Senin, 28 Desember 2009

Jangan Biarkan Mata Hatimu Buta


Ketahuilah wahai para salikin! Giat usaha dan ikhtiar seiring ambisi tuk meraih rezeki yang telah dijanjikan-Nya adalah tanda orang yang bersifat tamak dan serakah. Mengabaikan usaha dan ikhtiar disegala sektor adalah kesombongan yang meliputi makhluk terlaknat. Ragam amal ibadah yang dijadikan untuk merayu Q agar disegerakan permohonan dan keinginannya ialah ciri hamba yang kurang percaya pada ketetapan dan janji Q. Berpaling dari munajat, doa dan amal ibadah serta usaha dan ikhtiar adalah sifat hamba yang frustrasi serta buta mata hati alias tak mampu melihat kehendak-Nya (irodatullah).
IJTIHAADUKA FIIMAA DHUMINA LAKAA WATAQSHIIRUKA FIMAA THULIBA MINKA DALIILUN ‘ALA INTHIMAASIL BASHIIRATI MINKA.


“Kerajinanmu tuk mencapai suatu yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, di samping keteledoranmu terhadap kewajiban-kewajiban yang telah diamanatkan kepadamu, membuktikan buta mata hati-mu”.

Ketahuilah wahai para salikin! Giat usaha dan ikhtiar seiring ambisi tuk meraih rezeki yang telah dijanjikan-Nya adalah tanda orang yang bersifat tamak dan serakah. Mengabaikan usaha dan ikhtiar disegala sektor adalah kesombongan yang meliputi makhluk terlaknat. Ragam amal ibadah yang dijadikan untuk merayu Allah agar disegerakan permohonan dan keinginannya ialah ciri hamba yang kurang percaya pada ketetapan dan janji Allah. Berpaling dari munajat, doa dan amal ibadah serta usaha dan ikhtiar adalah sifat hamba yang frustrasi serta buta mata hati alias tak mampu melihat kehendak-Nya (irodatullah).

Pada kajian terdahulu telah dibahas bahwa rezeki itu telah ditetapkan oleh Allah. Setiap manusia pasti akan mendapatkan rezekinya. Maka tak perlu ada kekhawatiran tak tercukupi rezekinya, seperti mereka yang bersungguh-sungguh mencari rezeki untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan mengabaikan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya.

Semangat tuk meningkatkan kualitas hidup jasmaniah adalah suatu himmah yang terpuji. Tetapi lebih terpuji lagi jika kualitas hidup ruhaniahnya sudah teruji.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”. (QS. Al Qashash ayat 77)

Berkaitan dengan masalah ini, kami menganjurkan kepada para salikin untuk istiqomah pada pijakan yang telah Allah tetapkan untukmu, juga bersabar dengan sesuatu yang telah dijanjikan-Nya. Sebab berpaling dari sesuatu yang dikehendaki Allah, akan memadamkan cahaya hati dan sekaligus dapat membutakan bashirotul qolbi.

Allah menganugerahkan rezeki lahiriah, yang menjadi piranti perjalanan hidup hamba di muka bumi. Ini adalah rezeki yang telah disediakan Allah untuk para hamba-Nya. Sampai rezeki di pangkuan seorang hamba, tentunya melalui alur sebab-musabab usaha dan ikhtiar. Maka itu, tak satupun makhluk yang tidak menerima rezeki dari Allah. Bahkan banyak binatang yang tidak dapat membawa dan mengurus rezekinya sendiri. Dalam hal ini, Allah tidak menuntut imbalan dari semua makhluk-Nya, melainkan bagi seorang hamba harus berpijak pada titian kewajiban yang menjadi tanggungannya. Karena yang dituntut dari seorang hamba, ialah amal ibadah yang sempurna untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Perwujudan ibadah yang sempurna bagi seorang hamba, harus bersandar pada hati yang diliputi tauhid mukasyafah (orang yang terbuka). Hal ini tak akan terjadi, kecuali dengan hidayah Allah. Maka itu, hidayah adalah anugerah Allah yang dipancarkan ke lubuk hati hamba-Nya.

Oleh karena itu, harus mengetahui keadaanmu sebagai seorang hamba yang menerima ketetapan-Nya (sunatullah) atau beban hukum dari Allah (taklif), juga harus berusaha dan berikhtiar yang sesuai dengan kehendak Allah. Dalam kaitan ini, harus bersikap dan bersifat tawakkal, sabar dan tetap di shirothol mustaqim (jalan yang benar) yang telah digariskan Allah serta dicontohkan oleh Rasul-Nya.

Yang menuntut dan protes kepada Tuhannya, adalah orang yang keluar dari kodrat kehambaannya. Sebab tak tahu telah dicukupkan segala kebutuhan hidupnya. Inilah orang yang buta mata hatinya!

Allah meletakkan mata hati (bashirotul qolbi) di dalam hati hamba-hamba-Nya sebagai nur (pelita) untuk mengetahui kehendak-Nya. Dengan mengetahui irodatullah, seorang hamba dapat menentukan sikap berpijak yang bijak melukis titian akhlak bersifat qona’ah dan tawakkal. Ihwal ini membias dari lubuk hati hamba yang telah membasuh wajah hati dengan air “pemantau” (muroqobah), juga telah dibersihkan dari aghyar (kecemburuan). Sebab jika karatan aghyar tetap melekat di hati, akan menjalar berinfeksi kebimbangan hati (isytighol) pada selain Allah (dunia).

Maka itu, hendaknya bersungguh-sungguh menuju kehadirat-Nya serta melazimkan muroqobah seiring dengan riyadhoh dan mujahadah, pun tak luput harus bermunajat yang sesuai dengan kehendak-Nya tuk mendapat anugerah (minnah) Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar