Selasa, 22 Desember 2009

Tuhan-ku, Jangan Tinggalkan Aku Bersama Egoku Walau Hanya Sekejab Mata




Tuhan-ku, Jangan Tinggalkan Aku Bersama Egoku Walau Hanya Sekejab Mata
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani
Sabtu, 10 Mei 2008
Burton-US

A`udzu billahi min asy-syaitaan ir-rajiim
Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim
Nawaytu'l-arba`iin, nawaytu'l-`itikaaf, nawaytu'l-khalwah, nawaytu'l-riyaadha, nawaytu's-suluuk, nawaytu'l-`uzlah lillahi ta`ala fii hadza'l-masjid

Ini dari catatan-catatan Mawlana Syaikh Nazim. Ini kata-kata beliau dengan sedikit penjelasan, aku membaca apa yang beliau katakan dan menjelaskannya.
Beliau berkata: "siffat man yatasadar al-majalis li nasihat al-Ummah. Sifat dan deskripsi mereka yang menempatkan diri mereka untuk memberikan nasehat kepada Ummah?"
A`udzu billahi min asy-syaitaan ir-rajiim
Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim
 Beliau mengatakan apakah karakter/sifat seorang yang berusaha mempertimbangkan dirinya sendiri sebagai orang penting yang duduk dan memberikan nasehat kepada orang lain? Dan dia seperti itu: siffat man yatasadar - seseorang yang dengan kemauannya sendiri duduk dan memberikan bimbingan atau berpikir kalau dia adalah ketua pertemuan atau kalau dia lebih baik dari semua orang lain. Bagaimana kita bisa menjelaskan itu?
 Dan inilah sebuah penyakit yang selalu ada dalam kelompok-kelompok dengan komunitas berbeda, latar belakang berbeda, ras berbeda di tiap negara atau di tiap distrik kecil, kau akan menemukan banyak orang sedang duduk-duduk dan mempunyai sebuah lingkaran pendengar dan mereka duduk seakan tahu segalanya dan merekalah yang terbaik. Inilah yang mereka rasakan dalam diri mereka. Mereka tidak duduk seperti kalau kami sama dengan kalian dan kemudian membaca serta menjelaskan. Tidak, mereka duduk seakan mereka lebih tahu dari semua orang.
 Beliau berkata,"Ini sifat yang tidak bisa saya terima. Awliyaullah tidak seperti orang dalam penjelasan itu yang berpikir kalau dia bisa memberikan sebuah nasehat atau sebuah presentasi kepada orang lain karena yang lain pengetahuannya lebih sedikit dibandingkan dirinya. Dan itu sudah pernah terjadi sebelumnya sebagai permisalan dengan Iblis."
Dan Mawlana menggambarkan kalau orang itu sifatnya sama dengan Iblis. Bukan dalam kehormatan yang sudah Allah swt berikan kepadanya sebagai manusia, karena Dia menghormatinya dan sudah memberikan kehormatan itu namun dia bicara dengan adab buruk yang tidak Allah swt sukai dan kita harus lari dari itu karena Iblis telah dikutuk dan beliau berkata, "Waspadalah akan kesulitan yang kau posisikan kepada dirimu sendiri.
 Beliau berkata bahwa awliyaullah menyukai kita semua kalau mengenakan realitas hamba, bukan realitas dari kepresidenan. Beliau ingin orang-orang membawanya, awliyuAllah suka orang-orang yang berpakaian menuruti langkah-langkah sang Nabi (saw), ketika beliau (saw) disebut sebagai'abd dengan tingginya tingkatan dan kesempurnaan beliau (saw), Allah swt memberikan beliau (saw) gelar `abd, hamba. Jadi, beliau (saw) ingin dari Ummahnya, sang Nabi (saw) inginkan dari Ummahnya mengikuti langkah-langkah beliau (saw) agar berada dalam penghambaan; bukan berada pada ke-Iblis-an yang menyukai ketenaran dan ingin ditunjuk sebagai "dialah yang tahu segalanya." Sang Nabi (saw) berkata, "Oh Allah! Jangan tinggalkan aku dengan diriku sendiri walau hanya sekejab mata." "Oh Allah! Jangan tinggalkan aku!" Sayyidina Muhammad (saw) memohon perlindungan kepada Allah dengan mengucap, "Oh Allah! Jangan tinggalkan aku dengan diriku sendiri walau hanya sekejab mata."
 Apakah kita mengatakan itu untuk diri kita? Ketika sang Nabi (saw) mengatakan itu, artinya bahwa tiak kesempatan beliau (saw) mengatakannya. Dari awal penciptaan sampai akhir tidak pernah berhenti dalam Hadirat Ilahiah, dari ketika Allah swt menciptakan beliau (saw), tiada pernah menghentikannya untuk memahami "Ya Rabbi jagalah aku sebagai seorang hamba-Mu dan jangan tinggalkan aku dengan diriku sendiri walau hanya sekejab mata." Apakah kita mengikuti itu? Kita harus mengatakan yang sebenarnya, kita tidak menghakimi namun kita harus mengaku kalau kita tidak mengikuti itu. Bahkan para orang suci, jangan pikir kalau itu seorang wali, jangan memikirkan itu… Kita harus memahami kalau seorang wali tidak pernah mencapai tingkat sang Nabi (saw), tidak pernah. Jadi, jika sang Nabi (saw)berkata, "O Allah! Jangan pernah tinggalkan aku dengan diriku sendiri walau hanya sekejab mata" awliyaullah tidak punya contoh-contoh saat mereka berada dibawah kendali ego mereka?
Hanya sang Nabi (saw)yang tidak dibawah egonya.
 Beliau berkata, "aslamtu syaitanii - Setanku aku jadikan Muslim." Artinya, "Aku sudah membuat hasrat-hasratku untuk tunduk. Aku meletakkannya dibawah kendaliku."
 Apakah yang Sayyidina Musa (as) katakan? Beliau berkata, "Oh Allah, ijinkan aku melihat-Mu." Mengapa beliau mengatakan itu? Karena beliau menyangka ia sudah begitu dekat, itulah awal Sayyidina Musa (as) mengambil keuntungan dan masalah ini ke dalam dirinya, beliau (as) berkata, " Ijinkan aku melihat-Mu sekarang." Tetapi apakah yang dikatakan oleh sang Nabi (saw)? Sayyidina Musa (as) berkata, "Oh Allah, ijinkan aku melihat-Mu." Apakah yang Allah swt katakan? "Lihatlah gunung itu jika kau pikir bisa melihat-Ku. Aku akan memberimu sebuah contoh. Pertama, jika gunung tetap berada ditempatnya maka kau akan bisa melihat-Ku."
 Mengapa Allah swt ingin Sayyidina Musa (as) melihat gunung? Karena jika Dia membuka Dirinya Sendiri [secara langsung kepada Sayyidina Musa (as)] maka Sayyidina Musa (as) akan tewas. Dia tidak mempunyai kesanggupan. Hanya sang Nabi (saw)yang mempunyai kemampuan tersebut.
Beliau (saw) pergi ke Hadirat Ilahiah, ke maqam qaaba qawsayn. Beliaulah satu-satunya dan masih saja berkata, "Aku hanyalah manusia sama seperti kalian."
Perhatikan betapa beliau merendahkan diri sendiri.
 "Oh Allah! Jangan tinggalkan aku dengan diriku sendiri walau hanya sekejab mata. Jangan biarkan aku berkata bahwa aku lebih dari seorang `abd." Dan lebih jauh, beliau berkata, "Aku hanyalah manusia sama seperti kalian." Jika beliau (saw) hanya manusia, lalu bagaimana beliau (saw) mampu pergi untuk Mi'raj.
Berapa jauh pesawat luar angkasa dapat terbang? 20, 30, 100 mil jauhnya. Dan mereka membutuhkan sebuah shuttle untuk pergi ke luar angkasa agar tidak terbakar. Sang Nabi (saw)pergi ke atas dan beliau tidak membutuhkan sebuah shuttle pun.


Dan inilah perbedaan antar 2 orang nabi.
Satu nabi berkata, "Oh Tuhan-ku! Ijinkan aku melihat-Mu."
Dan yang lainnya, Sayyidina Muhammad (saw), berkata, "Aku hanya manusia sama seperti kalian." 
Tiap nabi mempunyai aturan sendiri dan berdasarkan apa yang sudah Allah swt karuniai kepada mereka, mereka pun bergerak. Jadi, itulah mengapa Dia berfirman kepada sang Nabi (saw), "Aku mengutusmu tiada lain sebagai rahmat bagi seluruh manusia." Tidak seorangpun yang diberikan gelar tersebut, "rahmat bagi seluruh manusia". Nabi lainnya adalah rahmat bagi bangsa mereka masing-masing. Sayyidina Musa (as) adalah rahmat bagi siapapun yang mempercayainya. Sayyidina 'Isa (as) adalah rahmat bagi siapapun yang mempercayainya. 
Jadi,apa yang dibutuhkan dari kita bukanlah untuk duduk dengan semua ego yang ada pada kita, seakan-akan kitalah yang paling tinggi dan baik.
Sang Nabi (saw) bersabda, "Aku seperti kalian." Tidak berarti jika yang lain bukan siapa-siapa.
Beliau berkata bahwa "awliyaullah seperti semua orang yang mempunyai batasan-batasan." Dan "semua orang" disini artinya manusia. Kembali ke batas mereka masing-masing. Dan banyak manusia melintasi batas-batas mereka. Mereka sudah melanggar lampu merah.
 "Man `arifa hadahu waqafa `indaha -  Siapakah yang tahu batas-batasnya lalu berhenti disana dan tidak melewatinya." Ketika kau melampaui batas itu, apa yang terjadi? Segeralah lampu kuning menyala. Artinya "untuk memastikan agar tidak menerobos." Ada lampu merah disana. Apakah yang terjadi bila kau menerobosnya? Kau akan mengancam dirimu sendiri, hidupmu. Kau tidak peduli, lampu merah menyala dan kau menerobosnya, habislah kau. Kini ada kamera dimana-mana. Disetiap negara. Tiket-tiket tilang tiba dipintumu, tanpa kau tahu apa-apa. Pada tiket itu ada namamu, alamat, semuanya. Dikatakan "anda telah melanggar lampu merah." Jika manusia saja punya, apakah Allah swt yang sudah menciptakan para malaikat tidak memberimu tiket tilang? Berapa banyak tiket yang kita dapat tiap hari, setiap 24 jam. 
Awliyaullah mengambil dari Nabi (saw). Itulah mengapa dia mengatakan,'ulama umattii ka-anbiya bani Isra'il. Mereka menyerukan kepada manusia apa yang baik bagi mereka.
Beliau berkata, " 'ulama warathat al-anbiya - kaum ulama adalah pewaris para nabi." Mereka mewarisi dari para nabi dan mereka memberikan. Mengapa awliya bicara tentang ego. Karena beliau berkata, kau masih berada dilampu hijau. Aku memberitahu sebelum kau mencapai lampu merah. Aku memberitahumu sementara kau masih bergerak di lampu hijau. Satu hari sebagai orang beriman, satu hari sebagai orang kafir. Aku memberitahumu agar berhati-hati saat lampu kuning menyala, dan jika kami tidak mau mendengarkan, maka kami akan menerobos lampu merah dan apa yang terjadi. Pada saat itu sebuah tiket besar akan didapat. Dan bukan hanya tiket-tiket tilang saja namun juga dengan poin-poinnya. Dan poin ini, kau tahu poin lebih berbahaya dibanding tiket tilang normal saat kau sedang menyetir. Semua orang berkata, "Oh, biarkan aku mengambil sebuah tiket tilang tanpa poin-poinnya." Berapa banyak poin yang kau miliki, Ibrahim? Empat? Ibrahim? Tidak ada poin. Yusuf, enam poin?
 Bukankah kau lebih suka dapat tiket tilang tanpa poin? Ya, itu lebih mudah. Tetapi, berapa banyak tiket yang kita dapatkan beserta poin-poinnya yang diberikan oleh para malaikat? Kita tidak tahu.
Jika dengan polisi, kita bisa tahu. Setidaknya kita bisa mengatakan, kita punya poin-poin ini, pelan-pelan, dengan pelang-pelan kita mengambili poin dari catatan kita. Tapi dengan para malaikat kita tidak tahu, berapa banyak poin yang mereka berikan kepada kita setiap harinya.
Jadi, itulah mengapa direkomendasikan dalam Kitab Suci al Qur'an bahwa ketika mereka menganiaya diri mereka sendiri untuk datang dan bertaubat dihadiratmu dan kemudian Nabi akan memohon atas nama kita dan Allah swt menerima taubat. Allah swt pemurah. Qul li `ibadii alladziina asrafuu `ala anfusihim la taqnatuu min rahmatillah. Inna allah yaghfira adz-dzunuuba jami`ayyan, innahu huw'al ghafuur ar-rahiim - Katakan wahai para hamba-Ku, [perhatikan betapa pemurahnya Dia]. Barang siapa yang menganiaya diri mereka sendiri. Jangan kehilangan harapan. Aku mengampunimu. Namun bertaubatlah."
 Ucapkan istighfaar. Itulah mengapa sang Nabi (saw) merekomendasikan Ummah untuk mengucap istighfaar 70 kali dalam satu hari berdasarkan hadist dan Qur'an.
Jadi, awliyaullah menarik kesimpulan/sari dari yastakhrijuu bahwa istighfaar dibutuhkan dalam sehari-hari. Kau mengucapkan atau tidak, jangan katakan aku tidak membutuhkannya. Kau harus melakukan istighfaar. Kadang-kadang mereka merekomendasikan sebanyak 200, 300, kadang-kadang 7.000 kali agar Allah swt akan mengampuni dan melindungi kita.
 Jadi, aku tidak mau berkata-kata lebih panjang lagi, tapi ada beberapa awliyaullahyang mengatakan bahwa ada 24.000, tiap manusia mempunyai  24.000 nafas. Bersama tiap nafas ada sebuah kesalahan. Itu artinya kita harus melakukan 24.000 kali Astaghfirullah, istighfaar. Benar begitu?

Jadi, itulah masalah kita. Pada tiap nafas setara dengan satu detik.
Berapa detik dalam satu menit? 60 detik, karena menarik dan menghembuskan nafas adalah 2 detik. Jadi, mari kita melakukan sedikit kalkulasi. Berapakah antara 2 nafas ini? Menarik dan menghembuskan nafas. Sebagian mengatakan 2 detik, sebagian mengatakan 3 detik. Jadi, 1 masuk, 1 keluar, tiap detik ada satu nafas dan dalam tiap menit ada 60 nafas dan dalam satu jam. 3600 nafas. dalam 24 jam, lebih dari 24.000, ini 18.000 kira-kira begitulah. Mereka bermurah hati kepada kita ketika mereka mengatakan 24.000 bersama tiap tarikan nafas, hembusan nafas disini ada inspirasi yang merupakan inspirasi buruk. Allah swt menjadikan tempat didalam hati tiap manusia, itulah tempat setan.
 Jika kau mengurbankan seekor … sapi, ayam, jika membuka hati yang segar, maka kau akan menemukan sebuah gumpalan beku disana berwarna hitam. Kau tidak bisa menemukannya pada kambing. Kau melihat darah merah dan ada satu gumpalan beku disana berwarna hitam. Dalam tiap orang. Itulah tempat setan.
 Itulah ketika Jibril (as) datang kepada sang Nabi (saw) ketika masih muda belia dan membuka dada, melakukan pembedahan hati bagi beliau (saw). Perhatikan, pembedahan hati di Islam sudah ada 1400 tahun yang lalu dan itu dilakukan untuk Sayyidina Muhammad (saw) dan ini mempunyai latar belakang tersendiri dalam Islam. Bagaimana hati bisa dibuka. Kau perhatikan, kini pembedahan ada bekasnya. Kemudian kini ada bekas pada bedah plastik.
Tidak ada bekas, tidak ada jahitan. Dan Jibril mengeluarkannya untuk sang Nabi (saw).
Jadi, setan disana. Kau pikir dengan menarik dan menghembuskan nafas setan tidak ada disana untuk mengganggu?
Setan disana bersama Sayyidina Adam (as) berkata, "Cepatlah makan. Jika kau makan aku senang denganmu dan jika kau tidak makan, aku marah kepadamu." Mengapa aku marah adalah untuk kepentinganmu. Karena inilah shajarat al-khuld, kau akan abadi jika kau memakannya.
 Dan Adam (as) adalah seorang nabi, ayah dari bani Adam, dialah yang satu-satunya yang tertinggi untuk menjadi nabi, apa yang dia lakukan? [menepuk tangan] sayang sekali, dia memakannya.
Mawlana berkata, "Dia tidak memakannya. Kita menggerakkan tangannya, manusia. Karena dia seorang nabi, maka dia melindungi, dia tidak bisa melakukan sesuatu melawan kehendak Tuhan-nya. Namun kita ada dipunggungnya, anak-anaknya, bergerak dan bergerak begitu kuatnya pada tangannya dan dalam otak beliau yang memerintahkan tangan untuk bergerak dan mengigit (buah itu)."
 Jadi, artinya bahwa dharraat -ruh manusia- atom-atom kecil manusia itu. Itulah yang Allah swt letakkan dipunggung Adam (as), mereka masuk ke pembuluh-pembuluh darah dan sistem syarafnya dan menggerakkan Adam (as). Karena setan kita besar. Bukan Adam (as).
Jadi, kau pikir kalau setan tidak bisa datang ke dalam hatimu dan menggerakkanmu untuk makan buah dari pohon terlarang itu - setan bisa. Kita tidak mengatakan tidak. Saat seseorang mengaku, itu lebih baik lalu dia bertaubat. Ketika seseorang tidak mengaku, itu buruk. Jangan pergi ke seseorang dan mengaku dan lalu dia berkata, "Oooooo, dosamu sudah dihapus." Bagaimana mereka bisa membersihkan? Apa yang kau lakukan? Kau memikul dosa itu? Oke, kalau kau bisa! Ucapkan, "Ya Rabbi, ampuni mereka dan aku akan memikulnya. Kemudian kau yang bertanggung jawab. Jadi, disini kau harus mengaku pada dirimu sendiri -dengan melakukan audit terhadap diri sendiri- kemudian kau harus bertaubat kepada Allah swt. Dan Allah swt berfirman, "Datanglah kepada Muhammad."
 Jika Sayyidina 'Isa (as) berseru kepada umatnya "datanglah kepadaku", itu benar. Jadi, kita tidak mengatakan hal itu salah.
Sayyidina Muhammad (saw) berseru kepada umatnya "datanglah kepadaku", itu benar. Ketika mereka menyembah anak sapi emas, apakah yang Allah swt perintahkan? Untuk saling bunuh sebagai sebuah pertaubatan. Tanda pertaubatan.
 Jadi, Sayyidina Musa (as) bertanya, "Kau ingin aku memberikan jawabannya? Kau ingin menyelamatkan dirimu? Saling bunuhlah." Dan Allah swt mengirimkan kabut atau awan gelap sehingga mereka tidak bisa saling lihat siapakah yang mereka bunuh. Itulah rahmat. Karena jika mereka saling lihat, hal itu lebih sulit. Mereka mungkin membunuh putra atau istri mereka. Sangatlah berbeda pada saat itu. Sayyidina Musa (as) diutus dengan Syari'ah yang sangat keras. Karena orang-orang sangat keras saat itu. Namun ketika Sayyidina 'Isa (as) diutus, orang-orang lebih lunak. Jadi, Allah swt memberi yang lebih gampang. "Jika mereka datang kepadamu, ya 'Isa (as) ibn Maryam Aku menerima mereka. Bawalah mereka masuk." Itulah mengapa jika mereka pergi ke Sayyidina 'Isa (as) Allah swt menerimanya. Tapi selama mereka tidak mengatakan kalau 'Isa (as) adalah putra Tuhan.
 Agama Sayyidina Musa (as) adalah di kepala kita. Agama Sayyidina 'Isa (as) adalah di kepala kita. Tetapi lebih dari itu berbahaya. Jadi, kau pergi ke 'Isa (as), pergilah tidak ada masalah. Kau pergi ke Sayyidina Muhammad (saw),kau harus pergi. Bagaimana? Bagi mereka yang percaya terhadap Sayyidina 'Isa (as), mereka tidak punya siapa-siapa, kepada siapakan mereka harus pergi? Mereka tidak bisa pergi ke seseorang dipinggir jalan. Mereka harus pergi ke Sayyidina 'Isa (as). Jadi, siapa yang percaya terhadap Sayyidina 'Isa (as) akan pergi ke Sayyidina 'Isa (as).
Ketika Sayyidina Muhammad (saw) datang, Allah swt berfirman, "Ya Muhammad, Aku mengutusmu bukan hanya bagi ummahmu namun bagi manusia, seluruh manusia." Itulah mengapa sang Nabi (saw) selalu berkata, "Oh Allah! Ummahku."
 Itulah mengapa beliau (saw) berkata, "Adam wa man dunahu tahta liwaee yawm al-qiyama – Adam dan semua yang berada dibawahnya adalah dibawah panjiku pada Hari Kiamat."
 Jadi, masalah hari ini adalah bersama tiap menarik dan menghembuskan nafas, seperti yang kita kalkulasikan adalah sekitar 80.000 kali dalam 24 jam. Artinya, dalam tiap menarik dan menghembuskan nafas, ada sesuatu yang harus kita akui dan terima, kita tidak boleh berbangga diri. Apakah satu kedip mata ada dalam sedetik. Ini kurang dari sekali menarik dan menghembus nafas. Menutup dan membuka mata. Menarik nafas adalah lebih dari sekejab mata. Apakah yang sang Nabi (saw) katakan? "Oh Allah, jangan tinggalkan aku dengan diriku sendiri walau hanya sekejab mata." Artinya lebih kecil dari satu detik. Pecahannya lebih dari satu detik. Itu lebih pendek disbanding menarik dan menghembuskan nafas. Dan sang Nabi (saw) berkata, "Jangan tinggalkan aku dengan diriku sendiri." Artinya dalam tiap kesempatan lakukan istighfaar. Jadi, bagaimana menurutmu jika kau seseorang yang menjadi kepala bagi semua orang lain?
 Lihatlah kekotoranmu sebelum melihat orang lain. Lihatlah pakaian kotormu sebelum melihat orang lain. Pakaianmu penuh kotoran dan kau bau dan tengak-tengok melihat ke semua orang, mencari "dari mana bau itu berasal?" Seperti seorang yang disemprot dengan sigung, dan mencari-cari siapa yang bau. Jangan menjadi Syaikh, jangan menjadi wakil. Duduklah bersama yang lain dan katakan, "Aku tidak ingin tugas itu." Aku juga mengatakan hal ini kepada diriku sendiri. Larilah dari hal itu.
Saat Syaikh dari Grandsyaikh Syaikh Syarafudddin telah memerintahkan Grandsyaikh Abdullah untuk melakukan irshad kepada orang-orang, Grandsyaikh Abdullah menjawab, "Aku tidak menginginkan itu - berikan kepada orang lain."
 Jadi, saat Mawlana memberi kepada seseorang dan dia tidak tahu apapun tentang Syari'ah Islam dan Mawlana hanya ingin menyenangkannya, beliau akan berkata, "Wakililah aku," dan orang itu akan menjadikan dirinya besar dan melakukan sebuah website besar dan membuat kohl (mewarnai sekitar mata dengan warna hitam .penerj) pada matanya. Itu Sunnah. Tapi di Pakistan, di Asia Tengah, bukan di Amerika. Mereka melihatmu dengan kohl dimata dan mereka berkata "gay". Gambar-gambar mereka ada di website bersama Mawlana, berdiri dan dengan kohl dimata. Dan mereka melihat dia disini dan berpikir kalau dia gay. Siapa yang mengerti Sunnah. Mereka hanya melihat mata seperti mata setan dan berkata kepada orang-orangnya kalau mereka memperdaya dan mengatakan kalau ini Sunnah, mereka pikir kalau kau gay; mencari laki-laki.
 Kau tahu apa yang dikatakan oleh sang Nabi (saw), untuk menjadikan hal-hal ini sangat penting dalam Islam, kau tidak punya hak melihat seorang laki-laki tanpa jenggot kau melakukan zina. Untuk tingkat itu karena ini berbahaya dan khususnya di negara ini melakukan suatu tindakan yang membuat orang terjerumus dalam sebuah dosa, karena jika menjadikan dirimu sendiri terlihat seperti seorang wanita; untuk menjadikan dirimu terlihat sangat manis.
Itulah mengapa sang Nabi (saw) bersabda, "Jangan melihat amrad" - orang yang wajahnya tidak tumbuh jenggot dan ada orang yang tidak mempunyai jenggot karena sudah dicukur.
 Aku pernah datang dari Masjid Peckham bersama Mawlana Syaikh di bulan Ramadhan untuk memperlihatkan kepada kalian betapa kerasnya Mawlana. Kami akan kembali jam 11. Dan kau tahu, Masjid Peckham berada di area yang tidak terlalu menyenangkan, area pub dan klub-klub malam. Dan kami selesai melaksanakan shalat tarawih  dan aku kehausan dan aku punya sebotol air dan aku meminumnyaI.
Dan Mawlana memukul tanganku seraya berkata, "Jangan."
Aku bertanya, "Apa?"
Mawlana menjawab, "Jangan minum disini karena akan membawa subhat . Itu akan membawa keraguan karena kita melintasi area pub, mereka mungkin berpikir kalau kita minum."
Fitnah sedang tidur dan Allah swt mengutuk siapapun yang membangunkan firnah.
Jadi, kami kembali bahwa kami harus sangat hati-hati. Jangan senang kalau kau adalah seorang wakil atau deputi. Egomu akan bermain denganmu jika kau tidak mempunyai kekuatan untuk mengendalikan egomu yang sudah dianugerahi kepadamu dan sudah dianugerahi kepada Syaikhmu oleh sang Nabi (saw) dan kemudian kau jatuh. Dan jika kau jatuh, semua orang dibelakangmu akan jatuh dan kau akan memikul dosa-dosa mereka. Mereka tidak berdosa. Jadi, tidaklah mudah menjadi wakil, hindarilah.
 Jadi ketika grand Grandsyaikh Syarafuddin meminta Grandsyaikh Abdullah untuk memikul tanggung jawab irshad, Grandsyaikh Abdullah menjawab, "Aku tidak menginginkannya."
Perhatikan, sekarang ini jika seseorang ditunjuk oleh Mawlana untuk melakukan sesuatu, dia akan begitu senang dan dia akan mencari semua jenis gelar untuk diletakkan pada website-nya.
Aku pernah diundang ke sebuah Mawlid di Los Angeles. Aku berkata, "Apakah aku harus datang?" Namun mereka bersikeras. Kemudian mereka mengirimiku
flyer (pamphlet). Dan nama semua orang -dan aku tidak tahu jika kalian punya kebiasaan ini di Pakistan- tiap nama punyai satu gelar: 'allama, Mawlana, mufti, pir, sahib dan lalu namanya. Berapa banyak gelar yang kau punya di Pakistan?
 'allama kau tahu apa itu 'allama, dokter? 'allama adalah sebuah ensiklopedi berjalan, bukan hanya sebuah ensiklopedi namun dengan sebuah latar belakang dalam tiap ilmu pengetahuan dan agama. Itulah arti 'allama dalam bahasa Arab. Mengapa kau mengatakan 'allama lalu mengapa kau harus mengatakan yang lainnya? Mengapa kau harus juga menyebut Mawlana, mufti? Jika beliau 'allama dialah; mungkin lebih tinggi dari mufti. Mengapa kita harus mengatakan pir, apalagi yang kita lalaikan, untuk apa?
 Khan tidak ada disini? Apa yang sudah dituliskan, kau ingat? [Seperti itulah] itulah ego. Kau tidak ingin itu. Itu berbahaya. Dan hanya satu baris dari yang kita baca dan menjelaskan dari sohbet itu. Hanya satu baris. Beliau berkata, "Mari semua orang kembali ke batasnya masing-masing - Fal yarja kullu insanin li haddih. Li anna kullu qad kharajuu an atwaarihim."
Kau tidak bisa berkata, "Akulah Syaikh." Aku tidak peduli siapa yang mendengarkan. Aku dan mereka semua. Khalifah, deputi, buanglah ke dalam toilet. Ada satu khalifah dan satu Syaikh? Jika kita tidak ingin memikul pemahaman sang Nabi (saw) ketika beliau (saw) berkata dalam Kitab Suci al Qur'an, "qul inama ana basharun mitslukum - Katakanlah, aku hanyalah manusia seperti yang Kau wahyukan kepadanya" dan aku katakan bahwa Sayyidina Muhammad (saw) hanya berkata tanpa rendah diri. Dan Imam Suyuthi berkata bahwa sang Nabi (saw) pernah berkata ketika beliau (saw) berada di Hadirat Ilahiah, beliau (saw) merasa sangat malu, beliau (saw) berkata, "Ya Rabbi, Kau disini; tidak ada aku disini."
 Jadi, mengapa kita mengatakan, "Aku khalifah." Dan Allah swt dalam Kitab Suci al Qur'an memanggil tiap nabi dengan nama mereka masing-masing kecuali kepada Sayyidina Muhammad (saw). Dia memanggil beliau: Ya ayyuhal muzzammil. Ya ayyuhal muddats-tsir, ya rasulullah.
Apakah yang sang Nabi (saw) katakan? Beliau (saw) berkata, "Allah menghormatiku dengan semua gelar ini namun aku paling bahagia ketika Allah memanggilku `abd."
 Marilah kita senang saat orang memanggil kita dengan nama bahkan jika seseorang memanggilmu dan menghormatimu dan memberimu sebuah gelar, jangan biarkan dirimu merasa bahwa kaulah pemilik gelar tersebut. Pikirkan, "Dia memikir aku baik namun aku tidak sebaik itu."

Wa min Allah at-taufiiq, bi hurmatil fatiha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar