Selasa, 22 Desember 2009

TANGGA MENUJU BULAN

TANGGA MENUJU BULAN
Mawlana Syaikh Nazim Adil al Haqqani
Lefke, February 2005
Diambil dari www.mevlanasufi.blogspot.com

BismillaahirRahmaanirRahiim

Malam ini, Grandsyaikh Abdullah Faiz akan berbicara tentang topik yang amat
penting. Saya katakan demikian karena Awliya adalah mereka yang hidup dalam
kehidupan yang sebenarnya. Mereka ibarat bintang-bintang yang hidup, bukan mati.
Mereka bahkan manusia-manusia yang hidup bahkan setelah tidak nampak dalam tubuh
fisik.

Ketika mereka meninggalkan dunia ini dan menuju kehidupan surgawi, mereka
meninggalkan utusan-utusan untuk menyampaikan pesan-pesan atas nama mereka. Maka
ketika saya berbicara disini, Grandsyaikh Abdullah membuat saya berbicara atas
nama beliau.

Grandsyaikh menyinggung tentang seorang Wali besar, kekasih Nabi saw yang
bernama Ibn Omar Es-Safadi. Beliau pernah mengatakan: "Jika seseorang
meninggalkan segala hal dan tak melakukan apapun, dan berkata bahwa dia
melakukan hal itu karena beriman pada Tuhannya - bahwa Tuhannya akan mencukupi
dia dan menyediakan apa yang hamba-Nya butuhkan; maka sebenarnya orang itu sudah
berdosa.

Disini Grandsyaikh menjelaskan hubungan sebenarnya antara hamba dan Tuhannya.
Ada sebuah jarak tertentu yang harus terus dicapai hamba-hamba, dan hanya ketika
jarak itu telah dipenuhi dan telah mencapai batas, maka hamba itu bisa
mengatakan : "Dari sini aku akan menyerahkan segalanya pada Tuhanku dan di titik
ini aku percayakan segala urusanku pada Tuhanku"

Sebagai contoh, seorang petani membajak tanahnya dan menanam jagung, lalu dia
tinggalkan dan dia berhak untuk menunggu sampai masa panen tiba. Namun bila
petani itu tidak membajak dan menanam, lalu mengatakan: "Aku percaya bahwa
Tuhanku akan memberiku masa panen. Maka dia telah sesat dalam berpikir dan
berbuat.

Waspada akan kewajiban dan embanlah tugas itu. Kalian tak mampu mendatangkan
hujan, atau memaksa jagung untuk tumbuh, tapi kalian bisa berencana lalu mulai
membajak tanah, kemudian percayakan pada Tuhan kalian untuk menyelesaikan apa
yang telah kalian mulai. Inilah arti percaya pada Allah (Tawakkul). Hal ini
sering disalah artikan, khususnya di negara-negara Eropa dimana masyarakat
keberatan akan Islam. Mereka menyebut Islam mengatakan pada pemeluknya agar
tidak perlu bekerja dan seharusnya bergantung pada bantuan Tuhan mereka. Bahkan
sekarang ini di dunia Muslim, generasi muda mengatakan bahwa Islam adalah
penyebab dari ketertinggalan negara-negara mereka. Padahal ini adalah akibat
dari pemahaman yang keliru.

Sebenarnya, apa yang Islam utarakan adalah agar kita memulai dengan sebuah
usaha sendiri, namun Allah-lah yang akan menyelesaikannya; karena keberhasilan
dari segala usaha hanyalah mutlak berada dalam genggaman-Nya. Ini adalah sebuah
dunia penuh dengan sebab-sebab. Kita butuh penyebab, karena keajaiban hanya
terjadi bagi para Wali dan Nabi, bukan bagi semua manusia.

Dengan alasan tersebut maka kita telah diperintahkan oleh Nabi saw untuk
berpegang pada penyebab-penyebab sehingga kita bisa menjadi saksi dari
akibat-akibat dan meraih hasil. Sebuah anologi bagus untuk menggambarkan hal ini
adalah sbb : "Seseorang diberi bekal sebuah tongkat patah dan sebuah sekop dan
diperintahkan untuk menggali tujuh lapis tanah bumi sampai lapisan yang terakhir
dimana harta si murid tersimpan disana. Apakah kalian mengira ada kemungkinan
menggali semua itu hanya dengan alat-alat tsb? Tentu saja tidak akan bisa !
namun lepas dari ini semua, kalian harus menggali sebaik mungkin tanpa menyerah
atau mengatakan:"Bagaimana bisa aku menyelesaikan tugas ini??

Kewajiban kalian adalah untuk menggali sedikit demi sedikit. Ketika Allah
melihat bahwa kalian percaya dan mengerjakan sesuai yang diminta, maka DIA akan
mengirim pertolongan tepat di saat kalian sampai pada titik kelelahan dan tak
mampu melanjutkannya. Tuhan akan mengirim mesin besar untuk mengangkat harta
kalian tanpa usaha dan amat cepat. Karena kalian hanyalah hamba lemah dalam
memikul perintah-Nya. Tuhanlah yang mengangkat harta itu dengan kekuatan-Nya,
bukan dengan kekuatan kalian ! DIA hanya menguji kalian, apakah kalian hanya
mendengar, percaya dan menaatinya.

Jika kalian memulai usaha dengan mengatakan: Bagaimana bisa aku melakukannya,
hal ini terlalu susah, maka kalian akan di tendang dari Hadirat Tuhan. Jika
kalian tetap berusaha maka ingatlah akan janji Allah : "Allah tidak akan
membebani siapapun diluar batas kemampuan hamba-hamba-Nya."

Dalam hal ini Grandsyaikh Abdullah Faiz tidak menyinggung tentang konteks
pekerjaan dunia. Tapi menunjuk pada usaha yang kita perlukan guna mencapai
tingkatan surgawi dan Samudra Pengetahuan Ilahiah. Ketika kalian telah selesai
mengerjakan amalan sebaik mungkin maka Allah akan mengangkat kalian lebih
tinggi. Kita tidak mengatakan bahwa kita akan meraih semua maqam surgawi
sebagai hasil dari amalan-amalan kita. Kita hanya mengerjakan apa yang mampu
kita lakukan dengan seluruh kekuatan kita.

Meraih tujuan kita dengan latihan-latihan ibarat ingin menggapai bulan dengan
sebuah tangga; bahkan bila kita gabungkan seluruh tangga di dunia ini - tetap
mustahil kita bisa mencapai bulan. Namun dengan usaha, mungkin dalam semalam
dari arah bulan akan diturunkan satu tangga sehingga akhirnya tersambung dengan
tangga kita. Kerjakan apa kewajiban kita, kata Allah; mengerjakan kewajiban
adalah penyebab kita meraih surga, tapi sadarilah bahwa semua itu tidak akan
cukup. Tangga akan selalu naik, tapi tidak akan pernah mencapai bulan tanpa
bantuan kekuatan dari Allah swt

Inilah arti yang tepat bagi Thariqat dan kami tidak mengelabui siapapun :
Bahwa jika seseorang bekerja dengan tulus, maka Tuhan mungkin akan mengirim
sebuah tangga pertolongan. Kapanpun, tangga dari bulan akan turun untuk
mengangkat kalian ? Tetapi kalian harus mengerjakan kewajiban dulu, lalu
serahkan semuanya pada-Nya.
Banyak orang membaca buku-buku tentang keajaiban-keajaiban yang terjadi dan
kadang ego kita meminta kita untuk menjadi pembuat keajaiban. Thariqat adalah
jalan yang mampu untuk menunjukkan keajaiban-keajaiban, namun kita tidak bekerja
agar mampu melakukan hal-hal seperti itu. Hanya ridha Allah yang kita tuju, bila
Allah ridha dengan kita, maka DIA pun akan membuat kita ridha pada-Nya. Pada
saat itu, kalian tak akan lagi berpikir tentang keajaiban, hanya ego yang
meminta menunjukkan hal-hal seperti itu.

Grandsyaikh Abdullah q berkata, "Saya berbicara atas nama Sayyidina Al-Mahdi
as, karena beliau belum diizinkan untuk muncul dan mengatakan hal ini secara
langsung pada publik, tapi saya telah mendapatkan izin beliau. Saat beliau
muncul, maka kalian akan menjadi saksi bagaimana beliau akan berbicara. Majelis
semacam ini sama dengan majelisnya Sayyidina Al-Mahdi as, dan mempunyai pahala
yang sama. Pengetahuan ini bukan hasil dari membaca buku namun berasal langsung
dari hati Nabi saw. Allah swt menganugerahkan pengetahuan ini bagi siapa yang
beriman pada-Nya serta menjaga perintah-Nya dengan rasa hormat yang tinggi.

Wa min Allah at Tawfiq
wassalam, arief hamdani
www.mevlanasufi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar