Jumat, 25 Desember 2009

Tindakan Sia-sia Dintara Shaykh & Murid



Mawlana Syaikh Hisham Kabbani


Seorang Syaikh mengamati murid yang meminta di bay’at dalam thariqat Naqsybandi tanpa pemberitahuan yang bersangkutan. Beliau juga mengutus 40 alim amil, ulama-ulama yang tulus dan setia yang akan bergerak sesuai apa yang mereka mampu selama 40 hari, mengamati seluruh perilaku murid yang bersangkutan secara rahasia. Harus tidak ditemukan kesalahan sekecil apapun, baik dari tindakan ataupun di dalam hatinya. Bila mereka menjadi saksi akan semua itu, mereka akan datang pada Syaikh dan mengatakan : “Kami menyaksikan bahwa dia berperilaku baik dan tidak pernah melakukan sesuatu yang sia-sia.”

Misalnya, segala perilaku pada tubuh kita. Jika tubuh kalian melakukan sesuatu yang sia-sia berarti kalian melakukan sesuatu yang salah. Jika kalian memegang sebuah apel dan memainkannya, itu berarti tindakan kekanak-kanakan. Hal itu membuat pengamatan dihentikan. Namun bila terlampaui dengan baik, para saksi akan mengatakan pada Syaikh bahwa pengikut yang bernama ini atau itu adalah “bersih”. Maka kemudian Syaikh memberikan Bay’at.

Saat ini, bay’at amat murah tidak seperti dahulu yang amat susah. Murid-murid zaman sekarang yang mengambil bay’at dari Syaikh tidak merasakan nilai dari bay’at itu. Mereka ingin segalanya mudah, padahal spiritualitas bukan sesuatu yang muncul dengan mudah. Lihatlah para Nabi , bagaimana penderitaan mereka! Aktharukum bala’ al anbiya’ yang menjalani masalah terberat diantara kalian adalah para Nabi, tsumma-l amtal fi-l-amtal – lalu para Sahabat Allah, kemudian mereka yang paling terhormat karena kebaikannya.

Mawlana pernah bercerita, suatu ketika sayyidina Jamaluddin Ghumuqi al-Husayni sedang duduk bersama murid-muridnya di dalam masjid. Ada sebuah mangkuk buah dihadapan beliau. Beliau ambil dua buah apel dan melemparnya keatas, satu apel dilempar kemudian disusul apel yang lain. Murid-murid bertanya didalam hati “Apa yang terjadi, Syaikh melakukan sesuatu yang buruk dan kekanak-kanakan !” Dalam Thariqat tidak diizinkan melakukan sesuatu yang kekanak-kanakan. Saya katakan pada orang-orang Amerika agar tidak membuat suara atau gerakan pada tubuhnya ketika sesuatu terjadi, ma la ya’ni – sia-sia, tidak berguna. Tidak perlu mengucapkan “ah !” ketika kalian gusar akan sesuatu. Jika kalian manusia de wasa, kalian harus selalu tenang, sabar dalam segala perilaku, waspada akan apa yang sedang kalian lakukan.

Ketika Sayyidina Jamaluddin melakukan hal itu, beberapa murid meragukan beliau. Tindakan meragukan Syaikh itu lebih berdosa dimata Syaikh daripada bila kalian melakukan tindakan asusila, karena beliau bisa menanggung dosa itu dan membersihkan kalian, lain dengan prasangka buruk yang susah untuk dibersihkan dari hati kalian. “Janganlah kalian berburuk sangka. Setelah 2 atau 3 jam seseorang akan datang dari desa lain dan akan memberitahu apa yang baru saja aku lakukan.” Ketika mereka mendengar hal ini, murid-murid menjadi takut telah melakukan hal yang salah dan Syaikh mengetahuinya.

Seorang Syaikh mengetahui bila kalian melakukan hal yang salah, namun tidak mengatakannya. Hal itu disimpan beliau, namun bila diperlukan demi melakukan irshad ( bimbingan ) beliau akan menyampaikannya. Setelah 2 jam, seseorang datang dari desa lain dan mengatakan : “ Oh Syaikh, ayahku telah meninggal.” Ketika kabar itu datang, Syaikh pun menjelaskan : “ Sekarang aku akan mengatakan pada kalian mengapa aku melempar dua apel itu. Sayyidina Izrail datang dengan sifat penghukuman untuk mengambil nyawa orang itu, muridku. Karena dia muridku, aku tidak terima Izrail datang dengan penampakan seperti itu. Maka kuambil sebuah apel dan melemparnya agar dia kembali ke asalnya dan dengan apel yang satunya aku mengubahnya agar dia muncul dengan sifat penuh kasih sayang.”

Menurut pandangan sempit orang-orang, tindakan melempar apel adalah sikap kekanak-kanakan. Namun bagi para Awliya, itu adalah bantuan besar bagi murid. Kalian tidak tahu pelayanan apa yang sedang diperbuat Syaikh dalam tindakan beliau yang tidak bisa kalian terima. Jangan sampai kalian punya prasangka buruk akan Syaikh. Apapun yang kalian lihat, kalian harus menerima segalanya menurut pemahaman yang berharga – mahmal sahih. Jika kalian melihat Syaikh datang dengan seorang wanita dan memeluknya ( cerita wanita Inggris. penerj. ), misalnya; itu karena Syaikh sedang memberi dia sebuah rahasia. Jangan pernah menyerang Syaikh, walaupun di dalam hati kalian. Itulah cara para Awliya dapat mengirim cahaya-cahaya mereka. Mereka memilih beberapa orang berkualitas tinggi, bukannya disimpan untuk mereka sendiri, namun agar disebarkan untuk menarik banyak orang ke dalam ajaran Syaikh, ajaran cinta kasih Nabi saw.


Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al- Fatiha

1 komentar:

  1. jangan pernah terbersit sedikitpun dalam benak kita.prasangka buruk kita kepada para masyayikh kita.hati2 lah ketika kita sering berkumpul dengan mursyid jaga adab kita.kalau bisa kita nggak perlu berkumpul secara fisik dg beliau .supaya terjaga adab kita dg beliau.kecuali kita memang diperintah untuk berkumpul dg beliau.awas suul adab.hati2lah karena adab kita kepada guru adalah cermin adab kita kepada ALLAH.tassawuf keseluruhannya adalah adab.

    BalasHapus