Senin, 21 Desember 2009

MENGINGAT MATI & MENGHORMATI AHLI KUBUR



MENGINGAT MATI & MENGHORMATI AHLI KUBUR
Mawlana Syaikh Nazim Adil al Haqqani
Lefke, Cyprus 2005
Diambil dari www.mevlanasufi.blogspot.com


BismillaahirRahmaanirRahiim

Suatu ketika ada sekelompok orang-orang yang membangun sebuah hotel besar
bersebelahan dengan sebuah Masjid. Ketika hampir selesai, mereka berkonsultasi
dengan seorang ahli Yahudi, tentang bagaimana sebaiknya menjalankan hotel itu.
Mereka datang lengkap dengan foto-foto lokasi hotel. Ketika melihat foto-foto
tsb, si Yahudi mengatakan bahwa mustahil hotel itu dapat memberi keuntungan,
disebabkan letaknya tepat di sebelah Masjid. Menurut sang ahli, dua hal yang
berlawanan tersebut tidak mungkin saling mendukung – karena sebuah hotel harus
mengandalkan 3 hal demi keuntungannya, yaitu : judi, minuman dan sex.

Para tamu hotel yang sedang tenggelam dalam perbuatan dosa-dosa itu akan
mendengar panggilan Adzan selama 5 kali dalam sehari. Mereka akan kembali
teringat Tuhan-nya dan lari meninggalkan hotel. Bagaimana mau bersenang-senang
dengan segala kemaksiatan bila Masjid disebelah hotel tersebut mengingatkan
untuk menyembah Tuhan ? sayangnya, manusia abad dua puluh memohon agar bisa
melupakan Sang Pencipta mereka.

Di kota-kota tua, kompleks pemakaman mengelilingi Masjid-Masjid. Namun
pemerintah sekarang ini mencegah pemakaman seperti itu, dengan alasan membuat
lingkungan menjadi tidak sehat. Mereka lalu meminta penguburan di haruskan
beberapa ratus kilometer jauhnya dari kota. Mengatakan bahwa lingkungan menjadi
tidak sehat adalah kebohongan besar. Padahal dulu makam-makam di letakkan di
taman depan rumah. Mereka akan mengatakan ” Ini makam ayahku, yang disana makam
bibiku, lalu yang disini makam ibuku.” Ini bukan hanya mengingat para leluhur
mereka, tapi juga mengingatkan akan kematian mereka sendiri, mengingat Tuhan
mereka dan juga adanya kehidupan akhirat.

Ada sekolompok muslim bila mereka akan memakamkan di dekat rumah/masjid tapi
tidak mengijinkan ada tanda di makam tersebut. Ketika saya bersama seseorang
yang ingin ziarah di makam ayahnya di dekat Masjid Dehiwela, Sri Lanka –
ternyata dia tidak tahu dimana tepatnya makam ayahnya, karena tidak ada tanda
atau nisan. Dia mengatakan ada sekumpulan umat yang mencegah dibuatnya
tanda-tanda atau nisan. Mereka ini adalah para penyangkal adanya akhirat.

Imam-imam kita yang tak pernah bimbang akan Syariat memiliki hikmah akan
penulisan nama si jasad pada batu nisan. Para pengunjung makam dapat membacakan
Fatiha bagi para ahli kubur. Penulisan itu sebagai sebuah pengingat akan mereka
yang telah meninggal. Namun sebagian orang ini menyebut hal itu sebagai Shirik.
Semoga batu-batu menimpa kepala mereka yang mengatakan bahwa penulisan nama-nama
orang tua mereka di batu nisan sebagai Shirik dan Bid’ah. Suatu kebodohan dari
para kaum iblis.

Ketika mereka tidak menandai makam-makam itu, maka mereka bisa terjatuh dalam
sesuatu yang Makruh – yaitu menginjak-injak makam-makam yang tidak kelihatan
keberadaannya – seperti yang saya lihat di pemakaman Dehiwela. Bukan hanya tidak
menghormati, hal itu juga mengganggu mereka yang di kubur di situ. Melangkahi
sebuah makam bisa diibaratkan berjalan diatas perut wanita yang sedang hamil.
Rasulullah ( saw ) mengajari sebuah doa bagi mereka yang mengunjungi makam :
“Subbuhun Quddusun Rabbul Malaikathi Wa Ruh, Subbuhun Quddusun Rabbul Malaikathi
Wa Ruh, Subbuhun Quddusun Rabbuna wa Rabbul Malaikathi Wa Ruh.” Ketika kalian
membaca tasbih ini saat memasuki makam, maka barakah akan turun mengayomi ahli
kubur yang dituju, dan penghuni makam yang lain akan berharap kalian juga
berkenan mendekati makam-makam mereka.

Ribuan sahabat dimakamkan di Jennathul Baqi dan Jennathul Mualla, sedangkan
orang-orang melangkahi makam-makam itu tanpa adab sama sekali. Dan kemerosotan
moral ini telah berjalan selama 50 tahun terakhir dalam dunia Islam. Semoga
Allah SWT menjauhkan ide-ide buruk seperti itu dari Hijaz. Orang-orang lalai itu
mengira mereka melakukan kebaikan, padahal yang dilakukan adalah hal terburuk.


Wa min Allah at tawfiq

Wassalam, arief hamdani
www.mevlanasufi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar