Selasa, 29 Desember 2009

Khutbah Jumat



Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani q
2 Januari 2004, Masjid al-Iman



[Mawlana menangis]

Wahai Muslim, Wahai orang-orang yang beriman!

Allah SWT jika Dia menunjukkan pada kita betapa Dia mencintai Rasul-Nya dan ummat dari Rasul-Nya, segala sesuatu akan berubah dalam hidup kita. Segalanya akan berbeda. Bayangkan seseorang, ketika dia mempunyai kesempatan untuk dicintai. Betapa pentingnya kesempatan untuk dicintai itu dalam kehidupan kita. Bayangkan bila seseorang, baik pria maupun wanita memberikan apa yang Allah SWT inginkan dari mereka dan mereka menjaganya—mereka menjaga jalan Islam dan jalan cinta agar mereka hidup dengan damai—betapa berharganya hal itu bagi hati kita.

Perubahan yang menimpa ummat sekarang ini sungguh berada di luar jangkauan. Sulit sekali melukiskannya, dan mungkin untuk pertama kalinya Saya berdiri (menyampaikan khutbah) dalam Shalat Jumat dengan tangis yang keluar dari mata saya. Karena begitu banyak perubahan akan terjadi. Begitu banyak penderitaan akan terjadi dan kita harus mampu melindungi diri kita sendiri, melindungi negri dan melindungi orang-orang di mana Allah SWT telah melimpahkan rahmat kepada mereka selama hidup di dunia. Kita tidak tahu bagaimana dengan akhirat, apa yang akan Allah SWT berikan kepada hamba-hamba-Nya.

Betapa sayangnya bagi hati setiap orang, ketika orang-orang yang saling mencintai tetapi kemudian tiba-tiba sesuatu berubah. Jika itu yang menjadi kasus di dunia, orang-orang tadi yang mencintai orang tua mereka, mereka yang mencintai anak-anaknya, mereka yang mencintai istri-istrinya, tetapi kemudian tiba-tiba terjadi sesuatu dan salah seorang dari mereka pergi atau salah satu dari mereka menempuh jalan ini atau itu, berapa banyak perpisahan yang kita alami sekarang? Berapa banyak yang patah hati? Berapa banyak anak yang kehilangan? Berapa banyak orang tua yang kehilangan? Berapa banyak yang kehilangan orang-orang yang dicintainya dan ini semua untuk apa? Hanya untuk sebagian kecil dunia yang kita kejar.

[Mawlana terisak]

Ketika Sayyidina Musa AS merasa bahwa dia mencintai ummatnya dan dia dicintai oleh Tuhannya, dia bertanya kepada-Nya, “Ya Allah SWT! Seberapa berharganya Aku bagi-Mu?” Serupa dengan itu, kita sebagai manusia, kita mendatangi satu sama lain, mencintai satu sama lain, kemudian tiba-tiba, salah seorang atau yang lainnya mulai bertanya dan terjadilah perpisahan. Dan cinta itu pun menjadi retak. Seberapa sulitnya hal itu? Menurut kalian, berapa banyak ketika Allah SWT memberi jawaban kepada Sayyidina Musa AS, pada saat dia bertanya kepada-Nya, “Ya Rabbii?...”

Dalam penjelasan Ibnu `Abbas ra. dinyatakan bahwa, Ya Musa (AS)innii astafaytuka ala an-naasi bi-risaalaatii wa bi-kalaamii fa Khuzh maa ataytuka wa kun min asy-syaakiriin – “Allah SWTberfirman, ‘Ya Musa (AS)! Aku telah memilih (melebihkan) kamu dari manusia lain, untuk membawa Risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, oleh karena itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” [7:144] Wahai Musa (AS), Aku telah memilihmu untuk membawa Risalah-Ku dan untuk membawanya ke manapun yang kamu sukai serta agar kamu bersyukur.

Sekarang berapa banyak orang yang merasa bahwa mereka mempunyai pesan untuk disampaikan; menerima pesan dari Allah SWT dan menyampaikannya kepada orang-orang, pesan yang penuh dengan muatan cinta dan kedamaian, pesan yang ingin disampaikan oleh Sayyidina Muhammad SAW. Mereka merasa bahwa itu berada dalam hati mereka dan mereka merasa bahwa tugas merekalah untuk menyebarkannya. Dan Allah SWT berfirman, wa kun min asy-syaakiriin, bersamalah dengan orang-orang yang bersyukur; maknanya, “Itu bukan berasal dari apa yang kamu lakukan; itu bukan berasal dari jerih payahmu, melainkan Aku memilihmu.”

Banyak orang yang tidak dipilih untuk melakukan hal itu. Mereka berpikir bahwa itu berasal dari diri mereka. Mereka mengkritik dan mengeluh. Mereka pergi ke masjid tetapi mereka tidak bersyukur. Tetapi orang-orang yang membawanya dan mengetahui bahwa hal itu datang kepada mereka karena berasal dari kecintaan mereka kepada Sayyidina Muhammad SAW dan cinta mereka kepada pemandu mereka (guru-guru mereka), serta cinta mereka kepada lingkungan mereka, mereka akan menyampaikannya dengan tulus dan tidak menyampaikannya dengan sembarang cara yang dapat membahayakan seseorang di lingkungannya.

Namun sayangnya itu yang tidak kita lihat sekarang ini.

Dan Allah SWT ingin mengajarkan Sayyidina Musa AS suatu pelajaran dan melalui Sayyidina Musa AS pelajaran itu sampai kepada kita. Dan itu adalah, “Tanpa Aku, apa yang Aku lakukan adalah apa yang Aku lakukan. Kamu tidak dapat melakukannya. Jika Aku mencintai seseorang maka apa yang Aku letakkan pada orang itu, kamu tidak dapat mengubahnya. Wahai Musa AS, jangan berpikir bahwa ketika Aku memilihmu dan mengutusmu dengan Risalah-Ku serta memintamu untuk bersyukur kepada-Ku—adalah agar engkau bangga dengan hal itu. Tidak, itu adalah karunia-Ku kepadamu sebagai seorang Muslim.

Wangi yang harum ini, bunga-bunga yang indah ini, aroma yang semerbak ini yang Aku hiaskan pada dirimu bukan berasal dari dirimu, semua itu berasal dari Diriku. Demikianlah firman Allah SWT kepada Sayyidina Musa AS.

Tetapi itu tidak cukup. Kamu memerlukan jalan yang panjang. Karena jika Aku tidak mendukungmu, kamu tidak akan berhasil. Meskipun Aku mendukungmu wahai Musa AS, janganlah kamu bangga hati dengan mengajukan pertanyaan itu pada-Ku.

Apa yang Musa AS tanyakan, “Hal khalqta khalqan akram minnii? Apakah Engkau menciptakan makhluk yang lebih Engkau cintai daripada diriku?”

Allah SWT ridha dengan apa yang dilakukan Musa AS. Allah SWT memerintahkannya untuk membawa Risalah-Nya dan untuk menyebarkannya.

Sekarang dia mulai berpikir bagaimana aku bisa mendekati Allah SWT; dia berpikir bahwa dia telah melakukan sesuatu, pekerjaan yang benar? Jadi dia harus bertanya dan dia berkata, “Wahai Allah SWT apakah Engkau menciptakan seseorang yang labih baik daripada diriku. Engkau telah memilihku dan mengutusku ke Bukit Sinai untuk bangkit dan menghancurkan Fir`aun.

Alam 'alimta anna muhammadan akram min jami` khalqii. Allah SWT berfirman, “Apakah kamu tidak melihat bahwa Sayyidina Muhammad SWT adalah lebih baik dari seluruh ciptaan-Ku? Apakah kamu menyadari hal itu. Jika kamu tidak mengetahuinya, maka ketahuilah sekarang. Aku telah melihat ke dalam hati hamba-hamba-Ku—dan Allah SWT tidak perlu melihatnya, Dia Maha Mengtahui hati semua hamba-Nya—Aku tidak melihat seseorang yang lebih rendah hati dibandingkan dengannya.” Maa ajidu qalban tawaada` min qalbih.

Bagaimana menurut kalian, ketika kalian melihat suatu komunitas di mana ada seorang guru, pembimbing mereka, guru itu membimbing mereka, dan seberapa senangnya kalian ketika melihat murid-murid kalian melaksanakan apa yang kalian inginkan dari mereka?

Seberapa senangnya Allah SWT terhadap Sayyidina Muhammad AS dan Dia meridhainya melebihi ridhanya kepada `Isa AS, Musa AS dan Ibrahim AS. Jika kita tidak mengekspresikan kesenangan semacam itu, sebagaimana Allah SWT telah mengekspresikannya dengan berbicara [sebagaimana yang Dia katakan] kepada Sayyidina Musa AS, orang macam apa kita ini? Untuk menjadi bagian dari sistem, administrasi, untuk menjadi bagian dari politik, untuk menjadi bagian dari surat kabar. Allah SWT, Allah SWT, kalian akan mati dan meninggalkan segalanya.

Lebih baik arahkan muka kita ke arah qiblah dan katakan bahwa, itu adalah firman Allah SWT: Wahai Musa AS, Aku memilihmu dan Aku memintamu untuk membawa Risalah-Ku dan Aku telah meminta dan memilihmu untuk membawa Risalah-Ku untuk satu hal, mendeklarasikan Tauhid dan cinta kepada Muhammad SAW.

Jika kalian sebagai seorang guru, ayah atau ibu, ketika kalian memilih sesuatu untuk pasanganmu, kalian harus tahu bahwa kalian memilih yang terbaik baginya dan cinta itu yang kalian miliki dalam hatimu baginya. Allah SWT berfirman kepada Sayyidina Musa AS, Aku mengatakan pesan itu padamu untuk Sayyidina Muhammad SAW. Jangan merasa malu. Letakkanlah pesan itu di setiap panel di dunia ini, letakkanlah di media dan di televisi. Katakanlah untuk mencintai Sayyidina Muhammad SAW dan bahwa mereka yang mengikutinya akan dicintai, tanpa peperangan, damai.

Seperti inilah bagaimana Muslim yang tulus dan penuh kedamaian menyebarkan Islam melalui Afrika, Asia, Afrika Utara, Asia Tengah, India dan Amerika.

Ketika seseorang kalian sukai dan kalian cintai, kalian memberinya kesempatan, meyakinkan bahwa mereka akan memanfaatkan kesempatan itu karena kalian mencintainya dan mereka mencintai kalian. Jika cinta itu tidak ada, tak ada yang akan berkembang di planet ini. Cinta adalah aspek kehidupan yang paling penting.

[menangis...]

Dan itu adalah karakter dari Nabi Muhammad SAW.

Musa AS berkata, “Aku paham mengenai diriku, tetapi bagaimana dengan ummatku? Apakah ada ummat yang lebih baik dari ummatku? Engkau telah mengirimkan kami bayangan dari matahari di gurun dan Engkau memberi kami manna dan salwah—buah-buahan dari Surga.

Fa qaala ta`ala: alam `alimta anna fadl ummata Muhammadin ala sa'ir al-umam kafadlii `ala jami'i al-khalq? Allah SWT berfirman, Apakah engkau tidak mengetahui bahwa kebesaran dari ummat Muhammad SAW adalah seperti Kebesaran-Ku atas seluruh makhluk.” Sebagaimana Jumat adalah yang terbaik di antara hari-hari dalam seminggu, dan sebagaimana Hari Arafat adalah lebih baik daripada hari-hari lainnya dalam setahun dan sebagaimana hari lahirnya Sayyidina Muhammad SAW adalah lebih baik daripada seluruh hari, begitu pula ummat dari Sayyidina Muhammad SAW dibandingkan dengan seluruh ummat lainnya.

Dan Sayyidina Musa AS berkata, afa araahum –Dapatkah aku melihat mereka? Allah SWT berfirman, “Tidak, tetapi Aku akan membiarkan kamu mendengar suara mereka.” Dan Allah SWT berfirman, “Wahai ummat Muhammad SAW, jawablah Aku.”

[Mawlana menangis]

Segera setelah mereka berkata bahwa mereka mendengar, bahwa mereka berbicara dalam satu suara, “Labayk Allaahumma labayka laa syariika laka labayk. Inna'l-hamda wa'n-ni'mata laka wa'l-mulk. labayk wa sa`daayk, wal-mulku bayna yadayk.” Mereka menjawab dalam satu suara sebagaimana yang mereka lakukan di `Arafat dalam kesatuan, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT, w'atasimu bi-habl'illahi jami'yyan wa laa tafaraquu. “Berpegang teguh kepada tali Allah SWTdan tidak bercerai-berai.”

Allah SWT tidak menyukai perceraian. Perceraian adalah sulit. Berapa banyak awliya menderita secara emosional ketika mereka tidak sanggup berada dalam kehadiran fisik bersama Rasulullah SAW. Dan berapa banyak awliya yang begitu terhormat dengan memiliki kehadiran fisik dari Rasulullah SAW dan kehadiran spiritual dari Rasulullah SAW?

Wahai Muslim dan Wahai orang-orang yang beriman. Kita memasuki era yang baru. Dan era ini sangat berat bagi kita semua. Jagalah agar hatimu tetap terhubung dengan Allah SWT. Jagalah agar cintamu tetap terarah kepada Allah SWT, kepada Nabi-Nya, kepada Islam dan kepada mereka yang telah berusaha sebaik-baiknya untuk mengangkat nama Islam tinggi-tinggi dengan sebuah perkataan yang baik dan dengan nasihat yang baik. Semoga Allah SWT mengampuni kita dan semoga Allah SWT mendukung kita, semoga Allah SWT memberkati kita.

Wa min Allah at tawfiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar