berkata kepada ibn `Abbas, caramu bertafakur sebanding dengan  pahala ibadah selama satu tahun." Kemudian beliau saw memberitahukan Abu Bakr ash-Shiddiq ra bahwa "caramu bertafakur adalah sebanding dengan ibadah 70 tahun."  
  
  Ketika Nabi Muhammad saw bertanya kepada Sayyidina Abu Hurayrah ra bagaimana caramu mengngat Allah, maka ding dijawab, "Aku memuji Allah atas Kebesaran-Nya –alam semesta amatlah besar." Beliau (saw) berkata "cara mengingatmu seperti ini adalah setara ibadah selama satu bulan. Beliau (saw) bertanya kepada Sayyidina ibn Abbas. Dia (r.a) menjawab, "Ketika aku mulai memikirkan ayat itu aku mulai melihat Ke-Esa-an Allah pada setiap bintang, dibulan, dimatahari, di susunan bintang." Aku melihat Kebesaran Allah disana dan dia berbicara tentang hal-hal kecil dengan detil. Beliau (saw) berkata "itu bentuk mengingat setara satu tahun." Kemudian beliau bertanya kepada Sayyidina Abu Bakr (r.a), dan dijawab, "Aku menjadi benar-benar takut kepada Sang Maha Esa yang menciptakan semua bintang ini, bahwa akulah satu-satunya yang melakukan dosa, aku takut melakukan dosa dan aku merasa kehilangan kalau aku tidak melakukan apa yang Allah ingin aku lakukan. Meski pun Allah menyebutnya
ash-Shiddiq  tetapi Abu Bakar ra adalah orang yang sangat rendah hati dan tawadu.
  
  Abu bakar ra kemudian melanjutkan, "Bagaimana bisa aku datang dan punya kekuatan untuk datang dan melakukan dosa yang melanggar Kehendak Allah? Aku merasa tidak enak pada diriku sendiri, aku merasa sangat buruk terhadap semua Ummah. Jadi, aku berkata "Ya Allah biarkan api neraka datang kepadaku dan biarkan yang lain tidak tersentuh api neraka". Maka setelah Abu Bakar ra berkata demikian, Rasulullah kemudian mengucapkan "Itulah tafakur dengan pahala setara 70 tahun beribadah."
  
  Saat ini kita menghabiskan seluruh hidup kita dalam ibadah, tetapi kita lupa untuk bertafakur atau mengingat segala diri kita dan mengingat kebesaran Allah swt. Kita tidak bisa hanya melakukan 5 rukun Islam tetapi kita melaupakan untuk bertafakur, meskipun hanya sejam saja, tetapi bisa saja hal itu merupakan ibadah yang setara dengan 70 tahun ibadah. Itulah mengapa saat ini kita kehilangan.
  
  Orang-orang baru non muslim datang kemarin ketika saya memberikan sebuah ceramah dalam masjid. Mereka datang, dan saya terkejut dan dalam hatiku selalu berkata dan masih berkata dan akan terus berkata, bahwa orang-orang yang bertobat jauh lebih baik dari diri kita, karena tobat adalah sebuah tanda kalau Allah mencintai mereka dan membimbing mereka ke hidayahNYA dan mereka disana jauh lebih baik dari kita.
  
  Ketika saya berceramah seperti itu dan mereka non muslim mendengarkannya. Kemudian sesudahnya dua orang dari mereka datang menangis kepadaku. Mereka berkata kami orang-orang jahat dan kami tidak cukup baik berbuat. Saya sangat terkejut melihat mereka berkeluh kesah seperti itu melawan diri mereka sendiri. Mereka berpikir dengan sebuah cara yang tidak pernah terlintas dalam pikiran kita, saya berumur 65 tahun dan saya tidak pernah berpikir seperti itu. Mereka pikir diri mereka buruk dan mereka kemudian pindah ke Islam. Mereka tidak pernah meninggalkan satu shalat pun. Itulah kenapa kita tidak bisa menghakimi semua orang yang tidak seiman dengan kita. Tinggalkan semua orang kepada Allah swt, Allah akan menghakimi semua orang dengan cara yang Dia sukai. Dan lihatlah mereka yang baru masuk islam itu bahkan jauh lebih baik dari kita semua yang telah islam semenjak lahir.
  
  Dr. Anwar bertanya sebuah pertanyaan: "pada umur berapa anda kenal Shaykh Nazim?"
  Pertama saya kenal beliau ketika saya berumur sekitar 11 tahun, dan pamanku adalah pemimpin urusan keagamaan di Lebanon dan dia biasanya shalat dzuhur dan 'ashar di sebuah masjid besar di Beirut. Dan satu hari aku bersama saudara laki-lakiku shalat dibelakangnya dan seorang syaikh muda datang berjanggut hitam dan duduk dan berdo'a. Aku tidak mengenalnya. Ketika beliau selesai beliau melihat kakak laki-lakiku yang saat itu berusia sekitar 22 dan beliau menyebutkan namanya dan beliau melihat ke saudara laki-lakiku yang lain, dan beliau menyebutkan namanya dan beliau melihatku dan menyebutkan namaku dan berkata, "Syaikhku memanggilmu menghadapnya. "
  
  Beliau menyebutkan nama-nama kami dan beliau tidak tahu itu tapi bagi kakak laki-laki dan kami sendiri dan itu suatu keajaiban, karomah, yang menghubungkan kami ke syaikh beliau, Grandshaykh kami. Dan aku berusia 12 tahun saat mengunjungi Grandshaykh ketika kami pergi ke Damaskus. Dari waktu itu hingga kini. 50 tahun hingga 2007, Lima puluh tahun aku mengenal Mawlana Shaykh Nazim dan aku mengenal Grandshaykh Abdullah Faiz almarhum.
  
  Dan selama 50 tahun ini Mawlana Syaikh Nazim telah membawa non muslim menjadi Islam. Lebih dari 100 ribu orang dan sebagaian besar dari orang-orang Mualaf itu kemudian membawa lagi teman-teman mereka yang non muslim menjadi Islam, bahkan mereka mempunyai banyak murid Muslim. Itulah lingkungan dimana aku tumbuh besar dan Alhamdulillah kami meraih apa yang kami raih sekarang ini dan kami berharap bahwa Allah swt akan menyempurnakan kami semua dan menyembuhkan kita semua penyakit-penyakit fisik dan spiritual.
  
  Sebagaimana disebutkan ada penyakit fisik dan ada penyakit spiritual. Ada 500 perintah yang Allah perintahkan kita untuk kita kerjakan dan ada 800 larangan yang dilarang untuk dikerjakan. Maka kini ada 800 yang dilarang Allah yang menyebabkan ada 800 penyakit dan setiap penyakit adalah penyakit utama, bukan sesuatu yang kecil. Setiap larangan adalah seperti sebuah penyakit fisik utama.
  
  Aku pernah mendengarnya berkali-kali dari Grandshaykh Abdullah bahwa Allah swt dan Nabi saw, lebih bahagia ketika kalian berhenti melakukan satu dosa. Jika kalian banyak melakukan shalat nafil atau salat sunah dibanding dengan kalian berhenti melakukan satu dosa  maka lebih berpahala dibandingkan seluruh shalat nafl-mu. Karena itu sangatlah sulit bagi kalian untuk menghentikan dirimu dari melakukan dosa tapi sangatlah mudah untuk melakukan ibadah2 shalat.
  
  Pada masa Bayazid al-Bistami qs, yaitu sekitar 1.000 tahun yang lalu. Ini sebuah cerita yang terkenal. Ada seorang pemabuk disebuah dusun dalam kota dimana beliau tinggal. Disana tidak ada panen dan makanan dan kau mendapati semua anak-anak sekarat karena kelaparan seperti di Afrika sekarang ini. Jadi inilah hadist Sayyidina Muhammad (saw) ketika ada musim kemarau lakukan Shalaat al-istasqaa –shalat untuk mendatangkan hujan. Biasanya mereka lakukan dibanyak negara inilah Sunnah Sang Nabi (saw).
  
  Mereka kemudian memanggil Bayazid al-Bistami untuk melaksanakan Shalaat al-istasqaa. Pada masa itu Bayazid Bistami qs sedang duduk khalwah menyendiri dalam sebuah sumur, dan beliau tidak mau diganggu dengan apapun. Mereka datang kepada beliau dan bertanya, "Kami tahu kaulah seseorang yang alim diantara kami, dapatkah anda melakukan Shalaat al-istasqaa untuk menurunkan hujan." Kemudian beliau menjawab, "Tinggalkan aku sendiri, aku sibuk."
  
  Mereka berkata, "Anda sibuk dengan apa? Anda berada dalam sumur." Aba Yazid qs sibuk mengingat Allah swt. Mereka tidak mengerti apa yang beliau ucapkan sehingga mereka datang dilain waktu. Jadi beliau berkata, "Ya, aku akan berdo'a tapi aku butuh seseorang untuk mengucap 'amiin'. Jadi siapa yang akan berkata amiin?" Mereka menjawab, "Kami semua dapat berkata  'amiin'."
  
  [Beliau berkata] "Tidak, aku butuh seseorang yang dapat menyakinkan aku kalau dia tidak pernah melakukan satu dosa pun dalam hidupnya." Dimana mereka dapat mencari orang itu? Mungkin seorang yang baru bertobat, segera mengucap syahadat dan mereka membawa kepadanya.  Mereka mencari, mereka mencari dan mereka mencari. Akhirnya seorang bapak tua berkata, "Ok, aku akan datang." Bapak itu mempunyai satu mata dan mata lainnya buta. Dia berkata, "Aku akan datang denganmu."
  
Dia datang ke "kubur", sumur dan dia berkata, " Ya Abayazid aku disini untuk mengucap 'amiin'."  Beliau menjawab. "Siapakah kamu yang ingin mengucap 'amiin'? Aku membutuhkan seseorang yang tidak pernah melakukan hal salah dalam hidupnya."
  Karena kita melakukan dosa dan kemudian bertaubat dan kemudian bertaubat dan lalu melakukan dosa lagi. Kau tidak bisa berkata, "Aku tidak melakukan dosa." Hanya Sang Nabi (saw) [tidak mempunya dosa]. Ini tidak mungkin. Hanya para nabi. Yang lainnya, mereka melakukan dosa. Jadi, ketika laki-laki itu datang dan berkata, "Aku dapat berkata 'amiin'." Beliau bertanya, "Apakah kau yakin tidak melakukan hal yang salah?" Dia menjawab, "Aku sudah bertaubat."
  
  Beliau bertanya, "Kesalahan apakah yang telah engkau lakukan?" Orang tua itu menjawab, "Aku pernah melakukan satu kali tapi setelahnya aku bertaubat." Beliau bertanya, "Apakah itu?" Dia menjawab, "Satu hari aku akan pergi ke masjid, sebagaimana aku biasa pergi ke masjid,"Ya Abayazid. Aku sedang berjalan dan tiba-tiba mataku, kau tahu rumah didesa satu rumah disini, satu rumah disana. Tidak seperti saat ini dan sesuatu hal menarik mataku untuk melihat ke salah satu rumah petani dan aku melihat pakaian sedang dijemur. Mataku, nafsuku pergi lebih jauh lagi dan aku melihat pakaian dalam seorang wanita. Aku tahu aku melakukan hal yang salah. Aku kembali ke rumah, aku membawa sebuah obeng; aku masukkan ke dalam api sampai menjadi sangat panas dan kemudian aku masukkan ke dalam mataku. Itulah mengapa aku jadi  setengah buta."
  
Beliau berkata, "Kau bertindak benar [untuk itu], mari kesini dan ucapkan   'amiin'." Jadi Sayyidina Bayazid mengucapkan do'a dan orang itu meng-'amiin' nya dan itulah cerita yang sesungguhnya dan menyebabkan turunnya hujan. Waktu itu tahun 1978, aku bersama Mawlana Shaykh Nazim berhaji. Dan kami berkeliling, bukan itu bukan pada saat haji, tapi itu umrah   dan beliau bersama kami di Jeddah. Kami pergi pada hari Jum'at, ini hanya berjarak 80 km dari rumah kami, kami pergi  Makkah dan melaksanakan umrah, thawaaf pertama, thawaaf kedua, thawaaf ketiga dan kami tiba di Bab al-Multazam dan Mawlana Shaykh Nazim berhenti. Beliau menengadah dan berkata, "Ya Rabbii, kami semua datang kesini, dan kami membutuhkan berkah dan rahmat-Mu. Hujani kami sehingga kami dapat memperoleh rahmat dan berkah dalam Ka'bah."
  
  Beliau berdo'a selama 5 menit, "Ya Allah, kirimi para malaikat [hujan]-Mu demi kepentingan Sang Nabi."  Disana tidak ada hujan, langit berwarna biru cerah. Beliau menyelesaikan do'a beliau dan kami meneruskan thawaaf keempat. Segera kami menyelesaikan thawaaf keempat dan mendung dan hujan turun, dan ini terkenal dalam sejarah Arab Saudi sekarang pada waktu itu air naik hingga ke pinggang. Mobil-mobil! Tidak ada mobil dijalan-jalan. Ketika seorang waliullah akan memohon dan Allah akan mengabulkan.
  
  Allah menyabutkan dalam Al Qur'an Suci: Mina al-muminiina rijaalun sadaquu ma `ahaduu Allaha `alayhi.  Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. [Al Ahzab [33]:23] Mereka adalah orang-orang yang menepati Janji dengan Tuhan mereka. Dan mereka tidak pernah mengingkarinya dan beberapa berhasil dan beberapa masih menunggu. Kita memohon kepada Allah mengirimkan Rahmat-Nya atas kita dan kita adalah hamba-hamba yang membutuhkan pertolongan; dan hamba-hamba penuh dosa , semoga Allah mengampuni kita.
  
  Wa min Allah at Tawfiq
  
  wasalam, arief hamdani
www.mevlanasufi.blogspot.com
( Dapatkan berbagai artikel sufi yang sangat memikat, penuh kedalaman rahasia dalam web ini. Silahkan sebarkan pesan2 ini keberbagai milist yang anda ikuti, Insya Allah barakah )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar