Selasa, 22 Desember 2009

Kesepakatan Dalam Mengasuh Anak.

Kesepakatan Dalam Mengasuh Anak.
Hajjah Naziha Adil al-Haqqani

BismillahirRohman nirRohim

Tanya : Ibu Hajjah, meskipun saya seorang yang berpendidikan dan sebelumnya
berpenghasilan tinggi, namun ketika saya mempunyai anak, saya memutuskan untuk
berhenti bekerja dan mengasuh mereka di rumah. Kami mempunyai dua anak dan
sedang mengandung lagi saat ini. Masalah saya adalah ; suami dan saya tidak
sepakat dalam hal pengasuhan anak.

Misalnya ketika saya mengajari mereka disiplin, namun saat suami saya pulang
dia mengatakan pada anak-anak hal-hal yang sangat berlawanan denagn disiplin
yang saya ajarkan pada anak-anak sehingga membuat saya tampak tidak baik di
hadapan mereka. Ketika saya mencoba mendiskusikan masalah ini padanya, suami
saya tertawa dan mengabaikan kekhawatiran saya. Saya sangat frustasi dengan
tingkahnya dan sanagt sedikit sekali rasa hormat dia pada saya. Bisakah Anda
memberi nasihat

Jawaban Hj. Naziha Adil :
Sebuah hadist mengatakan : “ Surga di telapak kaki ibu.” Hadist lain
mengingatkan kita bahwa yang pertama kali dihormati adalah ibu, ibu, ibu dan
kemudian baru ayah. Ada baiknya bagi suami Anda untuk tidak meremehkan dan
menertawakan anda, karena hal itu ibarat mempermalukan ibu atau saudara
perempuannya sendiri. Apalagi anda adalah ibu dari anak-anaknya. Jika dia
menertawakan anda di depan mereka, maka yang terjadi adalah hilangnya rasa
hormat anak kepada ibunya. Ini juga memberi pesan yang buruk bahwa anda tidak
berkompeten dalam mengasuh mereka.

Jika suami Anda melihat sesuatu yang tidak dia setujui, lebih baik anda berdua
membicarakannya namun bukan di depan anak-anak. Apa yang dirasakan suami anda
bila seseorang mempermalukannya di hadapan orang-orang yang dia pimpin? Ibu
adalah orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya bersama anak-anak, maka
dialah yang utama dalam mendisiplinkan mereka. Untuk itu, suami anda dan
seluruh anggota keluarga termasuk ipar-ipar seharusnya menghormati dan mendukung
peran anda dalam tugas ini.

Anak-anak mungkin terbiasa lari pada ayah atau kakek-neneknya untuk
mengeluhkan perbuatan-perbuatan ibunya. Mereka seharusnya tidak menyambut baik
kebiasaan ini. Bahkan seharusnya, tugas ayah untuk mendorong anak-anak - bahwa
andalah yang berwenang di dalam rumah, dimana anak-anak harus mendengar apa kata
Anda. Anda dan suami adalah mitra. Suami Anda bekerja di luar rumah dan Anda
tinggal di rumah, setiap pekerjaan adalah untuk mendukung kehidupan keluarga
yang lebih baik. Bagaimana dia menanggapi peran Anda adalah masalah saling
menghormati dan tidak seharusnya diambil alih pelan-pelan. Melanjutkan ketidak
hormatan itu adalah potensi untuk menghancurkan pernikahan. Semoga Allah
memberkahi Anda dan suami dengan kearifan dan kemauan untuk duduk berdiskusi
guna menyelesaikan masalah ini.

Wa min Allah at Tawfiq
wassalam,arief hamdani
www.mevlanasufi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar