Selasa, 22 Desember 2009

MANUSIA SUNGGUH SANGAT BUTUH KEPADA ALLAH




Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary :

"Sifat butuhmu itu, bagimu merupakan kelaziman yang pasti. Sedangkan sebab-sebab yang datang merupakan pengingat bagimu terhadap apa yang tersembunyi dari sifat aslimu. Sifat butuh yang substansial itu tidak pernah dihilangkan oleh faktor-faktor baru yang menghadang."

Manusia memiliki sifat asli yang lazim, yaitu sifat butuh yang amat sangat. Sifat ini tidak bisa dihilangkan sama sekali selamanya. Namun manusia seringkali alpa dengan sifat aslinya yang sesungguhnya amatlah tak berdaya itu.
Kemudian Allah mengingatkannya dengan faktor-faktor penyebab, agar ia menyadari, semisal adanya kecukupan, kefakiran, kemuliaan, kehinaan, kekuatan dan kelemahan, serta seluruh sifat yang yang menyadarkan akan sifat butuhnya pada Allah Ta’ala.
Jadi faktor penyebab itulah yang mestinya diharapkan justru mendukungnya, sehingga ketika mendapat ni’mat ia bersyukur, ketika mendapat cobaan ia bersabar dan ridlo, lalu terjadi interaksi rasa butuh dan fakirnya.
Selanjutnya beliau menegaskan :
"Baik-baik waktumu adalah waktu dimana kamu menyaksikan di dalamnya adanya wujud butuhmu kepada Allah, dan mengembalikan pada dirimu bahwa engkau penuh dengan kesalahan."
Nafsu manusia lebih senang mengaku-aku bahwa dirinya adalah yang mampu, bisa berbuat, kuat dan merasa cukup. Padahal semua itu justru rekayasa dan spontanitas nafsu yang menghalangi kebajikan dan taqarrub.
Fir’aun sampai menegaskan dirinya, "Akulah Tuhanmu yang luhur…", semata karena Fir’aun memanjakan nafsunya sampai ia mengklaim seluruh usahanya, kekuatannya, kekuasaannya sebagai upaya murni dirinya. Ini semua gara-gara Fir’aun sepanjang usianya tak pernah sakit kepala atau demam, hingga ia mengaku sebagai Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar