Senin, 21 Desember 2009

MAULID Nabi Sallallahu alaihi Wassalam



MAULID Nabi Sallallahu 'alaihi Wassalam
www.mevlanasufi.blogspot.com


Apakah kata2 sahabat-sahabat dan tabi'in-tabi'in tentang amalan-amalan Maulid
ini. Untuk itu kita lihat di dalam kitab An Nikmatul Kubro 'Alal'Alami yang
ditulis oleh Al Imam 'Alim Al 'Alamah Shabuddin Ahmad ibnu Hajar Al Haitami Asy
Syafie pada muka surat 7, Telah berkata Sayidina Abu Bakar As Siddiq,
Barangsiapa membelanjakan satu dirham atas membaca Maulidin Nabi SAW, adalah dia
sahabatku di dalam Syurga."

Saiyidina Umar r.a. pula berkata, "Barangsiapa membesar-besarkan Maulidin Nabi
SAW maka sesungguhnya dia menghidupkan Islam."

Saiyidina Usman r.a. menyebut, "Barangsiapa membelanjakan satu dirham ke atas
Maulidin Nabi maka seolah-olahnya dia telah syahid di dalam peperangan Badardan
Hunain."

Dan Saiyidina Ali k.w. berkata pula, "Barangsiapa membesar-besarkan Maulid
Nabi SAW, adalah iaitu sebagai sebab bagi bacaannya itu, dia tidak akan keluar
daripada dunia ini melainkan dengan iman dan masuk ke syurga tanpa hisab
(perhitungan).

Hassan Al Basri r.a. berkata, "Jikalau adalah bagiku seumpama gunung Uhud
emas, nescaya aku akan membelanjakannya ke atas bacaan Maulid Nabi SAW."
Junaid Al Baghdadi menyebut pula, "Barangsiapa hadir di dalam majlis Maulidin
Nabi SAW dan membesar-besarkan nilainya, maka sesungguhnya ia telah berjaya
dengan iman."

Seterusnya berkata pula Ma'aruf Al Khurkhi, Barangsiapa mendatangkan makanan
bagi tujuan bacaan maulidin Nabi SAW dan mengumpulkan saudara-saudara dan
menghidupkan pelita dan memakai pakaian baru dan berwangi-wangian sebagai
membesarkan bagi Maulidin Nabi SAW itu, Allah SWT membangkitkannya di hari
kiamat, di firqah yang pertama bersama Nabi-Nabi. Dan tempatnya adalah di tempat
yang tertinggi."

Dan telah berkata Fakhruddin Ar Razi, "Barangsiapa yang membaca Maulid Nabi
SAW atas garam, biji-bijian atau sesuatu yang lain melainkan akan zahir padanya
berkat daripada benda itu." Selanjutnya, sesiapa yang memakan makanan tadi, maka
Allah SWT menyempurnakan dan menghilangkan kegelisahan darinya. Dan jika
dibacakan Maulidin Nabi SAW ke atas air, maka sesiapa yang minum air tersebut
telah masuk ke dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, dan telah keluar
daripadanya seribu kesusahan dan penyakit. Dan tidak mati hati itu ketika hari
matinya hati-hati." - Fakhruddin Ar Razi adalah pengarang besar Tafsir Ar Razi.

Al Imam Asy Syafie Rahimahullahu Taala menyatakan, Barangsiapa berkumpul
kerana majlis Maulidin Nabi SAW dengan mendatangkan makanan dan tempat serta
membuat baik dan jadilah sebagai sebab bacaan itu, Allah SWT membangkitkannya
pada hari kiamat kelak berserta para siddiqin dan syuhada, para solehin dan
adalah dia di dalam syurga An Na'im."

As Sariyus Saqatti pula berkata, "Barangsiapa yang berkehendakkan tempat
dibacakan padanya maulidin Nabi SAW maka sesungguhnya dia berkehendak "raudhah"
(taman daripada taman-taman syurga), kerana sesungguhnya, tidaklah dia
berkehendakkan tempat itu melainkan cintanya kepada Nabi SAW."Rasulullah SAW ada
bersabda yang berbunyi ; "Barangsiapa mencintaiku, adalah dia bersama-samaku di
dalam syurga."

Al Fadhil Jalaluddin Abdur Rahman Abu Bakar As Sayuti berkata juga, "Dan telah
bercahaya-cahaya kubur siapa-siapa yang membaca Maulid Nabi SAW." Kitab Al
Wasail Fis Syarhi Syamail juga ada menyebut, "Tidaklah satu tempat dibacakan
Maulid Nabi SAW melainkan dipenuhi oleh para malaikat di tempat itu dan
malaikat-malaikat telah berselawat atas orang-orang yang ada di tempat tersebut.
Dan Allah SWT juga telah memberikan rahmat dan keredhaan-Nya. Dan yang
memberikan cahaya itu ialah malaikat Jibrail,Mikail, Israfil dan Izrael. Maka
sesungguhnya mereka itulah yang menselawatkan ke atas orang-orang yang
membacakan maulid Nabi SAW itu."

Kata Imam As Sayuti lagi, "Tidak adalah daripada muslim itu membaca Maulidin
Nabi SAW itu di dalam rumahnya melainkan Allah SWT angkat kemarau wabak,
kebakaran, karam, kebinasaan, kecelakaan, kebencian, hasad dan pendengaran yang
jahat dan pencuri daripada ahli-ahli rumah itu. Maka apabila mati, Allah SWT
memudahkan ke atasnya menjawab soalan-soalan dari Munkar dan Nakir.

Dan adalah dia ditempatkan di dalam tempat para siddiqin dan di sisi raja-raja
yang berkuasa. Maka barangsiapa hendak membesarkan Maulidin Nabi SAW memadai
akannya dengan kadar ini. Dan barangsiapa tidak membesarkan Maulid Nabi SAW,
jikalau engkau telah memenuhi baginya dunia ini bagi memujinya, maka hatinya
tidak digerakkan untuk mencintai Nabi SAW."

Tidak syak lagi bahawasanya Maulid ini adalah merupakan amalan yang mulia dan
terpuji. Amalan yang bernilai di dunia dan akhirat. Sebab itulah ia menjadi
amalan pewaris-pewaris agama (yakni ulama-ulama) yang benar-benar cintakan Allah
SWT dan Rasulullah SAW.

Jika seseorang membuka diri terhadap hikmah dari segala sisi, sehingga,
Subhanallah, Mawlid Nabi saw adalah sebuah topik untuk dibicarakan pada hari
ini.
Ya, orang itu benar, dan ini mengingatkan kita terhadap sabda Rasulullah ,
ketika beliau berdo’a, “Ya Allah , aku memohon kepada-Mu, anugerahkanlah aku
dengan Cinta-Mu dan cinta dari orang-orang yang Engkau cintai. Ya Allah ,
anugerahkanlah aku dengan perbuatan yang mengantarkan aku kepada Cinta-Mu.”

Memohon kepada Allah untuk membukakan hati kita terhadap Cinta Ilahi-Nya
adalah permohonan yang paling penting yang bisa kita lakukan dalam do’a kita,
karena tidak ada yang bisa menggantikan tempat bagi cinta Rasulullah saw, yang
disebut sebagai Kekasih Allah , yang diciptakan dari saripati cinta, dan sangat
dicintai Allah sehingga seluruh ciptaan-Nya didedikasikan untuknya memohon agar
dianugerahkan Cinta Ilahi. Mengapa? Karena siapa pun yang merasakan cinta itu,
pasti akan memintanya lebih banyak lagi. Siapa yang berhati batu tidak akan
meminta Allah memberikan cinta ini, tetapi orang-orang yang bisa merasakan cinta
itu tahu bahwa itu adalah kunci bagi semua kemajuan spiritual, kunci terhadap
rahmat, keindahan, hikmah, dan kunci bagi semua nikmat yang dapat dianugerahkan
Tuhan kepada hamba-Nya.

Oleh sebab itu Rasulullah mengajarkan setiap manusia apa yang berharga dalam
kehidupan ini. Selanjutnya beliau berdo’a, “dan anugerahkanlah aku dengan cinta
dari orang-orang yang mencintai-Mu.” Level pertama, “Cinta Ilahi”, adalah maqam
para Rasul, kalian tidak bisa melompat dari tangga terbawah menuju tingkat
tertinggi dalam satu langkah. Allah bersifat transendental, kalian bahkan tidak
bisa memulai mengukur sesuatu mengenai Allah tetapi mudah untuk mencintai orang
yang mewakili Cinta-Nya di antara semua ummat manusia, karena bagi kita sangat
lebih mudah untuk mulai mengerti dan mencintai manusia seperti diri kita. Kalian
tidak akan menemukan apa-apa dalam hati mereka, kecuali Cinta Ilahi; oleh sebab
itu mencintai mereka merupakan suatu jalan untuk mendekati Cinta Ilahi.

Terakhir, Rasulullah memohon kecintaan untuk melakukan perbuatan yang dapat
mengantarkannya kepada Cinta Ilahi, perbuatan yang dapat membawa berkah, yang
melembutkan hati kita dan melemahkan sifat serakah dan egois. Ini adalah
perbuatan yang dianjurkan oleh Tuhan kita melalui teladan dari para Rasul-Nya,
perbuatan yang direkomendasikan dalam seluruh Kitab Suci-Nya. Dan, walaupun pada
awalnya keadaan diri kita tidak cocok dengan perbuatan mulia ini, dengan
menyingsingkan lengan kita terhadap apa yang diridhai oleh Allah , Dia akan
memperkuat hati kita.
Ini adalah ketiga tingkatan cinta yang diminta oleh Rasulullah dalam do’anya,
dan hikmah yang terpancar dari do’a ini sudah cukup menjadi bukti ketulusan
Rasulullah Muhammad .

Sementara orang-orang beriman harus selalu memohon cinta itu, Setan selalu
menyatakan perang terhadap niat seperti itu, karena dia tahu bahwa bila cinta
itu telah memasuki hati salah satu budaknya, dia akan kehilangan budak itu,
karena dia tidak dapat menariknya kembali dengan segala kesenangan dunia ini.
Orang yang telah merasakan cinta itu bahkan tidak akan memperhatikan kesenangan
tersebut, atau hanya menganggapnya sebagai satu tetes dalam samudra.

Suatu ketika Nabi Musa as pergi ke Gunung Sinai, beliau melewati sebuah gua
seorang pertapa. Pertapa itu bangkit dan memanggil Nabi Musa, “Wahai Musa,
katakanlah kepada Allah agar aku dianugerahkan Cinta Ilahi-Nya, cukup seberat
sebutir atom saja.” Nabi Musa mengiakannya. Lalu beliau melanjutkan
perjalanannya. Kemudian, ketika Nabi Musa berbicara kepada Tuhannya, beliau
menyampaikan do’a pertapa tadi. Allah menjawabnya, “Aku akan memberikannya Cinta
Ilahi-Ku, tetapi tidak sebesar yang dia minta. Aku hanya akan memberikan satu
bagian terkecil dari sebutir atom cinta itu.”

Ketika Nabi Musa kembali dari gunung, beliau dengan cepat pergi untuk melihat
apa yang terjadi dengan pertapa tadi, untuk mengetahui bagaimana efek dari dosis
terkecil dari Cinta Ilahi yang bisa terjadi pada dirinya. Ketika beliau tiba,
beliau melihat bagian gunung yang menjadi gua itu telah hancur-lebur dan di sana
terdapat sebuah jurang yang sangat dalam. Beliau berteriak, “Wahai hamba Allah ,
apa yang terjadi, di mana kamu?” Lalu Nabi Musa melihat ke dalam jurang dan
melihat pertapa itu duduk di sana seolah-oleh dia berada di dunia lain,
sepenuhnya tenggelam dalam cintanya.

Mengapa pertapa itu meminta seporsi Cinta Ilahi? Karena dia telah melakukan
ibadah, namun tidak merasakan apa-apa, dia merasakan kekosongan dalam hatinya
dan hanya bisa dipenuhi dengan cinta itu. Tanpa cinta, ibadah terasa hambar dan
tidak berguna; oleh sebab itu, kita harus yakin bahwa ibadah kita didirikan di
atas pondasi cinta yang kuat, mengolah cinta itu menjadi dinding dari bangunan
yang menjadi praktek ibadah kita.

Ini lebih dari sekedar analogi, karena bangunan fisik pun terasa hidup dengan
perasaan cinta orang-orang yang membangunnya atau sebaliknya, mati karena
kekerasan hatinya… Oleh sebab itu, bangunan tua seringkali menimbulkan perasaan
tentram karena cinta dan kebaikan dari orang-orang yang membangunnya. Hal ini
khususnya terasa pada masjid atau gereja tua, karena para pendirinya membangun
tempat itu dengan alasan yang sama, yaitu mendapat kecintaan Allah dan dengan
keshalehan yang tulus.

Di masjid-masjid tua sering timbul perasaan Kehadirat Ilahi, tetapi pernahkah
kalian merasakan atmosfer seperti itu di masjid dengan arsitektur modern dan
steril? Tidak, mustahil, kalian hanya akan merasakan padatnya bangunan beton
itu. Mereka telah mengeluarkan cinta dari mortar, bahan paling penting telah
hilang.

Nabi ‘Isa membawa Cinta Ilahi—seluruh Rasul membawa aliran Cinta, tetapi
sebagian besar orang menjauhi mereka… jadi yang menjadi misi orang-orang suci,
seluruh Guru Sufi, jalan surgawi adalah memberikan aliran cinta itu kepada orang
yang memintanya. Dari mana kita harus memulainya untuk mencintai? Setiap orang
mempunyai lingkaran teman, kerabat, dan kenalan. Mulailah dari yang dekat dengan
kita, istri, suami, orang tua, anak-anak, dan saudara, kita harus tulus dalam
memberikan cinta sejati kita.

Kalian dapat meraih Cinta Ilahi melalui istrimu dan dia pun dapat meraihnya
melalui kalian. Karena melalui cintanya kita memohon Cinta sejati dari Allah.
Dan itu adalah ajaran yang paling sempurna bagi manusia, yaitu untuk membuat
hubungan dari cinta itu, lalu lompat menuju Cinta Tuhanmu.

Tuhan telah memberi Cinta Ilahi-Nya kepada semua orang secara umum, tidak
hanya kepada yang muda dan cantik jadi sebarkanlah cintamu kepada setiap orang
sehingga kalian bisa harmonis dengan Kehendak-Nya adalah mudah untuk mengucapkan
“Aku mencintaimu” kepada seseorang, selama orang itu tidak pernah menyakitimu
tetapi itu bukanlah ukuran bagi cinta sejati.

Cinta mengalir melalui bunga, cinta juga mengalir melalui buah. Ketika cinta
mencapai mereka di musim semi mereka mulai berseri. Jadi ketika mereka mengambil
cinta itu, mereka lalu memberi cinta. Itulah sebabnya orang-orang mencari
tumbuhan yang hijau, untuk melihat dan menciumnya. Alam memberi cinta kepada
manusia dan manusia memberi cinta kepada alam. Mereka mengambil cinta ini dari
Yang Menciptakan mereka. Dia memberi Cinta Ilahi-Nya kepada alam, kemudian alam
memberinya kepadamu, dan kalian senang menerimanya.

Wa min Allah at tawfiq

wassalam, arief hamdani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar