Kamis, 22 April 2010

Tarekat Syadziliyah



Secara pribadi Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, Doa, dan hizib. Ibn Atha'illah as- Sukandari adalah orang yang prtama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn Atha'illah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya.

Melalui sirkulasi karya-karya Ibn Atha'illah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain.

Sebagai ajaran Tareqat ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-Syadzili kepada murid-muridnya: "Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali". Perkataan yang lainnya: "Kitab Ihya' Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki, mewarisi anda cahaya." Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi 'Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atah'illah.


1.Ketaqwaan terhadap Allah swt lahir dan batin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap wara' dan Istiqamah dalam menjalankan perintah Allah swt.

2.Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalau bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur.

3.Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah swt (Tawakkal).

4.Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan menerima apa adanya (qana'ah/ tidak rakus) dan menyerah.

5.Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah.

Kelima sendi tersebut juga tegak diatas lima sendi berikut:

1.Semangat yang tinggi, yang mengangkat seorang hamba kepada derajat yang tinggi.

2.Berhati-hati dengan yang haram, yang membuatnya dapat meraih penjagaan Allah atas kehormatannya.

3.Berlaku benar/baik dalam berkhidmat sebagai hamba, yang memastikannya kepada pencapaian tujuan kebesaran-Nya/kemuliaan-Nya.

4.Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan hidupnya.

5.Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat, yang membuatnya selalu meraih tambahan nikmat yang lebih besar.

Selain itu tidak peduli sesuatu yang bakal terjadi (merenungkan segala kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang) merupakan salah satu pandangan tareqat ini, yang kemudian diperdalam dan diperkokoh oleh Ibn Atha'illah menjadi doktrin utamanya. Karena menurutnya, jelas hal ini merupakan hak prerogratif Allah. Apa yang harus dilakukan manusia adalah hendaknya ia menunaikan tugas dan kewajibannya yang bisa dilakukan pada masa sekarang dan hendaknya manusia tidak tersibukkan oleh masa depan yang akan menghalanginya untuk berbuat positif.

Sementara itu tokohnya yang terkenal pada abad ke delapan Hijriyah, Ibn Abbad ar-Rundi (w. 790 H), salah seorang pensyarah kitab al-Hikam memberikan kesimpulan dari ajaran Syadziliyah: Seluruh kegiatan dan tindakan kita haruslah berupa pikiran tentang kemurahan hati Allah kepada kita dan berpendirian bahwa kekuasaan dan kekuatan kita adalah nihil, dan mengikatkan diri kita kepada Allah dengan suatu kebutuhan yang mendalam akan-Nya, dan memohon kepada-Nya agar memberi syukur kepada kita."

Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang mutlak dalam tareqat, secara umum pada pola dzikir tareqat ini biasanya bermula dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat lingkaran atau diujung barisan. Khusus mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam tareqat ini, kebijakjsanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk mengajari dan menuntun murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi sipemakai maupun terhadap orang-orang disekelilingnya. Beberapa contoh penggunaan Asma Allah diberikan oleh Ibn Atha'ilah berikut: "Asma al-Latif," Yang Halus harus digunakan oleh seorang sufi dalam penyendirian bila seseorang berusaha mempertahankan keadaan spiritualnya; Al-Wadud, Kekasih yang Dicintai membuat sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus dalam kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma al-Faiq, "Yang Mengalahkan" sebaiknya jangan dipakai oleh para pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif yang telah mencapai tingkatan yang tinggi.

Tareqat Syadziliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat, dan pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan yang tidak begitu membebani pengikutnya dengan ritual-ritual yang memberatkan seperti yang terdapat dalam tareqat-tareqat yang lainnya. Setiap anggota tareqat ini wajib mewujudkan semangat tareqat didalam kehidupan dan lingkungannya sendiri, dan mereka tidak diperbolehkan mengemis atau mendukung kemiskinan. Oleh karenanya, ciri khas yang kemudian menonjol dari anggota tareqat ini adalah kerapian mereka dalam berpakaian. Kekhasan lainnya yang menonjol dari tareqat ini adalah "ketenagan" yang terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya, misalnya: asy-Syadzili, Ibn Atha'illah, Abbad. A Schimmel menyebutkan bahwa hal ini dapat dimengerti bila dilihat dari sumber yang diacu oleh para anggota tareqat ini. Kitab ar-Ri'ayah karya al-Muhasibi. Kitab ini berisi tentang telaah psikologis mendalam mengenai Islam di masa awal. Acuan lainnya adalah Qut al-Qulub karya al-Makki dan Ihya Ulumuddin karya al-Ghozali. Ciri "ketenangan" ini tentu sja tidak menarik bagi kalangan muda dan kaum penyair yang membutuhkan cara-cara yang lebih menggugah untuk berjalan di atas Jalan Yang Benar.

Disamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-Qusyairy serta Khatamul Auliya'nya, Hakim at-Tirmidzi. Ciri khas lain yang dimiliki oleh para pengikut tareqat ini adalah keyakinan mereka bahwa seorang Syadzilliyah pasti ditakdirkan menjadi anggota tareqat ini sudah sejak di alam Azali dan mereka percaya bahwa Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi pengikut tareqat ini.

Tidak berbeda dengan tradisi di Timur Tengah, Martin menyebutkan bahwa pengamalan tareqat ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih bersifat individual, dan pengikutnya relatif jarang, kalau memang pernah, bertemu dengan yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan para anggotanya hanya membaca secara individual rangaian-rangkaian doa yang panjang (hizb), dan diyakini mempunyai kegunaan-kegunaan megis. Para pengamal tareqat ini mempelajari berbagai hizib, paling tidak idealnya, melalui pengajaran (talkin) yang diberikan oleh seorang guru yang berwewenang dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru tersebut, walaupun sama sekali hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang anggota dari sebuah tareqat.

Hizb al-Bahr, Hizb Nashor, disamping Hizib al-Hafidzah, merupaka salah satu Hizib yang sangat terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan untuk melindungi selama dalam perjalanan. Ibnu Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama perjalanan-perjalanan panjangnya, dan berhasil. Dan di Indonesia, dimana doa ini diamalkan secara luas, secara umum dipercaya bahwa kegunaan megis doa ini hanya dapat "dibeli" dengan berpuasa atau pengekangn diri yang liannya dibawah bimbingan guru.

Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, di Indonesia, juga dipergunakan oleh anggota tareqat lain untuk memohon perlindungan tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah, seperti debus di Pandegelang, yang dikaitkan dengan tareqat Rifa'iyah, dan di Banten utara yang dihubungkan dengan tareqat Qadiriyah.

Para ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah doa yang sederhana, ia secara kebaktian tidak begitu mendalam; ia lebih merupakan mantera megis yang Nama-nama Allah Yang Agung (Ism Allah A'zhim) dan, apabila dilantunkan secara benar, akan mengalirkan berkan dan menjamin respon supra natural. Menyangkut pemakaian hizib, wirid, dana doa, para syekh tareqat biasnya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-hizib (Azhab), dan wirid-wirid dalam tareqat dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan personalnya. Akan tetapi mereka tidak menyetujui murid-murid mereka mengamalkannya tanpa wewenang, sebab murid tersebut sedang mengikuti suaru pelatihan dari sang guru.

Tareqat ini mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang tareqat ini terdapat di Afrika Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania Tengah, Sri langka, Indonesia dan beberapa tempat yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Utara. Di Mesir yang merupakan awal mula penyebaran tareqat ini, tareqat ini mempunyai beberapa cabang, yakitu: al-Qasimiyyah, al- madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah, al-handusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-Jauhariyyah, al-Wafaiyyah, al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan al- Hasyimiyyah.

Yang menarik dari filosufi Tasawuf Asy-Syadzily, justru kandungan makna hakiki dari Hizib-hizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran utama dari Tasawuf atau Tharekat Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga mengandung doktrin sufistik yang sangat dahsyat.

Di antara Ucapan Abul Hasan asy-Syadzili:

Pengelihatan akan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku memohon kepada Tuhan agar memasang sebuah tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah suara memanggilku, katanya " Jika kau memohon kepada-Nya yang tahu bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan memasang tirai antara kau dan Dia. Namun memohonlah kepada-Nya untuk membuatmu kuat memiliki-Nya."Maka akupun memohon kekuatan dari Dia pun membuatku kuat, segala puji bagi Tuhan!

Aku pesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): "Jangan anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkn keridhoan Allah, dan jangan duduk dimajelis kecuali yang aman dari murka Allah. Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang membantu berbuat taat kepada Allah. Jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap Allah."

Seorang wali tidak akan sampai kepada Allah selama ia masih ada syahwat atau usaha ihtiar sendiri.

Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan tercapainya hajat kebutuhanmu. Dengan demikian engkau hanya terhijab dari Allah. Yang harus menjadi tujuan dari doamu adalah untuk bermunajat kepada Allah yang memeliharamu dari-Nya.

Seorang arif adalah orang yang megetahui rahasia-rahasia karunia Allah di dalam berbagai macam bala' yang menimpanya sehari-hari, dan mengakui kesalahan-kesalahannya didalam lingkungan belas kasih Allah kepadanya.

Sedikit amal dengan mengakui karunia Allah, lebih baik dari banyak amal dengan terus merasa kurang beramal.

Andaikan Allah membuka nur (cahaya) seorang mu'min yang berbuat dosa, niscaya ini akan memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya menjelaskan : "Andaikan Allah membuka hakikat kewalian seorang wali, niscaya ia akan disembah, sebab ia telah mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.

Urgensi Mursyid Dalam Tarekat



Allah Swt. berfirman:

“Barangsiapa mendapatkan kesesatan, maka ia tidak akan menemukan (dalah hidupnya) seorang wali yang mursyid” (Al-Qur’an).

Dalam tradisi tasawuf, peran seorang Mursyid (pembimbing atau guru ruhani) merupakan syarat mutlak untuk mencapai tahapan-tahapan puncak spiritual. Eksistensi dan fungsi Mursyid atau wilayah kemursyidan ini ditolak oleh sebagaian ulama yang anti tasawuf atau mereka yang memahami tasawuf dengan cara-cara individual. Mereka merasa mampu menembus jalan ruhani yang penuh dengan rahasia menurut metode dan cara mereka sendiri, bahkan dengan mengandalkan pengetahuan yang selama ini mereka dapatkan dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Namun karena pemahaman terhadap kedua sumber ajaran tersebut terbatas, mereka mengklaim bahwa dunia tasawuf bisa ditempuh tanpa bimbingan seorang Mursyid.

Pandangan demikian hanya layak secara teoritis belaka. Tetapi daslam praktek sufisme, hampir bisa dipastikan, bahwa mereka hanya meraih kegagalan spiritual. Bukti-bukti historis akan kegagalan spoiritual tersebut telah dibuktikan oleh para ulama sendiri yang mencoba menempuh jalan sufi tanpa menggunakan bimbingan Mursyid. Para ulama besar sufi, yang semula menolak tasawuf, seperti Ibnu Athaillah as-Sakandari, Sulthanul Ulama Izzuddin Ibnu Abdis Salam, Syeikh Abdul Wahab asy-Sya’rani, dan Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali akhirnya harus menyerah pada pengembaraannya sendiri, bahwa dalam proses menuju kepada Allah tetap membutuhkan seorang Mursyid.

Masing-masing ulama besar tersebut memberikan kesaksian, bahwa seorang dengan kehebatan ilmu agamanya, tidak akan mampu menempuh jalan sufi, kecuali atas bimbingan seorang Syekh atau Mursyid. Sebab dunia pengetahuan agama, seluas apa pun, hanyalah “dunia ilmu”, yang hakikatnya lahir dari amaliah. Sementara, yang dicerap dari ilmu adalah produk dari amaliah ulama yang telah dibukakan jalan ma’rifat itu sendiri.

Jalan ma’rifat itu tidak bisa begitu saja ditempuh begitu saja dengan mengandalkan pengetahuan akal rasional, kecuali hanya akan meraih Ilmul Yaqin belaka, belum sampai pada tahap Haqqul Yaqin. Alhasil mereka yang merasa sudah sampai kepada Allah (wushul) tanpa bimbingan seorang Mursyid, wushul-nya bisa dikategorikan sebagai wushul yang penuh dengan tipudaya. Sebab, dalam alam metafisika sufisme, mereka yang menempuh jalan sufi tanpa bimbingan ruhani seorang Mursyid, tidak akan mampu membedakan mana hawathif-hawathif (bisikan-bisikan lembut) yang datang dari Allah, dari malaikat atau dari syetan dan bahkan dari jin. Di sinilah jebakan-jebakan dan tipudaya penempuh jalan sufi muncul. Oleh sebab itu ada kalam sufi yang sangat terkenal: “Barangsiapa menempuh jalan Allah tanpa disertai seorang guru, maka gurunya adalah syetan”.

Oleh sebab itu, seorang ulama sendiri, tetap membutuhkan seorang pembimbing ruhani, walaupun secara lahiriah pengetahuan yang dimiliki oleh sang ulama tadi lebih tinggi dibanding sang Mursyid. Tetapi, tentu saja, dalam soal-soal Ketuhanan, soal-soal bathiniyah, sang ulama tentu tidak menguasainya.

Sebagaimana ayat al-Qur’an di atas, seorang Syekh atau Mursyid Sufi, mesti memiliki prasyarat yang tidak ringan. Dari konteks ayat di atas menunjukkan bahwa kebutuhan akan bimbingan ruhani bagi mereka yang menempuh jalan sufi, seorang pembimbing ruhani mesti memiliki predikat seorang yang wali, dan seorang yang Mursyid. Dengan kata lain, seorang Mursyid yang bisa diandalkan adalah seorang Mursyid yang Kamil Mukammil, yaitu seorang yang telah mencapai keparipurnaan ma’rifatullah sebagai Insan yang Kamil, sekaligus bisa memberikan bimbingan jalan keparipurnaan bagi para pengikut thariqatnya.

Tentu saja, untuk mencari model manusia paripurna setelah wafatnya Rasulullah saw. terutama hari ini, sangatlah sulit. Sebab ukuran-ukuran atau standarnya bukan lagi dengan menggunakan standar rasional-intelektual, atau standar-standar empirisme, seperti kemasyhuran, kehebatan-kehebatan atau pengetahuan-pengetahuan ensiklopedis misalnya. Bukan demikian. Tetapi, adalah penguasaan wilayah spiritual yang sangat luhur, dimana, logika-logikanya, hanya bisa dicapai dengan mukasyafah kalbu atau akal hati.

Karenanya, pada zaman ini, tidak jarang Mursyid Tarekat yang bermunculan, dengan mudah untuk menarik simpati massa, tetapi hakikatnya tidak memiliki standar sebagai seorang Mursyid yang wali sebagaimana di atas. Sehingga saat ini banyak Mursyid yang tidak memiliki derajat kewalian, lalu menyebarkan ajaran tarekatnya. Dalam banyak hal, akhirnya, proses tarekatnya banyak mengalami kendala yang luar biasa, dan akhirnya banyak yang berhenti di tengah jalan persimpangan.

Lalu siapakah Wali itu? Wali adalah kekasih Allah Swt. Mereka adalah para kekasih Allah yang senanatiasa total dalam tha’at ubudiyahnya, dan tidak berkubang dalam kemaksiatan. Dalam al-Qur’an disebutkan:

“Ingatlah, bahwa wali-wali Allah itu tidak pernah takut, juga tidak pernah susah.”
Sebagian tanda dari kewalian adalah tidak adanya rasa takut sedikit pun yang terpancar dalam dirinya, tetapi juga tidak sedikit pun merasa gelisah atau susah. Para Wali ini pun memiliki hirarki spiritual yang cukup banyak, sesuai dengan tahap atau maqam dimana, mereka ditempatkan dalam Wilayah Ilahi di sana. Paduan antara kewalian dan kemursyidan inilah yang menjadi prasyarat bagi munculnya seorang Mursyid yang Kamil dan Mukammil di atas.

Dalam kitab Al-Mafaakhirul ‘Aliyah, karya Ahmad bin Muhammad bin ‘Ayyad, ditegaskan, -- dengan mengutip ungkapan Sulthanul Auliya’ Syekh Abul Hasan asy-Syadzily ra, -- bahwa syarat-syarat seorang Syekh atau Mursyid yang layak – minimal –ada lima:

1. Memiliki sentuhan rasa ruhani yang jelas dan tegas.
2. Memiliki pengetahuan yang benar.
3. Memiliki cita (himmah) yang luhur.
4. Memiliki perilaku ruhani yang diridhai.
5. Memiliki matahati yang tajam untuk menunjukkan jalan Ilahi.

Sebaliknya kemursyidan seseorang gugur manakala melakukan salah satu tindakan berikut:

1. Bodoh terhadap ajaran agama.
2. Mengabaikan kehormatan ummat Islam.
3. Melakukan hal-hal yang tidak berguna.
4. Mengikuti selera hawa nafsu dalam segala tindakan.
5. Berakhal buruk tanpa peduli dengan perilakunya.

Syekh Abu Madyan – ra- menyatakan, siapa pun yang mengaku dirinya mencapai tahap ruhani dalam perilakunya di hadapan Allah Swt. lalu muncul salah satu dari lima karakter di bawah ini, maka, orang ini adalah seorang pendusta ruhani:

1. Membiarkan dirinya dalam kemaksiatan.
2. Mempermainkan thaat kepada Allah.
3. Tamak terhadap sesama makhuk.
4. Kontra terhadap Ahlullah
5. Tidak menghormati sesama ummat Islam sebagaimana diperintahkan Allah Swt.

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili mengatakan, “Siapa yang menunjukkan dirimu kepada dunia, maka ia akan menghancurkan dirimu. Siapa yang menunjukkan dirimu pada amal, ia akan memayahkan dirimu. Dan barangsiapa menunjukkan dirimu kepada Allah Swt. maka, ia pasti menjadi penasehatmu.”

Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan, “Janganlah berguru pada seseorang yang yang tidak membangkitkan dirimu untuk menuju kepada Allah dan tidak pula menunjukkan wacananya kepadamu, jalan menuju Allah”.

Seorang Mursyid yang hakiki, menurut Asy-Syadzili adalah seorang Mursyid yang tidak memberikan beban berat kepada para muridnya.

Dari kalimat ini menunjukkan bahwa banyak para guru sufi yang tidak mengetahui kadar bathin para muridnya, tidak pula mengetahui masa depan kalbu para muridnya, tidak pula mengetahui rahasia Ilahi di balik nurani para muridnya, sehingga guru ini, dengan mudahnya dan gegabahnya memberikan amaliyah atau tugas-tugas yang sangat membebani fisik dan jiwa muridnya. Jika seperti demikian, guru ini bukanlah guru yang hakiki dalam dunia sufi.

Jika secara khusus, karakteristik para Mursyid sedemikian rupa itu, maka secara umum, mereka pun berpijak pada lima (5) prinsip thariqat itu sendiri:

1. Taqwa kepada Allah swt. lahir dan batin.
2. Mengikuti Sunnah Nabi Saw. baik dalam ucapan maupun tindakan.
3. Berpaling dari makhluk (berkonsentrasi kepada Allah) ketika mereka datang dan pergi.
4. Ridha kepada Allah, atas anugerah-Nya, baik sedikit maupun banyak.
5. Dan kembali kepada Allah dalam suka maupun duka.

Manifestasi Taqwa, melalaui sikap wara’ dan istiqamah.
Perwujudan atas Ittiba’ sunnah Nabi melalui pemeliharaan dan budi pekerti yang baik. Sedangkan perwujudan berpaling dari makhluk melalui kesabaran dan tawakal. Sementara perwujudan ridha kepada Allah, melalui sikap qana’ah dan pasrah total. Dan perwujudan terhadap sikap kembali kepada Allah adalah dengan pujian dan rasa syukur dalam keadaan suka, dan mengembalikan kepada-Nya ketika mendapatkan bencana.

Secara keseluruhan, prinsip yang mendasari di atas adalah:
1) Himmah yang tinggi,
2) Menjaga kehormatan,
3) Bakti yang baik,
4) Melaksanakan prinsip utama; dan
5) Mengagungkan nikmat Allah Swt.

Dari sejumlah ilusttrasi di atas, maka bagi para penempuh jalan sufi hendaknya memilih seorang Mursyid yang benar-benar memenuhi standar di atas, sehingga mampu menghantar dirinya dalam penempuhan menuju kepada Allah Swt.

Rasulullah saw. adalah teladan paling paripurna. Ketika hendak menuju kepada Allah dalam Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah Saw. senantiasa dibimbing oleh Malaikat Jibril as. Fungsi Jibril di sini identik dengan Mursyid di mata kaum sufi. Hal yang sama, ketika Nabiyullah Musa as, yang merasa telah sampai kepada-Nya, ternyata harus diuji melalui bimbingan ruhani seorang Nabi Khidir as. Hubungan Musa dan Khidir adalah hubungan spiritual antara Murid dan Syekh. Maka dalam soal-soal rasional Musa as sangat progresif, tetapi beliau tidak sehebat Khidir dalam soal batiniyah.

Karena itu lebih penting lagi, tentu menyangkut soal etika hubungan antara Murid dengan Mursyidnya, atau antara pelaku sufi dengan Syekhnya. Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani, (W. 973 H) secara khusus menulis kitab yang berkaitan dengan etika hubungan antara Murid dengan Mursyid tersebut, dalam “Lawaqihul Anwaar al-Qudsiyah fi Ma’rifati Qawa’idus Shufiyah”.
> anda juga bisa baca artikel ini di www.sufinews.com

Eksistensi Seorang Mursyid

Dalam setiap aktivitas rintangan itu akan selalu ada. Hal ini dikarenakan Tuhan menciptakan syetan tidak lain hanya untuk menggoda dan menghalangi setiap aktivitas manusia. Tidak hanya terhadap aktivitas yang mengarah kepada kebaikan, bahkan terhadap aktivitas yang sudah jelas mengarah menuju kejahatan pun, syetan masih juga ingin lebih menyesatkan.

Pada dasarnya kita diciptakan oleh Tuhan hanya untuk beribadah dan mencari ridla dari-Nya. Karena itu kita harus berusaha untuk berjalan sesuai dengan kehendak atau syari’at yang telah ditentukan. Hanya saja keberadaan syetan yang selalu memusuhi kita, membuat pengertian dan pelaksanaan kita terkadang tidak sesuai dengan kebenaran.

Dengan demikian, kebutuhan kita untuk mencari seorang pembimbing merupakan hal yang essensial. Karena dengan bimbingan orang tersebut, kita harapkan akan bisa menetralisir setiap perbuatan yang mengarah kepada kesesatan sehingga bisa mengantar kita pada tujuan.

Thariqah
Thariqah adalah jalan. Maksudnya, salah satu jalan menuju ridla Allah atau salah satu jalan menuju wushul (sampai pada Tuhan). Dalam istilah lain orang sering juga menyebutnya dengan ilmu haqiqat. Jadi, thariqah merupakan sebuah aliran ajaran dalam pendekatan terhadap Tuhan. Rutinitas yang ditekankan dalam ajaran ini adalah memperbanyak dzikir terhadap Allah.

Dalam thariqat, kebanyakan orang yang terjun ke sana adalah orang-orang yang bisa dibilang sudah mencapai usia tua. Itu dikarenakan tuntutan atau pelajaran yang disampaikan adalah pengetahuan pokok atau inti yang berkaitan langsung dengan Tuhan dan aktifitas hati yang tidak banyak membutuhkan pengembangan analisa. Hal ini sesuai dengan keadaan seorang yang sudah berusia tua yang biasanya kurang ada respon dalam pengembangan analisa. Meskipun demikian, tidak berarti thariqah hanya boleh dijalankan oleh orang-orang tua saja.

Lewat thariqah ini orang berharap bisa selalu mendapat ridla dari Allah, atau bahkan bisa sampai derajat wushul. Meskipun sebenarnya thariqah bukanlah jalan satu-satunya.

Wushul
Wushul adalah derajat tertinggi atau tujuan utama dalam ber-thariqah. Untuk mencapai derajat wushul (sampai pada Tuhan), orang bisa mencoba lewat bermacam-macam jalan. Jadi, orang bisa sampai ke derajat tersebut tidak hanya lewat satu jalan. Hanya saja kebanyakan orang menganggap thariqah adalah satu-satunya jalan atau bahkan jalan pintas menuju wushul.

Seperti halnya thariqah, ibadah lain juga bisa mengantar sampai ke derajat wushul. Ada dua ibadah yang syetan sangat sungguh-sungguh dalam usaha menggagalkan atau menggoda, yaitu shalat dan dzikir. Hal ini dikarenakan shalat dan dzikir merupkan dua ibadah yang besar kemungkinannya bisa diharapkan akan membawa keselamatan atau bahkan mencapai derajat wushul. Sehingga didalam shalat dan dzikir orang akan merasakan kesulitan untuk dapat selalu mengingat Tuhan.

Dalam sebuah cerita, Imam Hanafi didatangi seorang yang sedang kehilangan barang. Oleh Imam Hanafi orang tersebut disuruh shalat sepanjang malam sehingga akan menemukan barangnya. Namun ketika baru setengah malam menjalankan shalat, syetan mengingatkan/mengembalikan barangnya yang hilang sambil membisikkan agar tidak melanjutkan shalatnya. Namun oleh Imam Hanafi orang tersebut tetap disuruh untuk melanjutkan shalatnya.

Seperti halnya shalat, dzikir adalah salah satu ibadah yang untuk mencapai hasil maksimal harus melewati jalur yang penuh godaan syetan. Dzikir dalam ilmu haqiqat atau thariqat, adalah mengingat atau menghadirkan Tuhan dalam hati. Sementara Tuhan adalah dzat yang tidak bisa diindera dan juga tiak ada yang menyerupai. Sehingga tidak boleh bagi kita untuk membayangkan keberadaan Tuhan dengan disamakan sesuatu. Maka dalam hal ini besar kemungkinan kita terpengaruh dan tergoda oleh syetan, mengingat kita adalah orang yang awam dalam bidang ini (ilmu haqiqat) dan masih jauh dari standar.

Karena itu, untuk selalu bisa berjalan sesuai ajaran agama, menjaga kebenaran maupun terhindar dari kesalahan pengertian, kita harus mempunyai seorang guru. Karena tanpa seorang guru, syetanlah yang akan membimbing kita. Yang paling dikhawatirkan adalah kesalahan yang berdampak pada aqidah.

Mursyid
Mursyid adalah seorang guru pembimbing dalam ilmu haqiqat atau ilmu thariqat. Mengingat pembahasan dalam ilmu haqiqat atau ilmu thariqat adalah tentang Tuhan yang merupakan dzat yang tidak bisa diindera, dan rutinitas thariqah adalah dzikir yang sangat dibenci syetan. Maka untuk menjaga kebenaran, kita perlu bimbingan seorang mursyid untuk mengarahkannya. Sebab penerapan Asma’ Allah atau pelaksanaan dzikir yang tidak sesuai bisa membahayakan secara ruhani maupun mental, baik terhadap pribadi yang bersangkutan maupun terhadap masyarakat sekitar. Bahkan bisa dikhawatirkan salah dalam beraqidah.

Seorang mursyid inilah yang akan membimbing kita untuk mengarahkannya pada bentuk pelaksanaan yang benar. Hanya saja bentuk ajaran dari masing-masing mursyid yang disampaikan pada kita berbeda-beda, tergantung aliran thariqah-nya. Namun pada dasarnya pelajaran dan tujuan yang diajarkannya adalah sama, yaitu al-wushul ila-Allah.

Melihat begitu pentingnya peranan mursyid, maka tidak diragukan lagi tinggi derajat maupun kemampuan dan pengetahuan yang telah dicapai oleh mursyid tersebut. Karena ketika seorang mursyid memberi jalan keluar kepada muridnya dalam menghadapi kemungkinan godaan syetan, berarti beliau telah lolos dari perangkap syetan. Dan ketika beliau membina muridnya untuk mencapai derajat wushul, berarti beliau telah mencapai derajat tersebut. Paling tidak, seorang mursyid adalah orang yang tidak diragukan lagi kemampuan maupuan pengetahuannya.


(Penulis adalah pengasuh Ponpes al-Ma’ruf, Bandungsari, Ngaringan, Grobogan, Jateng; juga sebagai wakil Syuriyah NU wilayah Jateng dan sebagai anggota lajnah tashhih NU Pusat dan di persatuan thariqat se-Indonesia).

Mendermakan Harta dan Meringankan Beban Orang Lain



Pengajian Syeikh Abdul Wahab Asy-Sya’rani

Diantara akhlak mereka adalah banyak berderma dan menolong saudara-saudara mereka, baik saat dalam perjalanan maupun keseharian di rumah. Dengan demikian terjadi tolong menolong dalam membela agama yang mana menjadi tujuan mereka.

Dalam hadits dikatakan: "Apabila para hartawan kalian adalah orang-orang dermawan, para pemimpin kalian adalah orang-orang pilihan dan urusan kalian diselesaikan dengan musyawarah maka permukaan bumi lebih baik bagi kalian dari pada isi kandungan di dalamnya. Akan tetapi jika para pemimpin kalian adalah orang-orang jahat, para hartawan kalian adalah orang-orang kikir dan urusan kalian ada di tangan para wanita maka isi dalam bumi lebih baik dari pada permukaannya."

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki mendatangi Nabi (SAW) lalu meminta sesuatu kepada beliau. Lalu beliau memberi empat puluh ekor domba. Laki-laki itu pun kemudian kembali kepada kaumnya dan berkata: "Wahai kaumku, masuk Islamlah, sesungguhnya Muhammad memberi pemberian dengan pemberian orang yang tidak takut miskin."
Husain bin Ali (ra) pernah menikahi seorang perempuan lalu mengutus bersamanya seratus budak perempuan dan masing-masing diberi uang saku seribu dirham.

Abdullahh bin Umar (ra) meminta syarat kepada orang yang ingin berpergian bersamanya agar Abdullah sendiri yang membayarinya, melayaninya dan menjadi muadzin untuk Shalat selama dalam perjalanan.
Aisyah (ra) pernah berkata: "Surga adalah tempat tinggal orang-orang dermawan dan neraka tempat tinggal orang-orang kikir."
Abdullah bin Abbas (ra) berkata: "Tanda orang mulia adalah ubannya berada di kepala bagian depan dan demikian pula janggutnya. Sedangkan orang hina ubannya berada di belakang kepalanya dan tidak memberi manfaat kepada orang lain dengan sesuatu kecuali karena harapan atau ketakutan."

Ibrahim bin Adham berkata: "Sungguh mengherankan, seorang laki-laki hina, kikir dengan dunia terhadap teman-temannya, tetapi dermawan dengan surga kepada musuh-musuhnya."

Imam Syafi'i (ra) berkata "Di antara tanda orang hina adalah apabila naik ia bersikap kasar terhadap sanak kerabatnya, tidak mengakui kenalan-kenalannya, dan bersikap sombong terhadap orang terhormat dan mulia."
Muhammad bin Sirin berkata: "Kami pernah menjumpai orang-orang yang suka saling memberi uang perak (dirham) di letakkan di nampan seperti buah-buahan."

Yahya bin Muadz berkata "Aku heran kepada orang yang memegang harta benda sementara ia mendengar Firman Allah (SWT): "jika kamu membelanjakan harta kepada Allah (SWT) dalam bentuk pinjaman yang baik, tentu Dia akan melipat gandakan balasan-Nya kepada kamu." (at-Taghabun 17).

(Saya katakan) Bilamana sebab berhentinya hamba membelanjakan harta bendanya dalam kebajikan yang diperintahkan oleh Allah (SWT) adalah karena tidak membenarkan janji-Nya berupa balasan pahala yang berlipat ganda, maka amal perbuatan apa pun tidak berguna baginya sebesar gunung sekali pun. Sebab amal itu tanpa asas.

Maka patut direnungkan seandainya ada seorang manusia duduk dan dihadapannya terdapat suatu kotak besar penuh dengan uang emas, lalu berkata: "Barang siapa menyantuni seorang fakir satu dirham (mata uang perak.) maka aku akan balas memberinya satu dinar (mata uang emas)", tentu orang-orang akan berlomba-lomba memberi orang-orang fakir sedekah karena mengharap jumlah uang yang lebih banyak. Berbeda dengan seandainya ia menjanjikan pemberian dinar setelah satu tahun umpamanya maka yang tertarik barangkali hanya sedikit sekali di antara mereka, karena kurang yakin padanya. Tetapi bilamana keyakinan mereka kuat tentu akan menyambut ajakan itu. Sebab syarat kesempurnaan iman seseorang adalah meyakini apa yang dijanjikan oleh Allah (SWT) berupa hal-hal ghaib seperti halnya yang tampak. Di sinilah manusia ada yang menyambut dan ada yang tidak atas perintah Allah (SWT) sesuai dengan iman mereka. Wallahu a'alam.

Abdullah bin Mas'ud (ra) pernah ditanya tentang orang berakal itu siapa? Ia menjawab: "Orang yang menyimpan hartanya di suatu tempat dimana hartanya itu tidak dimakan ulat dan tidak dicuri maling, yakni di langit."
Kisra pernah berkata: "Kamu tidak memiliki hartamu, apabila kamu belanjakan maka, hartamu itu telah kamu miliki."

Suatu kali seseorang masuk kota Basrah lalu bertanya: "Siapa tuan kota ini?" Ia mendapat jawaban: "Hasan Basri". Ia bertanya lagi: "Dengan apa ia menjadi tuan kota ini atas penduduknya?" Orang orang menjawab: "Karena ia tidak membutuhkan pesona dunia yang ada di tangan mereka tetapi mereka membutuhkan ilmu dan agama yang ada, padanya." Orang itu kemudian berkata: "Tidak diragukan ia adalah tuan mereka! "
Allah (SWT) pernah mewahyukan kepada Musa. (as): "Sungguh Aku memberitahukan kepadamu tentang hamba-hamba Ku, perihal empat perkara yang Aku sayangkan, yaitu Aku meminjamkan kepada mereka apa-apa yang Aku berikan kepada mereka lalu mereka kikir, Aku peringatkan kepada mereka tentang iblis tetapi mereka tidak sadar, Aku mengajak mereka ke surga tetapi mereka tidak menyambutnya, dan aku menakuti mereka dengan neraka, tetapi mereka tidak takut dan tidak berusaha melakukan amal-amal ahli surga.."

Seorang perempuan pernah menemui Imam Laits bin Sa'd (ra) dengan membawa bejana kecil meminta kepadanya madu seraya berkata: "Sesungguhnya suamiku sedang sakit." Lalu Imam Laits memerintahkan (keluarganya) untuk mengisi penuh. Ketika dikatakan bahwa perempuan itu hanya meminta sedikit, ia menjawab: "Ia memang meminta sesuai dengan kepantasannya dan kami memberi sesuai dengan kepantasan kami."

Hasan Basri berkata: "Kamu aneh, hai anak Adam, membelanjakan untuk hawa nafsumu dengan boros tanpa pertimbangan. Sementara kamu kikir membelanjakan untuk keridhaan Tuhanmu dengan dirham. Kamu akan menyadari kedudukanmu, hai bodoh, di sisi-Nya kelak."

Ia juga berkata: "Jangan sampai kamu meminta keperluan kepada orang kikir. Sesungguhnya barang siapa meminta kepadanya suatu hajat, tak ubahnya seperti orang ingin menangkap ikan dari daratan dan belantara."
Al-Junaid adalah orang yang sama sekali tidak pemah menolak seseorang yang meminta kepadanya sesuatu, dan mengatakan: "Aku berusaha mengikuti akhlak Rasulullah (SAW)."

(Saya katakan) Salah satu asma Allah adalah al-Mani' (yang Maha tidak Memberi) maka Dia tidak mau memberi orang yang memohon kepada-Nya sesuatu karena hikmah (rahasia yang Dia ketahui dengan ilmu-Nya yang tanpa batas) bukan karena kikir. Sebagaimana dikisahkan dari orang-orang besar bahwa mereka ketika menolak permintaan orang yang meminta adalah karena kearifan akal budinya meniru Allah (SWT).
Muawiyah pemah suatu hari mengirim utusan kepada Aisyah (ra) membawa seratus ribu dirham, lalu ketika itu pula Aisyah membagi-bagikannya hingga tidak tersisa untuknya sedikit pun. Begitu juga dengan Thalhah bin Ubaidillah (ra) pernah membagikan seratus ribu dirham, sementara ia sendiri duduk menjahit ujung selendangnya yang sobek.
Abdullah bin Umar (ra) berkata: "Aku tidak melihat setelah Nabi (SAW) orang yang lebih suka memberi dari pada Muawiyah (ra)".
Ia bertemu dengan Hasan bin Ali (ra) lalu berkata: "Marhaban, wahai anak dari putri Rasulullah (ra)" Kemudian memerintahkan agar memberikan kepadanya tiga ratus ribu dirham. Kemudian bertemu dengan Abdullah bin Zubair (ra), lalu memerintahkan agar memberikan kepadanya seratus ribu dirham.

Hammad bin Salamah setiap hari selama bulan Ramadhan mengundang orang-orang miskin untuk berbuka puasa bersamanya sebanyak lima puluh orang. Bilamana hari raya tiba ia memberi mereka masing-masing satu pakaian dan uang seratus dirham. Ia juga memberi guru ngaji anaknya setiap bulan tiga puluh dinar. Suatu saat kancing bajunya lepas lalu seorang penjahit memperbaikinya dan ia mernberi kepadanya tiga puluh dirham.
Ia pernah berkata: "Seandainya bukan karena adanya orang-orang yang membutuhkan kepadaku sehingga aku dapat memberinya maka aku tidak ingin berdagang apapun." Bilamana melihat seorang perempuan cantik meminta-minta kepada orang maka ia memberinya kepingan dirham, pakaian dan berkata: "Aku lakukan ini agar ada laki-laki yang tertarik menikahinya karena khawatir kecantikannya menimbulkan fitnah."
Abdullah bin Abu Bakrah (ra) memberi infaq kepada para tetangganya sebanyak empat puluh keluarga di sekelilingnya dan memberi makan berbuka puasa kepada orang-orang miskin. Ia mengirim kepada mereka daging pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Ia membebaskan setiap tahunnya seratus budak pada hari raya Idul Fitri.

Abdullah bin Rabi'ah apabila dihijam (pengobatan melalui cuci darah dengan cara menyedotnya) oleh seorang hamba sahaya. Hamba itu kemudian dimerdekakannya atau dibeli dari tuannya lalu dimerdekakan.
Ketika Abdullah bin Luhai'ab dikunjungi oleh Imam Laits dan ia sedang menangis, lalu ditanya: "Apa yang membuatmu menangis wahai Abdullah?" Ia menjawab: "Aku menangis karena mempunyai hutang seribu dinar." Imam Laits kemudian mengutus pembantunya untuk membawa uang agar Abdullah dapat melunasinya."

Suatu ketika Abdullah bin Ja'far (ra) diundang untuk menghadiri walimah (acara pernikahan) akan tetapi tidak dapat hadir karena suatu. halangan. Kemudian ia mengirim lima ratus dinar kepada shahibul walimah dan meminta maaf kepadanya atas ketidakhadirannya.

Seorang laki-laki datang menemui Said bin Ash (ra) meminta sesuatu. Lalu Said memerintahkan pembantunya memberi lima ratus. Akan tetapi pembantunya itu ragu, apakah dirham atau dinar yang dimaksud. Said lalu berkata: "Sebenamya yang aku maksud adalah dirham (uang perak), akan tetapi karena kamu ragu maka gantilah dengan dinar (uang emas)." Laki-laki itu kemudian duduk menangis. Said pun lalu bertanya heran: "Apa yang membuatmu menangis?" Ia menjawab: "Aku menangis karena orang seperti anda akan turun ke dalam bumi dan dimakan tanah!" Said bin Ubaidah (ra) berdoa dan mengucapkan: "Ya Allah, karuniakanlah hamba rizki harta yang dengannya hamba berbuat baik. Sesungguhnya hanya dengan harta hamba dapat berbuat baik! Kemudian mengatakan kata-katanya: "Aku lihat, untuk berbuat baik jiwaku rindu tetapi hartaku tidak memenuhi kerinduan itu karena kekikiranku, jiwaku tak menurutiku untuk berbuat baik, hartaku tak mengantarku. Saudaraku, pahamilah itu. Jangan sampai anda berpenampilan syaikh (kyai) tetapi berakhlak kebalikan mereka dalam kedermawanan, kemuliaan dan suka menolong. Mereka memberi banyak harta namun demikian tidak memandang diri mereka lebih dari pada orang lain. Di antara mereka bahkan ada yang memotong kain selendangnya menjadi dua dan memberikan satu potong untuk saudaranya."
Abdullah bin Umar pernah ditanya: "Apa hak muslim atas muslim lainnya?" Ia menjawab: "Hendaklah ia tidak kenyang dan membiarkan saudaranya lapar, hendaklah ia tidak berpakaian dan membiarkan saudaranya tidak berpakaian, dan hendaklah tidak kikir dengan warna putih (dirham) dan kuning (dinar)."

Abu Darda' (ra) berkata: "Bagaimana seseorang di antara kamu kikir dengan dirham dan dinar terhadap saudaranya padahal apabila meninggal dunia ia menangisinya?"
Dikisahkan bahwa seorang sahabat Nabi (SAW) memberi hadiah kepada saudaranya. Lalu saudaranya itu menghadiahkan kembali kepada saudaranya. Hadiah itu terus dihadiahkan dari satu orang ke orang lain hingga akhirnya sampai kepada pemberi pertama. Padahal masing-masing membutuhkan hadiah itu, tetapi lebih mendahulukan saudara mereka. Bilamana di antara mereka ada yang menikah, sementara ia miskin maka tidak jarang mas kawinnya mereka yang menanggung, disamping biaya hidup satu tahun untuk membesarkan hatinya dan menjadi modal rumah tangga baru, seperti lazimnya orang yang menikah.

Hasan bin Ali sama sekali tidak pernah menolak orang yang meminta. Suatu saat seorang meminta kepadanya. Lalu ia memberi sepuluh ribu dinar. Orang itu lalu berkata: "Aku tidak mempunyai tempat untuk membawanya." Hasan kemudian memberikan surbannya."
Bakar bin Abdullah al-Mazni berkata: "Harta yang paling aku sukai adalah yang telah aku sampaikan kepada saudara-saudaraku dan yang paling aku tidak sukai adalah yang tinggal di belakangku.”

Orang-orang shalih itu bilamana didatangi pengemis tampak gembira diwajah mereka dan menyambutnya hangat seraya berkata: "Selamat datang, hai orang yang ikut memikul beban kami menuju akhirat tanpa upah dan mengurangi sesuatu yang memalingkan kami dari ibadah kepada Tuhan kami." Di antara mereka ada yang memberikan seribu dinar kepada saudaranya seraya mengatakan: "Bagikanlah kepada, orang-orang yang membutuhkan dan janganlah dinisbahkan kepadaku."
Dhihak pernah berkata, menjelaskan firman Allah: "Sesungguhnya kami melihat engkau adalah termasuk orang-orang yang suka berbuat baik." (Yusuf:36)

Bahwa kebaikan Yusuf (as) adalah setiap kali ada yang sakit di penjara (bersama Yusuf) ia mengurusinya dan setiap kali ada yang berada dalam kesempitan ia memberi kelapangan. Bilamana tidak mempunyai sesuatu untuk orang fakir, Yusuf berkeliling untuk memintakan sesuatu yang dibutuhkan orang fakir kepada orang-orang.

Orang-orang shalih bilamana pembantu salah seorang di antara mereka meninggal dunia maka mereka pun mengirim pembantu penggantinya. Bilamana di antara mereka ada yang mempunyai hutang, mereka segera membantu, melunasinya tanpa memberitahu kepadanya.
Rabi' bin Khaitsam, Ibrahim an Nakhi dan Atha' as Sulami hidup dari hubungan dengan para saudara, dan tidak mempunyai ladang pertanian maupun peternakan atau lainnya.

(Saya katakan) Diriwayatkan dari kaum salaf tentang celaan meninggalkan bekerja atau makan dari makanan orang lain berlaku terhadap orang yang mengharap, atau diberi makan karena agama mereka, atau hal sejenisnya.
Dikisahkan bahwa Ibnu Muqanna diberitahukan bahwa tetangganya berniat menjual rumahnya karena dililit hutang. Lalu ia mengirim uang sebesar harga rumah itu dan berkata: "Jangan kamu jual rumahmu sebab, kami lebih banyak mengambil manfaat dari pada kamu dengan rumah itu selama kami duduk berteduh."
Ibrahim At-Taimi seringkali mengumpulkan sekelompok orang miskin dan duduk bersama mereka dalam masjid." Ia berkata kepada mereka: "Beribadahlah, sementara aku senantiasa melayani dan memberi bekal kepada kalian."

Maimun bin Muhran berkata: "Barang siapa mencari kerelaan saudara-saudara, tanpa berbuat kebaikan maka ia telah salah jalan."
Dalam satu riwayat "Maka hubungilah ahli kubur." Amirul Mu'rninin Ali (ra) pemah berkata: "Sebaik-baik orang Muslim adalah yang menolong orang-orang Muslim dan bermanfaat bagi mereka."
Nabi Isa (as) berkata: "Perbanyaklah sesuatu yang tidak dimakan api dan tidak pula tanah." Orang-orang bertanya: "Apa itu?" la menjawab: "Yaitu kebaikan, sebab meskipun kebaikan itu tidak memberi manfaat langsung orang yang mendapat kebaikan itu tidak mendatangkan kecelakaan dalam waktu dekat atau jauh.

Saudaraku, camkan dalam benak Anda, dan ikutilah kata-kata orang-orang terdahulu yang shalih.

---(ooo)---www.sufinews.com

Tahukah Engkau Apakah Cinta itu?



Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzili

Itulah pertayaan yang diajukan oleh seseorang kepada Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily ra:

1. Apakah yang disebut minuman Cinta?
2. Apa gelas piala Cinta?
3. Siapa sang peminum?
4. Apakah rasa minumannya?
5. Siapakan para peminum sejati?
6. Apakah rasa segar minuman?
7. Apakah yang disebut mabuk Cinta?
8. Apa pula sadar dari mabuk itu?

Syeikh Abul Hasan asy-Syadzili menjawab:

Minuman Cinta adalah Cahaya yang cemerlang berkalian dari Kemahaindahan Sang Kekasih.

Gelas pialanya adalah kelembutan yang menghubungkan ke bibir-bibir hati.

Sang peminum adalah pihak yang mendapat limpahan agung kepada orang-orang istemewa seperti para Auliya dan hamba-hambaNya yang saleh. Allah Yang Maha Tahu kadar kepastian dan kebajikan bagi kekasih-kekasihNya.

Sang Peminum adalah pecinta yang dibukakan keindahan cinta itu dan menyerap minuman nafas demi nafas jiwa.

Rasa minuman adalah rasa dibalik orang yang terdendam rindunya ketika hijab diturunkan.

Sang peminum sejati adalah pecinta yang meneguk arak cinta itu, sejam dua jam.

Rasa segar peminuman cinta adalah bagi orang yang dilimpahi arak cinta dan terus menerus meminumnya hingga kerongkongan penuh sampai ke urat nadinya. Cahaya Allah ada dibalik minuman yang melimpah itu.

Mabuk Cinta adalah ketika seseorang hanyut dalam rasa dan hilang akal, tidak mengerti apa yang dikatakan dan diucapkan padanya.

Sadar dari mabuk cinta, adalah situasi sadar ketika gelas piala minuman cinta dikelilingkan, di hadapan mereka berbagai kondisi ruhani silih berganti, lalu kembali pada dzikir dan ketaatan, tidak terhijabi oleh sifat-sifat dengan berbagai ragam kadar yang ada, itulah yang disebut sebagai waktu sadar cinta, ketika pandangannya meluas melintas batas dan pengetahuannya semakin bertambah.

Mereka berada di bintang-bintang pengetahuan, berada di rembulan Tauhid, untuk menjadi petunjuk ketika malam menjadi gulita. Mereka dengan matahari ma'rifat, mencerahi padang harinya. Mereka itulah yang disebut Hizbullah (Pasukan-pasukan Allah) dan ingatlah bahwa Hizbullah itulah yang menang." (Al-Mujadilah: 22)

Nasehat-Nasehat Sulthonul Auliya' Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily



Menyikapi Beban Dunia

Syeikh Abul Abbas al-Mursy bercerita:
Suatu hari aku dan Syaikh Abul Hasan asy-Syadzily melakukan satu perjalanan dan kami menuju kota Iskandariyyah, dari Marokko. Aku telah merasakan kesulitan sehingga aku begitu lemah akibat beban yang saya bawa. Syeikh tiba-tiba berkata:
"Ahmad!"
"Ya, tuanku"
"Adam 'alaihissalam telah diciptakan oleh Allah dengan tanganNya, dan para malaikat telah bersujud kepadanya. Dia telah tinggal di syurga selama setengah hari (yakni lima ratus tahun), kemudian dia telah diturunkan ke muka bumi. Demi Allah, dia tidak diturunkan oleh Allah ke atas bumi untuk merendahkan derajatnya, tetapi justru untuk menyempurnakannya. Sesungguhnya, dia diturunkan ke atas bumi untuk dijadikan seorang khalifah, seperti firmanNya: "Aku akan melantik seorang khalifah di atas bumi."

Allah tidak mengatakan (pelantikan Adam 'alaihissalam itu) di syurga ataupun di langit. Karena itu, turunnya ke bumi adalah turun dengan kemuliaan, bukannya turun dengan kehinaan. Sesungguhnya, dia telah menyembah Allah di syurga melalui ibadah ma'rifat (ubudiyatut-ta'rif), maka telah diturunkannya ke bumi agar dia menyembahNya dengan ibadah Taklif (mengemban tugas, 'ubudiyatut-taklif). Apabila telah terhimpun dua sifat kehambaan (ubudiyatain), barulah dia layak dilantik sebagai khalifah.
Dan engkau pun memiliki bagian dari Nabi Adam 'alaihissalam. Engkau bermula di Langit ar Ruh, di dalam Syurga al Ma'arif. Maka, diturunkannya dirimu ke atas Bumi an Nafs, agar engkau menyembahNya dengan at taklif. Agar setelah berhimpun pada dirimu kedua sifat kehambaan ini, barulah engkau layak dilantik sebagai seorang khalifah."

Makan yang Enak, Tidur yang Nyenyak

Makanlah makanan yang paling enak, minumlah minuman yang paling segar, tidurlah di atas hamparan yang paling empuk, dan pakailah pakaian yang paling halus. Maka, jika seseorang dari kalian berbuat demikian, lalu dia mengucapkan alhamdulillah, niscaya seluruh anggota tubuh badannya juga turut mengucapkan syukur kepada Allah.
Berbeda jika seseorang itu hanya makan roti dengan garam, memakai pakaian yang kasar, tidur di atas tanah (atau lantai), dan minum air panas, lalu mengucapkan alhamdulillah. Sebenarnya, di dalam ucapan itu, ada rasa keluh kesah dan tidak puas hati dengan takdir Allah Ta'ala.
Padahal ia mengetahui bahwa berkeluh kesah dan tidak merasa puas hati dengan takdir Allah itu lebih besar dosanya daripada mereka yang bersenang-senang dengan kepentingan duniawi.
Mereka yang bersenang senang dengan kepentingan duniawi itu masih berada di dalam batas melakukan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah. Sedangkan orang yang berkeluh kesah dan tidak rela (dengan takdir Allah), benar-benar telah melakukan sesuatu yang telah dilarang oleh Allah.

Wirid yang Sampai Kepada Allah

Abul Abbas Al-Mursy bercerita, "Aku bertanya kepada guruku berkenaan wirid orang orang yang telah benar-benar sampai (wushul) kepada Allah."
Beliau berkata, "Dengan cara menggugurkan hawa nafsu dan mencintai Tuhannya. Dan teguh memegang kecintaan itu, dibanding mencintai yang lain daripada Allah."
"Siapa yang ingin bersahabat dengan Allah, maka seharusnya ia memulai dengan meninggalkan segala syahwat diri (kepentingan pribadi). Sang hamba tidak akan sampai kepada Allah, jika masih ada pada dirinya segala kesenangan dirinya. Dan tidak juga sampai, jika dalam dirinya ada segala keinginan."

Adab Bersama Allah dan RasulNya, Syeikh dan Sesama



Syeikh Ibnu ‘Ajibah Al-Hasany


Adab Bersama Allah dan RasulNya

Untuk kalangan awam:
Menjalankan perintah dan menjauhi larangan-laranganNya. Mengikuti Sunnah Nabi dan menjauhi ahli bid’ah.
Untuk kalangan Khawash:
Memperbanyak dzikir, muroqobah bagi kehadiranNya dan memprioritaskan Cinta kepadaNya dibanding lainnya. Syeikh Zaruq menambahkan, dengan: menjaga aturan, menepati janji dengan Allah dengan bergantung pada Allah, Ridlo dengan pemberianNya dan mencurahkan kemampuan jiwanya. Sedangkan adab bersama Rasulullah SAW, (bagi Khawash) adalah memprioritaskan cinta pada Rasul, mengikuti petunjuk, berakhlak dengan budi pekertinya.
Khawashul Khawash (Al-Arifun):
Senantiasa patuh dalam segala hal kepadaNya, mengagungkanNya untuk segalanya, dan melanggengkan ma’rifat dalam Tajally Jalal dan JamalNya. Sedangkan bersama Rasulullah saw.: Mewujudkan seluruh hakikat dirinya dalam cakupan Rasul saw, mengagungkan ummatnya dan senantiasa memandang cahayanya.

Adab Bersama Syeikh

Adab Dzohir:
Menjalankan perintahnya (walaupun bertentangan dengan keinginannya), menjauhi larangannya, walau pun tampaknya (secara lahiriyah) keliru.

Harus tenang , sopan dalam kharisma Syeikh ketika berada di hadapan Syeikh. Tidak tertawa juga tidak mengeraskan suaranya, tidak pula memulai pembicaraan sebelum ditanya. Atau memahami bahasa isyaratnya, dengan pemahaman jiwa. Tidak makan bersamanya (kecuali diajak), tidak makan di depannya, juga tidak tidur bersamanya, atau dekat dengannya.

Bergegas khidmah padanya secara material maupun jiwanya menurut kemampuannya. Khidmah ini bisa menjadi penentu Wushul kepada Allah.
Mengikuti majlisnya, atau minimal sering bertemu. Karena pertemuan ini bisa mempercepat wushul kepada Allah.

Adab Bathin:
Meyakini keparipurnaannya, dan meyakini kemursyidannya, karena Syeikh telah menyatu dalam syariat dan hakikat, jadzab dan suluk secara paripurna. Dan Syeikh senantiasa berada pada jejak-jejak Rasulullah SAW.

Mengangungkan dan menghormatinya baik secara ghaib maupun hadir, dengan tetap mencintai di hatinya sebagai bukti pembenaran jiwanya.

Melepaskan akal rasional, prestasi dan pristis serta kapasitas ilmiah dan amaliyahnya, kecuali yang tumbuh dari hadapan Syeikhnya. Sebagaimana dilakukan oleh Syekh Abul Hasan as-Syadzily ketika bertemu Syeikhnya. Siapa pun yang hendak menemui syeikhnya, hendaknya ia memandikan ilmu dan amalnya sebelum ia bertemu dengan syeikhnya, agar mendapatkan minuman yang murni dari lautan ilmunya yang mulia.

Tidak boleh pindah dari satu Syeikh ke Syeikh lain. Karena perpindahan ini sangat tercela menurut ahli thariqah. Namun, diperkenankan pindah dari Syeikh Ilmu Dzohir (syariat) ke Syeikh syariat lainnya.

Adab dengan Sesama

Menjaga kehormatan mereka, apakah ia hadir atau tidak. Tidak boleh saling mencela, saling menggunjing, tidak boleh meremehkan sesama. Karena itu tidak boleh mengatakan, “murid si syeikh Fulan lebih sempurna dibanding murid syeikh fulan.” Si Fulan ini ‘arif, si fulan itu tidak arif. Si Fulan kuat dan si fulan lemah. Karena ungkapan itu tergolong pergunjingan, dan jelas haram. Apalagi bagi menggunjing para auliya’. Jangan sampai si murid menggunjing Waliyullah.

Turut menasehati jika terjadi kesalahan dan kesesatan, membantu keperluan mereka, karena diantara mereka ada yang pemula, ada pula yang sudah sampai (wushul).

Saling bertawadlu’ antar mereka, membantu mereka untuk mudah mengingat Allah. Saling membantu secara maksimal. Pembantu seorang kaum itu berarti pemuka kaum itu. “Saling tolong menolonglah kamu atas dasar kebajikan dan ketaqwaan.” (Firman Allah).

Memandang dengan pandangan hati yang jernih pada mereka, tidak menganggap kurang pada sesama kaum Thariqat Sufi.

Jika ia melihat kekuarangan secara dzahir (tampak di permukaan) hendaknya sebagai mukmin ia menempuh rasa maaf, hingga tujuh puluh kali. Dan jika saja masih tampak kurang, hendaknya ia melihat cermin dirinya sendiri. Karena seorang mukmin adalah cermin bagi sahabatnya. Sabda Rasulullah saw, “Dua perilaku utama yang tak ada unggulannya dalam hal kebaikannya: Husnudzon kepada Allah dan Husnudzon kepada hamba Allah. Sebaliknya tidak ada yang lebih buruk dari dua perilaku: Su’udzon kepada Allah dan Su’udzon kepada hamba Allah.”

Fatwa Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili

Ikhlas merupakan nur dari nur Allah swt. yang dititipkan Allah dalam hati hamba-Nya yang beriman, lalu Allah memotong dengan nur itu dari selain-Nya. Itulah prinsip ikhlas.

Kemudian ikhlas itu bercabang menjadi empat kehendak:
1. Kehendak ikhlas dalam beramal untuk mengagungkan Allah swt.
2. Kehendak ikhlas untuk mengagungkan perintah Allah swt.
3. Kehendak ikhlas untuk meraih balasan dan pahala
4. Kehendak ikhlas dalam membersihkan dari cacat-cacat yang tidak bisa dihalau, selain tindakan tersebut.

Semua kehendak tersebut kita lakukan. Barangsiapa berpegang salah satu dari kategori di atas, ia disebut orang yang ikhlas (mukhlish) yang mendapatkan derajat di sisi Allah swt. Sebagaimana firman-Nya:
"Allah Maha Melihat atas apa yang mereka kerjakan."
Untuk itulah Allah swt. menceritakan, sebagaimana dikisahkan Jibril kepada Rasulullah saw. "Ikhlas itu merupakan rahasia dari rahasia-Ku, yang Kutitipkan dalam hati orang yang Aku cintai dari hamba-hamba-Ku."

Apabila engkau ingin selamat dari tipudaya, maka ikhlaslah dalam beramal semata karena Allah swt. disertai ilmu pengetahuan. Dan janganlah engkau rela sedikitpun terhadap nafsumu. Aku melihat seakan-akan aku thawaf di Ka'bah, untuk mencari ikhlas dalam diriku. Aku sedang menyelidiku ikhlas tersebut dalam rahasia batinku. Tiba-tiba ada suara yang tertuju pada, "Sudah berapa kali engkau ragu-ragu bersama-sama orang yang ragu. Sedangkan Aku adalah Maha mendengar, lagi Maha Dekat, Maha Mengetahui lagi Maha Mengawasi? Pengenalanku mencukupkan dirimu dari ilmu generasi awal dan akhir, selain ilmu Rasul dan para Nabi."

Ikhlas itu ada beberapa kategori:
Ikhlas dari seorang yang mukhlis, maka ia ikhlas bersama-Nya dan ikhlas bagi-Nya.

Dalam hal ini terbagi dua:
Ikhlasnya kaum "Shadiqin" dan ikhlasnya kaum "Shiddiqin". Ikhlasnya Shadiqin semata untuk mendapatkan balasan dan pahala, sedangkan ikhlasnya Shiddiqin, semata untuk memandang Wujud Al-Haq, sebagai tujuan, bukan tertuju pada sesuatu di sisi-Nya.

Maka barang siapa disinggahi hatinya oleh ikhlas yang sedemikian rupa itu, maka ia dikategorikan orang yang dikecualikan dari ucapan musuh-Nya, dengan firman-Nya: "...dan pasti akan menyesatkan mereka semua, kesuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas." (Q.s. Al-Hijr: 39-40)

Tarekat Qodiriyah

Sekilas Tarekat Qodiriyah
Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri, yaitu sejak Nabi Muhammad saw diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannust dan khalwat di Gua Hira' di samping untuk mengasingkan diri dari masyarakat Makkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. Tahhanust dan Khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks tersebut.

Proses khalwat nabi yang kemudian disebut tarekat tersebut sekaligus diajarkannya kepada Sayyidina Ali ra. sebagai cucunya. Dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani, sehingga tarekatnya dinamai Qodiriyah. Sebagaimana dalam silsilah tarekat Qadiriyah yang merujuk pada Ali dan Abdul Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari Malaikat Jibril dan dari Allah Swt.

Tarekat Qodiryah didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M) yang bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-Jaelani. Lahir di di Jilan tahun 470 H/1077 M dan wafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali. Tapi, al-Ghazali tetap belajar sampai mendapat ijazah dari gurunya yang bernama Abu Yusuf al-Hamadany (440-535 H/1048-1140 M) di kota yang sama itu sampai mendapatkan ijazah.

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baggdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpinan anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai hancurnya Bagdad pada tahun 656 H/1258 M.

Sejak itu tarekat Qodiriyah terus berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yang diikuti oleh jutaan umat yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Namun meski sudah berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di India misalnya baru berkembang setelah Muhammad Ghawsh (w 1517 M) juga mengaku keturunan Abdul Qodir Jaelani. Di Turki oleh Ismail Rumi (w 1041 H/1631 M) yang diberi gelar (mursyid kedua). Sedangkan di Makkah, tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.

Tarekat Qodiriyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syeikh, maka murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu seperti tampak pada ungkapan Abdul Qadir Jaelani sendiri,"Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya."

Mungkin karena keluwesannya tersebut, sehingga terdapat puluhan tarekat yang masuk dalam kategori Qidiriyah di dunia Islam. Seperti Banawa yang berkembang pada abad ke-19, Ghawtsiyah (1517), Junaidiyah (1515 M), Kamaliyah (1584 M), Miyan Khei (1550 M), Qumaishiyah (1584), Hayat al-Mir, semuanya di India. Di Turki terdapat tarekat Hindiyah, Khulusiyah, Nawshahi, Rumiyah (1631 M), Nabulsiyah, Waslatiyyah. Dan di Yaman ada tarekat Ahdaliyah, Asadiyah, Mushariyyah, 'Urabiyyah, Yafi'iyah (718-768 H/1316 M) dan Zayla'iyah. Sedangkan di Afrika terdapat tarekat Ammariyah, Bakka'iyah, Bu' Aliyya, Manzaliyah dan tarekat Jilala, nama yang biasa diberikan masyarakat Maroko kepada Abdul Qodir Jilani. Jilala dimasukkan dari Maroko ke Spanyol dan diduga setelah keturunannya pindah dari Granada, sebelum kota itu jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1492 M dan makam mereka disebut "Syurafa Jilala".

Dari ketaudanan nabi dan sabahat Ali ra dalam mendekatkan diri kepada Allah swt tersebut, yang kemudian disebut tarekat, maka tarekat Qodiriyah menurut ulama sufi juga memiliki tujuan yang sama. Yaitu untuk mendekat dan mendapat ridho dari Allah swt. Oleh sebab itu dengan tarekat manusia harus mengetahui hal-ikhwal jiwa dan sifat-sifatnya yang baik dan terpuji untuk kemudian diamalkan, maupun yang tercela yang harus ditinggalkannya.

Misalnya dengan mengucapkan kalimat tauhid, dzikir "Laa ilaha Illa Allah" dengan suara nyaring, keras (dhahir) yang disebut (nafi istbat) adalah contoh ucapan dzikir dari Syiekh Abdul Qadir Jaelani dari Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, hingga disebut tarekat Qodiriyah. Selain itu dalam setiap selesai melaksanakan shalat lima waktu (Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya' dan Subuh), diwajibkan membaca istighfar tiga kali atau lebih , lalu membaca salawat tiga kali, Laailaha illa Allah 165 (seratus enam puluh lima) kali. Sedangkan di luar shalat agar berdzikir semampunya.

Dalam mengucapkan lafadz Laa pada kalimat "Laa Ilaha Illa Allah" kita harus konsentrasi dengan menarik nafas dari perut sampai ke otak.

Kemudian disusul dengan bacaan Ilaha dari arah kanan dan diteruskan dengan membaca Illa Allah ke arah kiri dengan penuh konsentrasi, menghayati dan merenungi arti yang sedalam-dalamnya, dan hanya Allah swt-lah tempat manusia kembali. Sehingga akan menjadikan diri dan jiwanya tentram dan terhindar dari sifat dan perilaku yang tercela.

Menurut ulama sufi (al-Futuhat al-Rubbaniyah), melalui tarekat mu'tabarah tersebut, setiap muslim dalam mengamalkannya akan memiliki keistimewaan, kelebihan dan karomah masing-masing. Ada yang terkenal sebagai ahli ilmu agama seperti sahabat Umar bin Khattab, ahli syiddatil haya' sahabat Usman bin Affan, ahli jihad fisabilillah sahabat Hamzah dan Khalid bin Walid, ahli falak Zaid al-Farisi, ahli syiir Hasan bin Tsabit, ahli lagu Alquran sahabat Abdillah bin Mas'ud dan Ubay bin Ka'ab, ahli hadis Abi Hurairah, ahli adzan sahabat Bilal dan Ibni Ummi Maktum, ahli mencatat wahyu dari Nabi Muhammad saw adalah sahabat Zaid bin Tsabit, ahli zuhud Abi Dzarr, ahli fiqh Mu'ad bin Jabal, ahli politik peperangan sahabat Salman al-Farisi, ahli berdagang adalah Abdurrahman bin A'uf dan sebagainya.

Bai'at
Untuk mengamalkan tarekat tersebut melalui tahapan-tahan seperti pertama, adanya pertemuan guru (syeikh) dan murid, murid mengerjakan salat dua rakaat (sunnah muthalaq) lebih dahulu, diteruskan dengan membaca surat al-Fatihah yang dihadiahkan kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian murid duduk bersila di depan guru dan mengucapkan istighfar, lalu guru mengajarkan lafadz Laailaha Illa Allah, dan guru mengucapkan "infahna binafhihi minka" dan dilanjutkan dengan ayat mubaya'ah (QS Al-Fath 10). Kemudian guru mendengarkan kalimat tauhid (Laa Ilaha Illallah) sebanyak tiga kali sampai ucapan sang murid tersebut benar dan itu dianggap selesai. Kemudian guru berwasiat, membaiat sebagai murid, berdoa dan minum.

Kedua, tahap perjalanan. Tahapan kedua ini memerlukan proses panjang dan bertahun-tahun. Karena murid akan menerima hakikat pengajaran, ia harus selalu berbakti, menjunjung segala perintahnya, menjauhi segala larangannya, berjuang keras melawan hawa nafsunya dan melatih dirinya (mujahadah-riyadhah) hingga memperoleh dari Allah seperti yang diberikan pada para nabi dan wali.

Tarekat (thariqah) secara harfiah berarti "jalan" sama seperti syariah, sabil, shirath dan manhaj. Yaitu jalan menuju kepada Allah guna mendapatkan ridho-Nya dengan mentaati ajaran-ajaran-Nya. Semua perkataan yang berarti jalan itu terdapat dalam Alquran, seperti QS Al-Jin:16," Kalau saja mereka berjalan dengan teguh di atas thariqah, maka Kami (Allah) pasti akan melimpahkan kepada mereka air (kehidupan sejati) yang melimpah ruah".

Istilah thariqah dalam perbendaharaan kesufian, merupakan hasil makna semantik perkataan itu, semua yang terjadi pada syariah untuk ilmu hukum Islam. Setiap ajaran esoterik/bathini mengandung segi-segi eksklusif. Jadi, tak bisa dibuat untuk orang umum (awam). Segi-segi eksklusif tersebut misalnya menyangkut hal-hal yang bersifat "rahasia" yang bobot kerohaniannya berat, sehingga membuatnya sukar dimengerti. Oleh sebab itu mengamalkan tarekat itu harus melalui guru (mursyid) dengan bai'at dan guru yang mengajarkannya harus mendapat ijazah, talqin dan wewenang dari guru tarekat sebelumnya. Seperti terlihat pada silsilah ulama sufi dari Rasulullah saw, sahabat, ulama sufi di dunia Islam sampai ke ulama sufi di Indonesia.

Qodiriyah di Indonesia
Seperti halnya tarekat di Timur Tengah. Sejarah tarekat Qodiriyah di Indonesia juga berasal dari Makkah al-Musyarrafah. Tarekat Qodiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16, khususnya di seluruh Jawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat, Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur dan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Syeikh Abdul Karim dari Banten adalah murid kesayangan Syeikh Khatib Sambas yang bermukim di Makkah, merupakan ulama paling berjasa dalam penyebaran tarekat Qodiriyah. Murid-murid Sambas yang berasal dari Jawa dan Madura setelah pulang ke Indonesia menjadi penyebar Tarekat Qodiriyah tersebut.

Tarekat ini mengalami perkembangan pesat pada abad ke-19, terutama ketika menghadapi penjajahan Belanda. Sebagaimana diakui oleh Annemerie Schimmel dalam bukunya "Mystical Dimensions of Islam" hal.236 yang menyebutkan bahwa tarekat bisa digalang untuk menyusun kekuatan untuk menandingi kekuatan lain. Juga di Indonesia, pada Juli 1888, wilayah Anyer di Banten Jawa Barat dilanda pemberontakan. Pemberontakan petani yang seringkali disertai harapan yang mesianistik, memang sudah biasa terjadi di Jawa, terutama dalam abad ke-19 dan Banten merupakan salah satu daerah yang sering berontak.

Tapi, pemberontakan kali ini benar-benar mengguncang Belanda, karena pemberontakan itu dipimpin oleh para ulama dan kiai. Dari hasil penyelidikan (Belanda, Martin van Bruneissen) menunjukkan mereka itu pengikut tarekat Qodiriyah, Syeikh Abdul Karim bersama khalifahnya yaitu KH Marzuki, adalah pemimpin pemberontakan tersebut hingga Belanda kewalahan. Pada tahun 1891 pemberontakan yang sama terjadi di Praya, Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan pada tahun 1903 KH Khasan Mukmin dari Sidoarjo Jatim serta KH Khasan Tafsir dari Krapyak Yogyakarta, juga melakukan pemberontakan yang sama.

Sementara itu organisasi agama yang tidak bisa dilepaskan dari tarekat Qodiriyah adalah organisasi tebrbesar Islam Nahdlaltul Ulama (NU) yang berdiri di Surabaya pada tahun 1926. Bahkan tarekat yang dikenal sebagai Qadariyah Naqsabandiyah sudah menjadi organisasi resmi di Indonesia.

Juga pada organisasi Islam Al-Washliyah dan lain-lainnya. Dalam kitab Miftahus Shudur yang ditulis KH Ahmad Shohibulwafa Tadjul Arifin (Mbah Anom) di Pimpinan Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya Jabar dalam silsilah tarekatnya menempati urutan ke-37, sampai merujuk pada Nabi Muhammad saw, Sayyidina Ali ra, Abdul Qadir Jilani dan Syeikh Khatib Sambas ke-34.

Sama halnya dengan silsilah tarekat almrhum KH Mustain Romli, Pengasuh Pesantren Rejoso Jombang Jatim, yang menduduki urutan ke-41 dan Khatib Sambas ke-35. Bahwa beliau mendapat talqin dan baiat dari KH Moh Kholil Rejoso Jombang, KH Moh Kholil dari Syeikh Khatib Sambas ibn Abdul Ghaffar yang alim dan arifillah (telah mempunyai ma'rifat kepada Allah) yang berdiam di Makkah di Kampung Suqul Lail.

Silsilahnya.
1. M Mustain Romli, 2, Usman Ishaq, 3. Moh Romli Tamim, 4. Moh Kholil, 5. Ahmad Hasbullah ibn Muhammad Madura, 6. Abdul Karim, 7. Ahmad Khotib Sambas ibn Abdul Gaffar, 8. Syamsuddin, 9. Moh. Murod, 10. Abdul Fattah, 11. Kamaluddin, 12. Usman, 13. Abdurrahim, 14. Abu Bakar, 15. Yahya, 16. Hisyamuddin, 17. Waliyuddin, 18. Nuruddin, 19. Zainuddin, 20. Syarafuddin, 21. Syamsuddin, 22. Moh Hattak, 23. Syeikh Abdul Qadir Jilani, 24. Ibu Said Al-Mubarak Al-Mahzumi, 25. Abu Hasan Ali al-Hakkari, 26. Abul Faraj al-Thusi, 27. Abdul Wahid al-Tamimi, 28. Abu Bakar Dulafi al-Syibli, 29. Abul Qasim al-Junaid al-Bagdadi, 30. Sari al-Saqathi, 31. Ma'ruf al-Karkhi, 32. Abul Hasan Ali ibn Musa al-Ridho, 33. Musa al-Kadzim, 34. Ja'far Shodiq, 35. Muhammad al-Baqir, 36. Imam Zainul Abidin, 37. Sayyidina Husein, 38. Sayyidina Ali ibn Abi Thalib, 39. Sayyidina Nabi Muhammad saw, 40. Sayyiduna Jibril dan 41. Allah Swt. Masalah silsilah tersebut memang berbeda satu sama lain, karena ada yang disebut seecara keseluruhan dan sebaliknya. Di samping berbeda pula guru di antara para kiai itu sendiri.
posted by masada

Minggu, 11 April 2010

Zikir adalah Kewajiban Terbesar Manusia dan Merupakan Perintah Ilahi

Zikir adalah Kewajiban Terbesar Manusia 
dan Merupakan Perintah Ilahi
Mawlana Syaikh Hisyam kabbani ar-Rabbani
   
  
Bismillah hirRohman nirRohim
   
  Zikir adalah tindakan seorang hamba yang paling sempurna, dan ditekankan 
ratusan kali di dalam al-Quran.  Itu merupakan praktik penyembahan untuk 
mendapatkan ridha Allah, senjata yang paling ampuh untuk mengatasi musuh, dan 
perbuatan yang patut mendapat ganjaran.  Zikir merupakan bendera Islam, semir 
hati, inti dari ilmu tentang Iman, imunisasi terhadap kemunafikan, ibadah 
terpenting, dan kunci dari segala kesuksesan.
   
  Tidak ada batasan yang menyangkut metode, frekwensi atau waktu untuk berzikir 
atau apapun mengenainya.  Beberapa batasan dalam metode berzikir menyinggung 
kewajiban khusus tertentu yang tidak dibicarakan di sini, misalnya dalam shalat 
yang telah ditentukan. Syari’ah sangat jelas dan setiap orang telah mengetahui 
kewajiban ini.  Rasulullah saw bersabda bahwa penghuni Surga hanya akan 
menyesali satu hal, tidak cukup mengingat Allah swt di dunia ini!  
   
  Allah berfirman dalam al-Quran, “Wahai orang-orang yang beriman, perbanyaklah 
zikir!”  (33:41).  Dia berfirman bahwa hamba-Nya adalah, “Mereka yang mengingat 
Tuhannya dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring,” (3:191); dengan kata 
lain, mereka yang mengingat Allah setiap saat baik siang maupun malam.  Allah 
berfirman, Penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang adalah 
tanda-tanda bagi orang yang mengerti, mereka yang mengingat (dan mengucapkan 
dan menyebut) Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring (3:190-191)
   
  Aisyah  ra berkata, sebagaimana yang diceritakan oleh Muslim, bahwa 
Rasulullah saw mengingat Allah setiap saat baik siang maupun malam. Rasulullah 
bersabda, “Jika hati kalian selalu dalam keadaan mengingat Allah, para Malaikat 
akan mendatangi kalian sampai ke titik di mana mereka akan memberi salam kepada 
kalian di tengah perjalanannya.” (riwayat Muslim). 
   
  Imam Nawawi mengomentari hadits ini dengan mengatakan, “Panorama semacam ini 
akan terlihat pada orang yang terus-menerus melakukan meditasi (muraqaba), 
refleksi (fikr), dan antisipasi (iqbal) terhadap alam berikutnya.” (Nawawi, 
Syarh sahih Muslim). Muadz bin Jabal berkata bahwa Rasulullah juga bersabda, 
“Para penghuni surga tidak akan menyesal kecuali satu hal, waktu yang telah 
dilewati mereka tanpa mengingat Allah.”  (diriwayatkan oleh Bayhaqi dalam Syuab 
al-iman (1:392 #512-513) dan oleh Tabarani). Haythami dalam Majma al-zawaid 
(110:74) berkata bahwa semua naratornya dapat dipercaya (thiqat), sementara 
Sayuti dalam Jami al-saghir (#7701) menyatakan bahwa hadits itu (hasan).
   
  Allah menempatkan zikir mempunyai nilai yang lebih dari pada shalat dengan 
menjadikan shalat sebagai cara atau alat dan zikir sebagai sasarannya.  Dia 
berfirman, Perhatikanlah!  Shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar, 
tetapi sesungguhnya, mengingat Allah lebih besar manfaatnya, dan lebih penting 
(29:45). Beruntunglah orang yang mensucikan dirinya, dan mengingat nama 
Tuhannya, dan mengerjakan shalat (87:14-15)
  Maka dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku (20:14)
   
  Qadi Abu Bakar bin al-Arabi menerangkan bahwa tidak ada amal yang sah tanpa 
mengingat Allah (zikir).  Siapapun yang tidak mengingat Allah dalam hatinya 
ketika memberi shadaqa atau berpuasa, contohnya, berarti amalnya tidak lengkap. 
Oleh sebab itu zikir bisa dipandang sebagai amal yang paling baik (dinyatakan 
oleh Ibnu Hajar dalam Fath al-bari (1989 ed. 11:251).
   
  Zikir adalah sesuatu yang sangat penting. Abu Hurayra ra berkata bahwa 
Rasulullah saw bersabda, “Bumi dan segala isinya dikutuk kecuali mereka yang 
melakukan zikir, guru-guru dan semua muridnya.” (Tirmidzi menyatakan hadits ini 
hasan, begitu pula Ibnu Majah, Bayhaqi dan lainnya.  Suyuti menyebutkannya 
dalam al-Jami al-saghir dari pernyataan al-Bazzar yang serupa dengan narasi 
Ibnu Masud dan beliau mengatakan sahih.  Tabarani juga menyatakannya dalam 
al-Awsat dari Abu al-Darda).  
   
  Dengan menyebut kata “bumi dan segala isinya,” Rasulullah merujuk pada semua 
yang menyatakan status atau eksistensinya terpisah dengan Allah, bukannya 
menyatu dengan-Nya. Kenyataannya seluruh makhluk berzikir kepada Allah, karena 
Allah berfirman bahwa semua ciptaan-Nya bertasbih kepada-Nya, dan tasbih adalah 
salah satu jenis zikir. Allah berfirman mengenai Nabi Yunus as, ketika seekor 
ikan paus menelannya, “Jika dia bukan termasuk orang-orang yang bertasbih 
kepada-Ku (musabbihin), dia akan tinggal dalam perut paus itu hingga Hari 
Pembalasan (37:143-144).
   
  Hadits Rasulullah yang baru saja disebutkan juga menekankan pentingnya 
mengikuti seorang guru yang mempunyai pengetahuan, karena tidak ada yang bisa 
mencegah datangnya kutukan selain berkah. Inilah yang dimaksud oleh Abu Yazid 
al-Bistami ketika beliau berkata, “Siapapun yang tidak memiliki Syaikh, 
Syaikhnya adalah setan.”  Hal ini diperkuat dengan dua hadits Rasulullah saw.
   
  Abu Bakar ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Jadilah orang 
yang terpelajar (alim) atau murid (mutaallim), atau pendengar (mustami) atau 
seorang pecinta (muhibb), tetapi jangan menjadi orang kelima karena kalian akan 
binasa.  (al-Haythami berkata dalam Majma al-zawaid (1:22), “Tabarani 
menyatakan dalam al-Mujam al-saghir (2:9), al-Mujam al-awsat, dan al-Mujam 
al-kabir, juga al-Bazzar [dalam Musnad-nya], dan semua naratornya dianggap 
dapat dipercaya.”  Hal itu juga dinyatakan oleh Abu Nuaym dalam Hilyat 
al-awliya (7:237) dan al-Khatib dalam Tarikh baghdad (12:295)).
   
  Sakhawi berkata, “Ibnu Abd al-Barr berkata, ‘orang kelima adalah orang yang 
memperlihatkan permusuhan kepada para ulama dan meremehkan mereka, dan siapapun 
yang tidak mencintai mereka menunjukkan penghinaan kepada mereka atau dalam 
tahap ingin menghina mereka, dan di sana terletak kehancuran.’ (Sakhawi, 
al-Maqasid al-hasana (hal.88#134). Lihat buku Ibnu Abd al-Barr yang berjudul 
Jami bayan al-ilm wa fadlih (1:30)).
  Rasulullah bersabda, “Al-baraqa ma akabirikum,’ Berkah bersama yang lebih 
tua’  (riwayat Ibnu Hibban dalam sahih-nya, al-Hakim yang menyatakan bahwa 
hadits itu sahih, dan Ibnu Daqiq al-Id juga memperkuatnya).
   
  Riwayat lain menyatakan, “Ketika yang muda mengajar yang tua, maka berkah 
telah dicabut.”  (Lihat buku Sakhawi, al-Maqasid al-hasana hal. 155-159#290).
  Orang yang melaksanakan zikir memiliki peringkat tertinggi di hadapan Allah.  
Orang-orang yang menyebut nama Allah dengan konsentrasi telah disebutkan dalam 
al-Quran. Efek terhadap hatinya juga telah dijelaskan dalam al-Quran, 
   
  Di dalam rumah yang Allah telah izinkan supaya dimuliakan dan untuk mengingat 
Nama-Nya di rumah itu, Dia dipujikan siang dan malam oleh orang orang-orang 
yang perniagaan dan jual-beli tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari 
mengingat nama-Nya (24:36-37).  
  Mereka yang beriman dan hati mereka tentram karena mengingat Allah  ingatlah 
sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (13:28)
   
  Selama peristiwa Isra dan Mi’raj  Rasulullah saw diangkat hingga ke titik di 
mana beliau mendengar guratan Pena, yang menunjukkan tulisan Takdir Ilahi. 
Beliau melihat seseorang yang lenyap ke dalam cahaya Singgasana Allah.  
Rasulullah bertanya, “Siapa ini?  Apakah ini seorang Malaikat?  Dia berkata 
kepadanya, “Bukan!”  Rasulullah bertanya lagi, “Apakah ini Nabi?”  Jawaban yang 
didapat juga “Bukan!” Kalau begitu siapa dia?” Jawabannya adalah, “Ini adalah 
orang yang lidahnya basah dengan mengingat Allah di dunia, hatinya terikat 
kepada masjid, dan dia tidak pernah mencela Ayah dan Ibunya. ”(Syaikh Muhammad 
Alawi al-Maliki menyatakannya dalam kumpulan teksnya yang berjudul al-Anwar 
al-bahiyya min isra wa miraj khayr al-bariyya, yang berisi narasi lisan 
mengenai topik tersebut.)
   
  Dalam hadits lain dilaporkan, Seorang pria mendatangi Rasulullah saw dan 
berkata, “Wahai Rasulullah, hukum dan persyaratan dalam Islam terlalu banyak 
buatku. Katakanlah sesuatu yang dapat aku jaga selalu (yakni, khususnya sebagai 
ganti dari banyaknya aturan dan persyaratan yang harus dilaksanakan secara 
umum).” Dengan membaca hal itu pria tersebut berkata bahwa terlalu banyak 
persyaratan yang harus dipenuhi, orang harus mengerti bahwa dia tidak yakin 
kalau dia dapat menjaga semuanya.  Dia menginginkan sesuatu yang dia yakin 
dapat dijaganya.  Rasulullah bersabda, “(Aku menasihatimu untuk melakukan satu 
hal)  Jagalah lidahmu agar selalu basah dengan zikir kepada  Allah.
   (Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hadits ini 
baik (hasan).
   
  Dalam Islam telah dikenal bahwa pekerjaan terbaik di jalan Allah adalah 
berjihad. Tetapi Rasulullah  tetap menempatkan zikir di atas jihad dalam hadits 
yang autentik berikut ini.
  Abu al-Darda ra meriwayatkan, “Suatu ketika Rasulullah saw bertanya kepada 
sahabatnya, ‘Sudahkah Aku jelaskan kepada kalian tentang amal yang paling baik, 
pekerjaan terbaik di mata Tuhanmu,  yang akan mengangkat status kalian di Hari 
Kemudian, dan membawa lebih banyak kebajikan daripada membelanjakan emas dan 
perak sebagai pelayanan kepada  Allah atau ikut serta dalam jihad dan membunuh 
atau terbunuh di jalan Allah?  Ia adalah zikir kepada Allah.’”  (diriwayatkan 
oleh Malik dalam Muwatta, juga Musnad-nya Ahmad, Sunan-nya Tirmidzi, Ibnu 
Majah, dan Mustadrak-nya Hakim, al-Bayhaqi.  Hakim dan yang lain menyatakan 
hadits itu sahih).
   
  Abu Saiid  ra berkata, “Rasulullah saw ditanya, ‘Siapakah hamba Allah yang 
mempunyai peringkat terbaik di hadapan-Nya pada Hari Kebangkitan?’ Beliau 
menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat Allah.’ Aku berkata, ‘Wahai 
Rasulullah, bagaimana dengan seseorang yang berperang di jalan Allah?’  Beliau 
menjawab, ‘Bahkan jika dia melawan orang-orang kafir dan musyrikin dengan 
pedangnya hingga patah, dan menjadi merah dengan darah mereka, sesungguhnya 
mereka yang berzikir lebih baik peringkatnya. (diriwayatkan oleh Ahmad, 
Tirmidzi dan Bayhaqi).
   
  Abd Allah bin Umar berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Segala sesuatu 
mempunyai semir atau pengkilap, dan semir untuk hati adalah zikir kepada Allah. 
 Tak ada yang lebih diperhitungkan untuk menyelamatkan diri dari azab Allah 
selain zikir kepada Allah.  Beliau pernah ditanya apakah ini juga tidak 
diterapkan untuk jihad di jalan Allah, dan beliau menjawab, “Bahkan tidak untuk 
seseorang yang harus menghujani pedangnya hingga patah.”  (Bayhaqi 
meriwayatkannya dalam Kitab al-daawat al-kabir begitu juga dalam Shuab al-iman 
(1:396#522), juga al-Mundhiri dalam al-Targhib (2:396) dan Tabrizi 
menyebutkannya dalam Mishkat al-masabih, pada bagian terakhir buku doa).
   
  Wa min Allah at Tawfiq
   
  wasalam, arief hamdani
www.rabbani-sufi.blogspot.com

Selasa, 06 April 2010

In The Path of Divine Love


Barangsiapa mendatangi Allah swt dengan hatinya, maka Allah swt akan mengirimkan hati seluruh hambaNya kepadanya. Ketika hati sangat mendambakan untuk menyaksikan Zat Allah Azza wa Jalla, maka Allah SWT akan mengirimkan Sifat-SifatNya sehingga mereka akan menjadi tenang ,tentram dan merasa sangat bahagia. Cinta seorang beriman bagaikan sebuah cahaya dalam hatinya. Para Pencari dan Murid tidak menginginkan apapun bagi diri mereka, kecuali yang Allah SWT telah tetapkan baginya. Dan tidak membutuhkan apapun dari alam semesta ini, kecuali TuhannyaIslam berarti menyerahkan hatimu kepada Tuhanmu dan tidak menyakiti orang lain.

Allah memberi kurnia kepada kita


Apabila seorang hamba berbuat salah , lantas ia berkata,”Wahai tuhanku, Engkau telah mentakdirkan, Engkau telah menghendaki dan telah memutuskan bahwa aku telah berbuat tidak baik ini,” Niscaya Allah Yang Maha Besar dan Maha Agung akan marah kepada kita dan Allah akan berkata,”Wahai hambaku engkaulah yang salah, engkaulah yang tidak mengerti dan engkaulah yang durhaka kepadaKU”

Tetapi apabila ia berbuat salah dan berdoa kepada Allah disebabkan kesalahannya dengan bermunajat,” Wahai Tuhanku aku telah aniaya atas diriku, akulah yang salah akulah yang tidak mengerti” ( Subhanaka inii kuntu minas dzolimin, astaghfirullah hal adzim).Niscaya Allah akan menerima permohonan kita dan Allah akan menjawab,” Wahai hambaKu, Akulah yang menghendaki yang demikian, Akulah yang telah mentakdirkannya, karena itu sesungguhnya Aku maafkan segala kesalahanmu”

Demikianlah ahlak dan adab hamba kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan menerima taubat kita, mengampunkan kesalahan kita, sayang dan kasih kepada kita
Apabila seorang hamba Allah mengamalkan kebajikan dan lantas ia berkata dan berdoa kepada Allah ,'Wahai Tuhanku! Aku telah beramal, aku telah mentaatiMu dan aku telah mendekatkan diriku kepadaMU", ia merasa ketika beramal adalah atas usahanya sendiri, maka Allah akan berkata,"Wahai hambaKu, Akulah yang memberikan taufiq kepadamu, yang memberikan pertolongan kepadamu, dan yang memudahkanmu beribadat dan beramal, kenapakah engkau tidak mengakui yang demikian itu?". Berarti hal ini membawa Allah tidak senang kepada kita, karena kita tidak mengakui bahwa kita beramal semata-mata adalah karena karuniaNya.

Tetapi apabila seorang hamba Allah mengamalkan kebajikan dan lantas ia berkata dan berdoa kepada Allah ," Wahai Tuhanku, karena karunia Mu lah, maka Engkau menjadi kan aku dapat beramal, dan dengan inayahMU serta kemudahan yang Engkau kurniakan, maka aku telah dapat beramal". Maka hal itu berarti orang ini adalah hamba yang dapat bersyukur, dan Allah senang kepadanya, hingga Allah akan menjawab,"Wahai hambaku, engkau telah taat dan patuh kepadaKu, dan engkau telah mendekatkan dirimu kepadaKu".

Seperti diceritakan oleh seorang sufi alim besar tasawuf Sahl bin Abdullah ra.
( Al Hikam, Ibnu Athaillah Sakandari)

Tuesday, July 13, 2004

TANDA-TANDA KEDATANGAN IMAM MAHDI AS


Syaikh Hsham Kabbani as Sayeed
Jakarta 24 Februari 2004
( 3 Muharram 1425 H )


Tanda, tanda kedatangan Imam Mahdi as sudah semakin dekat, para Awliya telah bergembira karena telah mengetahui kedatangan Imam Mahdi as. Tahun baru 1425 Hijriah, merupakan salah satu tanda dari kedatangan Imam Mahdi as. Tahun baru Muharram kali ini dimulai dengan angka 1 (ganjil) dan diakhiri dengan angka 5 (ganjil juga). Allah swt menyukai angka-angka yang ganjil. Bila dijumlahkan dua angka dibagian depan 1+4 = 5 dan dua angka dibagian belakang 2+5 = 7, maka akan didapat angka 57.

Nama ke 57 Nabi Muhammad saw didalam kitab Dalail Khairat adalah Al-Mahdi, dan Surat ke 57 dalam Al-Quran adalah Al Hadid (besi) : “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul2 Kami dengan membawa bukti2 yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”.

“Dan kami ciptakan besi yang padanya ada kekuatan yang hebatdan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka menggunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong agamaNya dan Rasul-rasulNya, padahal Allah tiada dilihatnya. Sesungguh nya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa”(QS57,ayat 25).

Besi adalah karunia Allah yang merupakan pokok kekuatan untuk untuk membela agama Allah dan memenuhi keperluan hidup. Allah swt menurunkan besi dari langit. Unsur besi (fe) adalah unsur ke 57 dalam susunan table kimia. Fe adalah unsur yang memberi warna merah dalam darah kita. Bila manusia kurang darah, maka dia harus memakan makanan yang mengandung zat besi (fe).

Imam Mahdi as adalah Mars, planet berwarna merah. Imam Mahdi as akan turun dengan Jubah berwarna merah, turban merah, berjanggut merah dan kulit putih kemerahan. Tanda-tanda kedatangan Imam Mahdi as semakin dekat bersamaan dengan datangnya tahun 1425 H. Planet Mars telah mendatangi bumi dalam jarak terdekatnya, dan teknologi bumi telah mencapai Mars, ini semua merupakan cerminan dari tanda-tanda tersebut.

Para Awliya telah jauh2 hari memberikan peringatan kepada para murid dan umat. Sesungguhnya Allah swt menurunkan ilham bagi setiap agama akan kedatangan Mahdi as melalui Wali, Saint dan pemimpin agama.

Dalam film Lord of the Ring, Return of The King, kekuasaan dibumi akan dikembalikan kepada manusia dari langit. Dia yang akan memimpin pasukan manusia maupun pasukan jin dalam memerangi Dajjal. Siapakah King sebenarnya dalam Return of The King?, dialah Imam Mahdi as. Ketika diucapkan Allahu Akbar sebanyak 3 kali, maka seluruh teknologi, tenaga listrik dibumi akan padam. Pesawat tidak bisa terbang, alat2 perang modern tak bisa digunakan dan semua benda berdasarkan aturan langit.

Dajjal akan keluar berkeliling dunia, dimana 6/7 dari penduduk bumi akan ikut balatentara Dajjal, dan hanya 1/7 bersama Mahdi as dan Nabi Isa as.
Apakah yang telah kita persiapkan untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi as sebagai bukti keimanan kita? Apakah yang kita persiapakan spiritual kita untuk melawan fitnah Dajjal?.

Umat Nuh as membangun kapal dipuncak gunung dimana 40 tahun tak pernah turun hujan, inilah bukti keimanan yang kuat. Sudahkah kita mempersiapkan perbekalan fisik maupun spiritual untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi as? Apakah yang akan kau ucapkan ketika Dajjal/antichrist dan bala tentaranya datang kerumah-rumahmu ? (salah seorang murid menjawab, “membaca Qur’an” ).

Dajjal akan membaca Quran yang sama yang jauh lebih sempurna dari bacaanmu. Engkau hanya bisa melawan Dajjal dengan “Fana fii Syaikh”, melalui Muroqobah, meditasi, tafakur engkau menyatukan dirimu dengan Syaikh, hingga ia akan meciptakan tameng Cahaya Ungu untuk menolak Dajjal dan bala tentaranya.

Pada saat kekacauan terjadi , engkau harus mempersiapkan persediaan makanana paling sedikit untuk 40 hari, lebih baik untuk persiapan antara 3-6 bulan, peperangan yang berlangsung singkat. Ketika itu orang-orang lapar datang kerumah2mu meminta makanan, mereka akan saling berbunuhan, yang dzalim akan dipertemukan dengan manusia dzalim lainnya, mereka tidak cukup diberi sedikit makanan, mereka mau semua makananmu. Pada saat itulah pertolongan Syaikhmu engkau butuhkan, dengan “fana fii Syaikh”.

Awrad yang saat ini kita baca, hanyalah seperti minimal makanan ketika kita dalam keadaan “coma” . Kita perlu memperbanyak Salawat, sampai 24.000 Salawat perhari. Dzikir Allah hingga lebih dari 10.000 per hari, para Wali membaca hingga 48.000 dzkr Allah perhari. Lakukanlah Muroqobah setiap akan melakukan ibadah apa saja, membaca Al-Quran, Solat, dzkir dll. Berlatihlah Muroqobah untuk menyatukan dirimu dengan Syaikhmu. Dengan muroqobah, cahaya2 kalbu terbuka utnuk menerima ilmu-ilmu surgawi. Muroqobah terbaik dilakukan malam hari setelah tengah malam, ketika lalu lintas otak kita telah berhenti dari berpikir dunia.

Wa min Allah at Taufiq, bi hurmati habib, Al Fatihah.

In the path of Real Spiritual Teacher


Wahai orang yang bodoh!
Kamu gagal merasukkan kata-kata ini ke dalam hatimu dan lebih cemderung ke bilik pribadimu dengan kumpulan pikiran, keinginan dan hasratmu sendiri.

Pertama, kamu butuh mencari perkumpulan guru sejati. Kamu perlu menaklukkan pikiran, keinginan dan kebiasaan2 mu dan segala sesuatu selain Allah. Kamu perlu menjadi seorang pelayan di mulut pintu mereka yang saya maksudkan adalah guru-guru sejati.

Belajarlah di tangan mereka. Hanya setelah itu kamu bisa bergerak menuju pertapaanmu dan menyendiri dengan Tuhan. Ketika kamu memuaskan dengan kondisi ini, maka kamu akan menjadi obat bagi sakitnya orang-orang. Memang lidahmu kedengaran alim, tetapi hatimu memberontak. Lidahmu menyajikan puji-pujian kepada Tuhan tetapi hatimu memprotes titah-Nya.

Secara lahiriah kamu seorang muslim, tetapi secara batin kamu adalah seorang yang tidak beriman. Secara lahiriah kamu adalah seorang monoteis, tapi secara batin kamu adalah seorang politeis. secara lahiriah kamu seorang asketis dan religius, tetapi secara batin kamu seperti lumut di dinding kamar mandi, sebuah kunci di pintu tempat sampah!

~Shaykh Abdul Qadir Al Jilani (q)

Ode 182 - Rumi


Do not remain a man of intellect among the Lovers,
especially if you Love that Sweet-Faced Beloved
our Prophet, Sayyiduna Muhammad, SAWS

May the men of "intellect" stay far from the Lovers,
may the smell of dung stay far from the east wind!
If a man of "intellect" should enter, tell him the way is blocked; but if a Lover should come, extend him a hundred welcomes!

By the time "intellect" has deliberated and reflected Love has flown to the Seventh Heaven
By the time "intellect" has found a camel for the
hajj, Love has circled the Kaaba!

Love has come and covered my mouth:
"Throw away your poetry and come to the stars!"

--Ode 182
Translation by William C. Chittick
The Sufi Path of Love The Spiritual Teachings of Rumi
State University of New York Press, Albany, 1983

Love is my Religion and my Belief


My heart has become able to wear all forms:
A pasture for gazelles, a monastery for monks,
A temple for idols, the Ka`ba of the pilgrims,
The tablets of Torah, the Book of Qur'an.

I profess the religion of Love.
Whatever direction its mount may take,
Love is my Religion and my Belief.

(Ibn `Arabi, Tarjuman al-ashwaq)

Setiap Orang akan Bersama dengan Orang yang Dicintainya


Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
dalam Mercy Oceans (Book Two)

Hari ini kita berbicara tentang cinta kepada Allah dan Rasulullah . Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani menyampaikan sebuah Hadits yang mengatakan bahwa suatu hari Rasulullah sedang memberikan ceramah, tiba-tiba seorang Baduy mendatangi pintu masjid dan berkata, “Wahai Rasul, kapan Hari Akhir itu tiba?” Rasulullah tidak menjawabnya sehingga dia bertanya lagi, tetapi pertanyaan kedua pun tidak dijawab. Rasulullah menunggu Allah untuk memberikan jawaban karena hanya Allah yang mengetahui kapan Hari Akhir itu tiba.

Kemudian malaikat Jibril mendatangi beliau dan berkata, “Tanyakan kepadanya apa yang telah dipersiapkannya untuk Hari Akhir.” Orang itu menjawab, “Muhammad, Aku mencintaimu dan Aku mencintai Tuhanmu, tidak ada lagi yang lain, hanya itu.”Kemudian Jibril berkata kepada Rasulullah, “Katakan kepadanya bahwa dia akan bersamamu dan bersama Allah seperti dua jari yang bersama. Setiap orang akan berkumpul bersama orang-orang yang dicintainya di Hari Akhir.” Ketika mendengar ini Abu Bakar bertanya, “Ya Rasulullah, apakah tidak diperlukan suatu perbuatan tertentu, apakah cinta saja cukup?” Beliau menjawab, “Tidak, wahai Abu Bakar, tidak ada persyaratan untuk melakukan perbuatan tertentu, yang paling penting adalah cinta. Setiap orang akan berkumpul bersama orang-orang yang dicintainya.”

Jika seseorang dikuasai egonya dan perbuatannya sangat jahat, tetapi dia mencintai orang yang shaleh, dan tidak mencintai orang-orang jahat atau kejahatannya sendiri, maka dia akan mendapat manfaat melalui cintanya itu. Ketika Abu Bakar mendengar jawaban ini, beliau shalat dua rakaat sebagai tanda bersyukur kepada Allah dan berkata, “Ya Rasulullah , Aku tidak pernah mendengar kabar gembira sebagus ini.” Lihatlah pada kerendahan hati Abu Bakar, tak seorang pun dapat mencapai maqamnya. “Sampai sekarang hatiku masih terikat dan tidak bisa kulepaskan. Sekarang haditsmu yang melepaskannya.

Aku merasa puas, hatiku sangat tentram. Dalam hidup ini Aku merasa tidak sabar tanpa kehadiranmu. Aku berpikir, jika ada suatu perbuatan yang menjadi persyaratan agar bisa bersamamu di Surga, bagaimana Aku bisa bersamamu? Perbuatan apa yang bisa menandingi apa yang telah kau lakukan?” Dan apa perbuatan kita yang bisa menandingi perbuatan Abu Bakar? Oleh sebab itu Rasulullah telah memberikan kata-kata yang manis kepada orang-orang. Dalam Islam tidak ada hal yang lebih tinggi daripada Cinta.

Langkah pertama bagi kita adalah berseru kepada orang-orang agar mencintai Tuhan kita. Dalam hal ini kita dapat bertemu setiap orang dari berbagai agama, setiap orang yang mempunyai keyakinan terhadap Allah. Jika pertemuan di sini cukup, maka persetujuan dapat menyusul secara bertahap. Yang kedua kita katakan bahwa Allah memerintahkan kita untuk mencintai semua orang baik secara umum. Secara individu, kita tidak bisa memaksakan seseorang agar saling menyukai satu sama lain, tetapi dia harus setuju terhadap prinsip untuk mencintai semua orang yang baik. Kebenaran selalu di atas, yang salah selalu terbenam dalam kegelapan.

Jadilah Seorang Pendengar


Apakah kalian pikir menjadi seorang pendengar itu adalah sesuatu yang mudah? Benar atau salah. Setiap orang bisa berbicara, karena itu adalah suatu kesenangan bagi dirinya. Ego senang untuk berbicara dan menonjolkan dirinya, tetapi seorang pendengar harus bersifat rendah hati. Grandsyaikh membalas kepada orang itu, “Wahai saudaraku, orang yang mau mendengar adalah orang yang tidak sombong.” Seorang pendengar selalu mendapatkan sesuatu. Seorang pembicara terlebih dahulu harus menjadi pendengar, kalau tidak maka kata-katanya akan menjadi racun dan membawa penyakit bagi yang mendengarkan.

Dalam setiap agama dan kepercayaan, hal pertama yang diberikan kepada para pengikutnya adalah, “dimohon untuk tenang dan diam.” Jika seseorang tidak bisa memandang orang lain lebih tinggi darinya, dia tidak bisa menjadi seorang pendengar dan dengan demikian dia tidak bersifat rendah hati. Allah bisa memberi hikmah kepada siapa saja, jika kalian mendengarkan, kita bisa mendapatkannya dari orang itu.

Menjadi seorang pendengar adalah karakteristik utama yang dimiliki seorang Rasul, karena mereka semua mendengarkan malaikat Jibril. Pendengar adalah pembeli sedangkan pembicara adalah penjual. Pembeli adalah orang yang mendapat sesuatu. Sebuah perilaku yang baik bagi semua Rasul dan Awliya serta para ulama adalah memiliki paling sedikit satu orang yang bisa didengarkan. Jika seseorang tidak menerima bahwa orang lain lebih tinggi darinya, berarti dia mempunyai level yang sama dengan Setan, yang berkata, “Di alam semesta ini tidak ada yang lebih tinggi dariku.”

Friday, July 09, 2004

A seeker of Divine Love


"When you meet a seeker in the way of Allah, approach him with sincerity and loyalty and with lenience. Don't approach him with knowledge. Knowledge might make him wild at the beginning, but leniency will bring him quickly to you."

"A seeker should be someone who has left himself and connected his heart with the Divine Presence. He stands in His Presence performing his obligations while visualizing the Divine with his heart. Allah's Light has burned his heart giving him a thirst for the nectar of roses, and withdrawing the curtains from his eyes, allowing him to see His Lord. If he opens his mouth it is by order of the Divine Presence.

If he moves it is by the order of Allah, and if he becomes tranquil it is by the action of the Divine Attributes. He is in the Divine Presence and with Allah."

"The Sufi is the one who keeps the obligations that Allah has conveyed by the Holy Prophet , and strives to raise himself to the state of Perfected Character, which is the Knowledge of Allah, Almighty and Exalted."

GrandSyaikh Sulthanul Awliya Nazim Adil al Haqqani


He is the Master of Saints and the Saint of the Masters


He is the Imam of the People of Sincerity, the Secret of Sainthood, who revived the Naqshbandi Order at the end of the 20th Century, with Heavenly guidance and Prophetic ethics. He infused into the Nation and the Planet, love of God and love of the lovers of God, after they had been darkened with the fire and smoke of tribulation and terror, anger and grief.

He is the Unveiler of Secrets, the Keeper of Light, the Shaykh of Shaykhs, the Sultan of Ascetics, the Sultan of the Pious, the Sultan of the People of the Truth. He is the Chief Master without peer of the Divine Knowledge in the late 20th Century. He is the Rain from the Ocean of Knowledge of this Order, which is reviving spirits in all parts of this world. He is the Saint of the Seven Continents, his light having attracted disciples and students from all quarters of the globe. He wears the Cloak of the Light of the Divine Presence.

He is unique in his time. He is the orchid planted in the earth of Divine Love. He is the Sun for all the universes. He is known as the Saint of the Two Wings: the external knowledge and the internal knowledge.

He is a Miracle of Allah's Miracles, walking on the earth and soaring in the Heavens. He is a Secret of Allah's Secrets, appearing in His Divinity and Existing in His Existence. He is the Owner of the Throne of Guidance, the Reviver of Divine Law, the Master of Sufi Way, the Builder of the Truth, the Guide of the circle, the Lyric Poem of All the Secrets. He is the Master of Saints and the Saint of the Masters. Seekers circle the Kabah of His Light. He is a Fountain always flowing, a Waterfall continuously cascading, a River always flooding, an Ocean endlessly cresting and breaking on infinite shores.

Grandshaykh's Abdullah Faiz Predictions Concerning Shaykh Nazim


Grandshaykh, before he passed away said in his will, "By the Order of the Prophet (s), I have trained and lifted up my successor, Nazim Effendi, and put him through many seclusions and trained him in severe training and I am assigning him to be my successor. I am seeing that in the future he will spread this Order through East and West. Allah will make all kinds of people, rich and poor, scholars and politicians come to him, learn from him and take the Naqshbandi Order, at the end of the 20th Century and the beginning of the 21st Century. It will spread all over the world, such that not one continent will be devoid of its sweet scent."

"I see him establishing and founding huge headquarters in London through which he will spread this tariqat to Europe, the Far East, and America. He will spread sincerity, love, piety, harmony, and happiness among people, and all shall leave behind ugliness, terrorism, and politics. He will spread the knowledge of peace within the heart, the knowledge of peace within communities, the knowledge of peace between nations, in order that wars and struggles will be taken away from this world and peace will become the dominating factor. I am seeing young people running to him from everywhere, asking for his barakah and blessings. He will show them the way to keep their obligations in the Islamic tradition, to be moderate, to live in peace with everyone of every religion, to leave hatred and enmity. Religion is for Allah and Allah is the judge of His servants."

That prediction has come to pass, just as Grandshaykh `Abdullah had described it. In the year after Grandshaykh (q) passed away in 1973, Mawlana Shaykh Nazim made his first return trip to Turkey, visiting Bursa. Then he went to London. Many young people, especially the followers of John Bennett, came to meet him. As many people began coming to hear him he established his first center there in 1974.
He followed his first visit with annual visits to England and the Continent during and after Ramadan. The Order spread quickly, penetrating all of Europe, together with the United States, Canada and South America. He opened three centers in London for training people in the ways of spirituality, removing their depression and lifting them to a state of peace in their hearts. His teachings continued to spread to all parts of Europe, North Africa, Southern Africa, the Gulf countries, America, North and South, the Indian subcontinent, Southeast Asia, Russia and parts of China, Australia and New Zealand.
On his first visit to the United States, Mawlana Shaykh Nazim visited with Pir Wilayat Khan at his New York spiritual center.

You cannot find in the countries we have named and countries we have not named, a place where the touch of Shaykh Nazim is not felt. This is what differentiates him from all saints that are living now and all saints that came before. You find all languages are spoken in his presence. Every year, in the month of Ramadan, a huge conference is held in London, which more than 5,000 people attend from all over the world. As Allah said, "We made you nations and tribes that you might know one another" [49:13]. His followers come from all walks of life. You find the poor, the middle class, the wealthy, the businessman, the doctor, the lawyer, the psychiatrist, the astronomer, the plumber, the carpenter, Ministers of government, politicians, senators, parliament members, prime ministers, presidents, kings, sultans, and royalty of all kinds, everyone attracted to his simplicity, to his smile, to his light and to his spirituality. Thus he is known as the multicolored, Universal Shaykh.

His sayings and associations (so bet) have been collected and published in many books that are available. These include the Mercy Oceans series, which number more than 35 books, thousands of feet of videotapes, and thousands and thousands of hours of audiotapes.
His life is always intensely active. He is a traveler in Allah's Way, never staying home, always moving from one place to another. One day he is in the East and the next he is in the West. One day he is in the North and the next he is in the South. You don't know where he will be from one day to the next. He is always meeting with officials to encourage reconciliation and peace and preservation of the natural world. He is always sowing the seeds of love and peace and harmony in the hearts of mankind. We hope that in the spirit of his teachings all religions will find paths to reconciliation and leave behind differences to live in peace and harmony.

His predictions for the future of the world are a continuation of Grandshaykh `Abdullah's predictions, announcing events before they occur, warning people and bringing their attention to what is going to happen. Many times he has said, "Communism is going to come down and the Soviet Union is going to split into pieces. He predicted the Berlin Wall would fall. The secret of the Golden Chain of the Naqshbandi Sufi Order is in his hands. He carries it with the highest power. It is shining everywhere. May Allah bless him and strengthen him in His Holy Work. May Allah send much peace, blessings, salutations, and light upon the Beloved Prophet Muhammad , his family, his companions, and all prophets and saints, especially His devoted servants in the Naqshbandi Path and all the Sufi Orders, and especially upon His friend in our time, Shaykh Nazim al-Haqqani.

Kalbu Pecinta


Allahumma....Ya Allah ,
karuniakan padaku kalbu yang dipenuhi kecintaan pada-Mu,
dan karuniakan rahmah-Mu yang selalu turun atas kalbuku,

Allahumma.... Ya Allah
Karuniakan padaku suatu kalbu yang tenggelam dalam kerinduan pada-Mu
agar aku terlupa akan hiruk-pikuk Hari Pembalasan

beban hidup dan jadwal ketat


Hidup di dunia

Jangan hidup di dunia dengan jadwal yang ketat, karena dia tidak akan dapat menyelamatkan mu dari masalah tetapi malah melibatkanmu ke dalam lebih jauh. Jadikanlah masalahmu lebih sederhana sehingga pemecahannya pun akan sederhana, juga jangan meninjau masalahmu dengan kaca pembesar, sehingga mereka berada di luar perspekstif, kebiasaan itu akan menghancur kan kalian secara fisik dan spiritual

Allah tidak ingin hamba-hamba-Nya menderita kesulitan yang tidak berguna. Dia berfirman, Wahai hamba-Ku, jangan bebani dirimu dengan kekhawatiran mengenai masa depan. Kalian cukup membiarkan agar dirimu sejalan dengan Kehendak-Ku dan pasrah dengan maksud-Ku saat ini, lalu sisanya KUjamin bahwa Aku akan menjaga masa depanmu agar sejalan dengan Kehendak-Ku.”

tarian kata


mulanya tarian kata-kata menarik jiwa
kemudian menjadi gerakan dansa mempesona
agh..tak patut ia kusebut cinta,
karena ia lebih kuat dari jiwa cinta itu

kelembutan gerakan membebaskan ruhku
yang terbelenggu dalam bayangmu
jangan..jangan kau didik aku dengan kebisuanmu
karena ingin kuceritakan rahasia dari rahasiaku

hujjahku terletak pada keberanian memintamu
meskipun kau lihat aku tak memiliki rasa malu
sekian lama lisanku pun kemudian dibisukan rinduku
bukankah cinta tak mudah pergi meski kau tetap membisu

ooh kau yang bayangmu selalu mengganggu
janganlah jadikan aku dikuasai ia yg tak menyayangiku
jagalah aku dengan rindu, bukan dengan kebisuan
jangan kau usir aku dipintu kebisuanmu

gazelle run
( mulanya sebaris kalimat lalu menjadi gerakan
kemudian aku tak pernah lupa, ia yang menarikan tarian
jiwa dalam bayangan dibenakku)

kirim tanda-tanda bagi jiwaku


ku bukanlah ia yang mementingkan tubuh yang kasar
sedang yang kurindu hanya jawaban dari jiwamu
bukan tubuhmu, karena ia tak bersatu dialam ruh
ia hanya untuk alam dunia

wahai kau yang maha membisu
kirimlah tanda-tanda bagi jiwaku
hingga kutahan menunggu
memendam rindu

meski kutahu, engkau menyiksaku
dengan cara yang kau kehendaki
tetapi ku tahu kau tak kan menyerahkanku
didepan manusia, kemudian mereka menghinakanku

hanya ku yang mencintamu
meski kutahu kau tak membutuhkanku
hanya kau yang mendidikku dengan luka dan derita
dan kutahu luka ini menyiksa,
tapi siksamu tak melampaui batas

gazelle run

Saturday, July 03, 2004

I started a joke


I started a joke
Which started the whole world crying.
But I didn't see, that the joke was on me.

I started to cry
Which started the whole world laughing.
If I'd only seen, that the joke was on me.

I looked at the sky.
Running my hands over my eyes.
And I fell out of bed.
Hurting my heads, from things that I said.

Till I finally died
Which started the whole world living.
If I'd only seen, that the joke was on me.

If I'd only seen
that the joke was on me.
That the joke was on me.

Pertemuan Yang Baik dan Buruk


Bicara & debat Politik
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
dalam Mercy Oceans (Book Two)

Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani berkata bahwa ada satu pertemuan di mana orang yang mengahdirinya akan meraih derajat kewalian tertinggi. Kekuatan spiritual mereka masuk ke dalam dirimu. Seluruh Nabi dan Rasul memiliki kekuatan seperti itu, dan pertemuan bersama mereka pasti mempunyai efek cepat atau lambat. Jika seseorang melihat, walaupun hanya sebentar kepada Rasulullah dengan perasaan cinta dan penerimaan, dia akan mencapai derajat kewalian yang tertinggi. Ini adalah kekuatan rahasia dan bisa saja terdapat pada beberapa orang.

Sebaliknya ada pula sejenis pertemuan dimana orang-orang yang hadir awalnya bersifat manusiawi namun ketika meninggalkan tempat itu sifatnya berubah menjadi serigala atau ular atau beruang. Ini adalah pertemuan yang tidak bermanfaat, hanya berisi kebohongan dan hal-hal terlarang. Politik adalah untuk para penguasa. Berbicara mengenai politik adalah hal terburuk bagi orang yang tidak berurusan dengannya. Syah Naqsyband pernah ditanya, “Hal apa yang membuat orang kehilangan kehormatannya?”

Beliau menjawab, “Memenuhi dirinya dengan segala hal yang bukan urusannya.” Setiap orang mempunyai tanggung jawab masing-masing dalam kehidupan ini, oleh sebab itu penting sekali untuk mengetahuinya. Sekarang semua orang mulai dari tukang semir sepatu sampai ibu-ibu adalah politikus, mereka yang mengarahkan seluruh dunia. Semua ini karena seorang dokter berkata, “Jangan membuat anakmu takut terhadapmu, jangan memukul pantat mereka, biarkan mereka tumbuh dengan bebas.” Sekarang mereka yang memerintah. Ini adalah puncak kemunafikan, membuat orang tumbuh seperti binatang buas, mereka adalah para pengikut Dajjal, Anti Kristus. Setiap orang harus mengetahui dan menjaga tanggung jawabnya.


Mawlana Syaikh Nazim Adil Haqqani an Naqshbandi

P E R T E M U A N


Pertemuan
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
dalam Mercy Oceans (Book Two)

Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani mendorong kita untuk mengadakan pertemuan dalam acara apa saja, baik minum teh bersama, makan malam bersama atau acara lain yang serupa. Pertemuan semacam itu sangat berguna untuk meredam kemarahan ego dan mempererat tali persaudaraan dan persahabatan. Bahkan berkumpul berdua lebih baik daripada sendirian. Bertemu orang baru sangat disukai dalam Kehadirat Ilahi. Baik sekali bila dikenal oleh banyak orang baik di sini maupun di hari kemudian.

Jagalah agar pertemuan itu sesuai dengan mentalitas semua yang hadir. Gunakan cara yang disukai semua orang. Ini adalah sedekah yang paling baik, yaitu dengan membuat orang senang, membuat tamu kalian senang. Jagalah kehormatan mereka agar nanti mereka akan datang lagi. Berkah Allah berada dalam suatu pertemuan. Dia mengirimkan rahmat dari Samudra Rahmat-Nya bahkan kepada dua orang yang mengadakan pertemuan karena Allah I.


Mawlana Syaikh Nazim Adil Haqqani an Naqshbandi

Mengenai Leluhur Non-Muslim Apakah Masuk Neraka?


Mengenai Leluhur Non-Muslim apakah tidak masuk surga?
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
dalam Mercy Oceans (Book Two)

Di Hari Pembalasan, Allah akan memberi inspirasi ke dalam hati seluruh manusia yang melakukan perbuatan baik selama hidupnya. Jangan khawatir mengenai hal ini. Rasulullah saw berkata bahwa seorang non-Muslim yang melakukan perbuatan baik untuk kepentingan Muslim akan mendapat keimanan yang sejati pada akhirnya. Ini adalah masa Muhammad saw dan ummatnya, tidak ada lagi ummat Nabi Musa (yahudi) atau Nabi ‘Isa (nasrani), semuanya telah berakhir. Semua nenek moyang kalian akan diselamatkan dari neraka atau melewatinya karena ada sumber iman yang berasal dari diri kalian, bagaikan sumur minyak yang mendatangkan kemakmuran kepada suatu negri yang miskin.

Nenek moyang kalian hidup di negri non-Muslim dan tidak mengetahui lebih baik dari apa yang telah tersedia bagi mereka. Mungkin beberapa kebaikan intrinsik dalam hati mereka mengantarkan untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi lingkungan mereka dan dengan demikian pantas mendapatkan keturunan yang Muslim. Rasulullah saw bersabda bahwa seorang anak yang shaleh berdo’a untuk ayah dan leluhurnya. Tak seorang pun yang akan dihukum atas apa yang tidak mereka ketahui sepenuhnya.

Mawlana Syaikh Nazim Adil Haqqani an Naqshbandi

Ego dan Ruh


Apa yang menjadi komponen-komponen praktis dari suatu hidup yang suci?

Hidup sejati adalah dengan ruh-ruh kita. Ego akan habis dan musnah dengan kematian, sedangkan ruh-ruh kita tak akan pernah musnah dan lenyap. Jadi, hidup yang bahagia, hidup yang kekal, dan kekekalan adalah bagi ruh-ruh kita, bukan buat wujud fisik kita. Karena itulah, manusia mestilah mencari kehidupan kekal mereka, tapi halangan terbesar di hadapan mereka adalah ego. Dengan ego, manusia tak akan pernah mencapai kekekalan.

Apa yang menjadikan suatu hidup suci?

Dengan menyelamatkan diri Anda dari tangan-tangan ego. Jika Anda telah selamat dari ego dan tangannya, Anda akan meraih suatu hidup yang suci. Hidup yang suci hanya melalui Langit, bukan di atas bumi. Karena itulah, orang-orang suci berada di Langit, manusia lain di atas bumi.

Mawlana Syaikh Nazim Adil Haqqani an Naqshbandi

Bagaimana Menyembuhkan Penderitaan


Bagaimana Anda menenangkan seseorang yang tengah menderita?

Sebagian besar dari penyakit mereka sekarang adalah penyakit-penyakit yang biasa disembuhkan di rumah sakit jiwa. Mereka butuh rumah sakit jiwa. Manusia abad 21, satu demi satu perlu datang kepada saya, karena saya adalah direktur rumah sakit jiwa internasional. Saya harus memeriksa, apakah seseorang sehat, lalu Saya dapat merawat mereka menurut derajat penyakit jiwa mereka, karena ada demikian banyak jenis-jenis penyakit jiwa. 70 macam penyakit mental. Anda pernah dengar tentangnya? Ada setidaknya 70 macam kegilaan, Anda paham? Saya tahu 70 macam itu. Jika seseorang datang, Saya hanya melihatnya (untuk tahu akan penyakit jiwa-nya-red). Sekarang, dalam zaman kita saat ini, dari sebelumnya hanya 70, kini telah berkembang menjadi 700 macam jenis penyakit jiwa.

Dan yang Saya lakukan adalah membawa mereka kembali pada akar, yang akan tumbuh sebagai cabang-cabang kegilaan. Dan kami berusaha untuk membawa mereka kepada ukuran mereka yang sebenarnya, karena orang-orang saat ini, keseluruhannya, telah keluar dari ukuran mereka yang sesungguhnya. Ada suatu jenis penyakit jiwa di mana seseorang melihat dan memandang dirinya sendiri sebesar dunia ini. Seperti balon. Saya membukanya, dan mengeluarkan mereka. Balon ini datang, datang, dan datang. Saat datang dalam ukuran sebenarnya, habis. Dan ini adalah suatu penyakit kejiwaan yang amat parah. Tiap orang ingin untuk menjadi besar, setiap orang meminta untuk menjadi Sang Nomor 1, untuk menjadi seorang Namrudz, dan berkata, "Saya adalah tuhan." Jadi, itulah tugas saya: jika mereka datang, dan mereka melihat diri mereka sendiri bagaikan raksasa, maka saya setiap harinya akan membuat diri mereka lebih kecil, lebih kecil, dan lebih kecil. Itulah tugas saya, membawa orang-orang kepada ukuran mereka yang sebenarnya. Dan kegilaan macam inilah yang telah membawa kekacauan tak berujung bagi manusia.

Apa yang Anda katakan kepada seseorang yang sakit, atau seseorang yang tengah bersedih, untuk menenangkannya?

Itu bergantung pada (jenis) kegilaan mereka. Saya melihat, dan kami mendapatkan (jenis kegilaannya). Kami tidaklah seperti dokter yang berbuat seperti ini, "Buka mulutmu...". Tidak, Saya hanya melihat, dan Saya tahu dan paham pada tingkat berapa kegilaannya. Kemudian, sedikit demi sedikit, langkah demi langkah kami menjalankan perawatan pada mereka... Di sini, begitu banyak orang terpelajar datang kepada saya, dalam keadaan "tidak waras". Saat mereka datang, mereka harus menjadi seperti orang biasa kebanyakan, pada tingkat pertama. Mereka tak dapat mendongakkan kepala mereka ke atas (yaitu berlaku angkuh-red) selama Saya di sini. Saat mereka tunduk patuh, barulah kami dapat melakukan perawatan padanya. Selesai. Dan 40 hari adalah cukup bagi mereka, untuk membawa mereka pada ukuran mereka yang sebenarnya. 40 hari adalah cukup.

Mawlana Syaikh Nazim Adil Haqqani an Naqshbandi

Apa Kesengsaraan Terbesar


Apa yang menjadi kesengsaraan spiritual terbesar dalam hidup Anda dan bagaimana Anda meresponnya? Apa yang telah menjadi tantangan terbesar dalam hidup Anda?

Hal tersulit bagi saya adalah ego (nafs) saya. Dan halangan tersulit di depan manusia adalah ego mereka. Ego tak pernah bertanya apakah ia memerlukan perbaikan atau tidak. Ego selalu mengklaim, "Saya sempurna dan mereka tidak sempurna." Karena itu, dari awal hingga akhir Anda harus memerangi ego Anda, agar ia menyerah dan menerima bahwa dirinya tidaklah sempurna. Kesempurnaan adalah bagi ruh-ruh kita. Kesempurnaan manusia tidaklah berdasarkan atas ego mereka, karena ego berasal dari dunia hewan, milik bumi, sedangkan kesempurnaan manusia adalah lewat ruh-ruh mereka, karena ruh berasal dari Langit.

Tetapi, selalu saja ego kita berada di depan ruh kita dan berkata, "Saya sudah sempurna." Mengapa Anda berada dalam kesempurnaan? Apa kesempurnaan Anda? Apakah dapat mengangkat beban yang berat ke atas adalah suatu kesempurnaan? Dapat berlari--itukah kesempurnaan? Untuk melompat--itukah kesempurnaan? Berenang--itukah kesempurnaan? Untuk membunuhi orang-orang--itukah kesempurnaan? Makan berlebihan, minum berlebihan, bersenggama berlebihan--itukah kesempurnaan? Tidak, itu semua bukan kesempurnaan! Ego kita selalu berkata, "Oh, sang juara, mengangkat, bergulat, atau bertinju." Demikian pikir mereka. Semua itu hanyalah dari ego! Apa itu? Itukah kesempurnaan bagi manusia? Sayangnya, manusia mengejar kebodohan itu. Itu semua bukanlah kesempurnaan. Mereka hanya membuat-buat kesempurnaan. Kesempurnaan, kesempurnaan sejati hanyalah bagi ruh, dan mereka berlarian mengejar sifat-sifat yang menjadi milik binatang? Menyelenggarakan Olimpiade! Apa itu olimpiade, untuk apa ini? Orang-orang telah menjadi dungu saat ini, gila.

Orang-orang abad 21, berlarian dari satu Olimpiade ke Olimpiade yang berikutnya. Apa itu? Itukah kesempurnaan? Memberikan medali, berbuat seperti ini, bertepuk tangan, kebodohan apa itu? Orang-orang telah kehilangan kesempurnaan sejati manusia yang dimilikinya lewat ruh-ruh mereka. Mereka mengejar ego, dan ego selalu datang dan berkata, "Saya sempurna." Sempurna untuk apa? "Karena saya dapat berlari 100 meter. Rekor baru, Juara." Ini adalah bodoh. Kebodohan macam apa itu? Bagaimana orang-orang dapat mencapai kedamaian dengan kebodohan macam itu. Kedamaian membutuhkan kesempurnaan. Kedamaian datang dari kesempurnaan dan orang-orang malah berlari menuju arah yang lain. Ego selalu melawan ruh. Ruh ingin pergi ke atas, ego meminta untuk turun ke bawah. Ini jelas bagi Anda, Anda mengerti?

Mawlana Syaikh Nazim Adil Haqqani an Naqshbandi

Apa yang tak pernah berubah


Apa yang Anda yakini di dunia ini?
Sang Pencipta tak pernah berubah, dan Langit/Surga pun tak pernah berubah. Apa yang menjadi atribut Sang Pencipta, tak ada yang berubah, sedangkan segala sesuatu kini hari demi hari, jam demi jam, tengah berubah. Yang tak berubah adalah hakikat-hakikat. Di luar hakikat-hakikat, segala sesuatunya akan berubah. Suatu laut adalah laut yang sama, tapi gelombang dan ombak membuatnya selalu berubah di permukaannya, tetapi samudera-samudera adalah tetap. Tak ada perubahan. Tapi Anda harus melihat permukaannya, yang selalu diubah oleh angin setiap saat. Sedangkan samudera, hakikatnya adalah tsabit, tetap, keyakinan


Mawlana Syaikh Nazim Adil Haqqani an Naqshbandi

Apa yang menjadi pesan utama Islam kepada umat manusia


Apa yang menjadi pesan utama Islam kepada Muslim dan yang lainnya?

Seperti sudah saya katakan. Kami tidak membuat suatu perbedaan di antara manusia. Semua manusia memiliki badan yang dilengkapi dengan ego dan ruh. Dan ratusan ribu nabi-nabi telah datang, yang mereka inginkan hanyalah menyelamatkan manusia dari tangan-tangan gurita ego, dan membuat mereka bebas untuk naik ke Surga, ke kekekalan, menuju maqam kekekalan mereka. Jadi, tidak ada perbedaan antara kenabian (nubuwwah) dan nabi-nabi. Target utama setiap nabi adalah untuk menyelamatkan manusia dari tangan ego mereka, akan tetapi manusia selalu memperlakukan mereka dengan keburukan, dan berkata, "Kami tidak mau melakukan ini, kami bahagia dengan ego kami, dengan kesenangan-kesenangan fisik kami, kami bahagia. Mengapa engkau menyuruh kami ke jalan yang lain?"

Non-Muslim memiliki ego, Muslim pun memiliki ego, Non-Muslim mempunyai ruh, Muslim pun mempunyai ruh. Setiap orang yang membebaskan ruh mereka telah mencapai tujuan atau gelar sejati mereka. Jangan pernah memberikan otoritas (pengaruh/ kekuasaan-red) kepada manusia, jika mereka tidak berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri terlebih dahulu.

Jadi, kami tidaklah memerangi Non-Muslim, kami berperang melawan ego-ego yang mencegah manusia mencapai maqam surgawi mereka, atau mencegah mereka meraih dasar hidup kekal mereka. Tidak, kami bukanlah musuh dari siapa pun, bukan! Musuh kami, musuh bersama kita adalah ego-ego kita. Mengapa Saya harus memerangi Anda? Untuk apa? Itu adalah suatu kebodohan. Saya hanya ingin menyelamatkan Anda dari tangan-tangan ego Anda agar Anda menemukan jalan Anda menuju hidup yang kekal.

Apakah maksud dari eksistensi manusia, tujuan dari hidup manusia?
Anda boleh bertanya pada Sang Pencipta. Anda bisa bertanya kepada Ia yang menciptakan manusia. Anda dapat bertanya? Ego Anda akan berkata, "Maksud dari penciptaan adalah untuk menikmati diriku sendiri dengan makan, minum, dengan Olimpiade, dengan segala sesuatu--itu adalah maksud penciptaan." Bagaimana dengan ruh Anda?
Apakah Tak ada ruh!!. Bagaimana bisa saya di sini tanpa ruh?

Mawlana Syaikh Nazim Adil Haqqani an Naqshbandi

Apa yang menjadikan suatu hidup suci?


Apa yang menjadikan suatu hidup suci?
Dengan menyelamatkan diri Anda dari tangan-tangan ego. Jika Anda telah selamat dari ego dan tangannya, Anda akan meraih suatu hidup yang suci. Hidup yang suci hanya melalui Langit, bukan di atas bumi. Karena itulah, orang-orang suci berada di Langit, manusia lain di atas bumi.

Mawlana Syaikh Nazim Adil Haqqani an Naqshbandi

WORLD NAQSHBANDI SUFI WAY CENTER


U N I T E D S T A T E S

M I C H I G A N
Head Office and Mosque, 2415 Owen Rd., Units B & E, Fenton MI, 48430 phone: (810) 593-1222, fax: (810) 222-2885 1-888-278-6624
C A L I F O R N I A
Masjid at-Tawheed, 607 A West Dana St.Mountain View, CA 94041. ph: (650) 968-7007
Masjid al-Iman, 4606 Martin Luther King Jr., Blvd. Oakland CA, 94609, ph: (510) 654-7542
Los Angeles Area Dhikr Dar -ul-Uloom, 18093 Prairie Ave. Suit G, Torrance CA 90504
Call Br. Ashraf at (310) 542-2308 or (310) 921-2786 for directions.
R A N C H O C U C A M O N G A
Upland Area 8837 Grove Ave. Rancho Verde Village Apartment # 1315 Rancho Cucamonga CA 91730, Sr. Tiey at (909) 982-6992 for directions Van Nuys Area, 6420 Balboa Blvd Apt. # 208 Van Nuys CA 91406, Dhikr hotline (818) 781-4135
Northbrook, Illiniois, Haqqani Islamic Sufi Gathering
1810 N. Pfingsten, Northbrook, IL 60062, phone: (847) 272-0319

C H I C A G O Haqqani Islamic Sufi Center, KAZI Publications Office,
3023 W. Belmont Ave. Chicago, IL phone: (312) 267-7001
N E W Y O R K Haqqani Foundation Sufi Gathering Masjid al-Aqsa,136 8th Ave.New York, NY
W O O D S T O C K Sufi Center 805 Zena Rd. Woodstock, NY 12498 phone: (914) 679-2933

N E W J E R S E Y Haqqani Dhikr phone: (201) 236-2179
Indianapolis Indiana Dhikr contact: Nidal (317) 299-2007
Rhode Island Haqqani Dhikr 195 Scapa Flow Road
Charlestown, RI 02813 phone: (401) 364-7412(401) 874-4629.Mail to: mjcarp@uri.edu
Seattle Naqshbandi Dhikr 9040 53rd Ave. South Seattle, WA 98118 phone: (253) 661-7009
Colorado Haqqani Dhikr phone: (303) 492-9966 (dt) or (303) 678-9353 eve.
Washington DC Haqqani Center 6143 Leesburg Pike, #603 Falls Church, VA 22041
Phone/Fax: (703) 820-4342

Ann Arbor Michigan The "Natural Healing" Creative Arts Studio 410 W. Washington Street, Suite A2 Ann Arbor, MI 48104-2210 (313) 930-9807 (313) 930-9832 fax
email: waleed@ix.netcom.com

Texas Dallas Masjid al-Haqq 2723 Alaska Ave. Dallas, TX 75216 phone: (214) 371-6390
Austin Dhikr gathering 3481 Lake Austin Blvd #B Austin, TX 78703 phone: (512) 477-4534
Houston Dhikr gathering contact: Ali Elsayed phone: (281) 873-7907
Northern New Mexico Naqshbandi Zawiya Abiquiu, NM 87510 phone: (505) 685-4500
Arizona Naqshbandi Dhikr Nfisa and Mustafa Maher (602) 323-0683
AZ Naqshbandi Dhikr Hotline (602) 323-0381

C A N A D A
International Centers Canada Montreal
Masjid al-Iman 5405 Ave. du ParcMontreal, Quebec, CANADA (514) 270-9437 Toronto
Muhammad Athar Alawi 75 Havenbrook Blvd.Toronto, ONT M2J 1A8 (416) 493-9313
Vancouver Naqshbandi Dhikr #202 6628 Fraser St.Vancouver, BC V5X 3V2 (604) 599-0807
Windsor Senad Skalajdzic 1923 Edgemore Ave LaSalle,Ont Canada N9H 2J4 (519) 978-2909

E N G L A N D
London, Haqqani Islamic Priory 277 St. Ann's Rd. London, N15 5RG
Peckham Mosque 99 Cobourg Rd. Peckham London, SE15
Shaykh Nazim Mosque Shacklewell Lane Dalston London Birmingham Munir Husayn 46 Denbigh St.
West Midlands (0121) 773 7287 Imran Ilahi (011) 327 6051
Reading Park Community Centre, London Road, READING 9pm, (0118) 946 4758
Sheffield, Sheffield Sufi Center Haqqani House Southview Rd.Sheffield, S7 (0114) 258 9408

S P A I N
Spanish Naqshbandi Center Main Naqshbandyya Zawiya of Spain C/Libertad 21
Orgiva (GRANADA) 18400 e-mail: omarmargarit@arrakis.es tfn . int 34 958-785643.
http://www.arrakis.es/~margarit/sufismo/Centro Samarqand- Valencia Hamsa Ponce
Actor Llorens, St. n? 23 VALENCIA 46021. Tfn 34 96-3619282

Granada,Nuruddin Margarit Tfn. 958 220943 C/ Vereda de Enmedio, 37 18010 Granada
Barcelona Nuevo centro en breve, Abdul Wadud tfn.- 93 6331011
Gavá de Mar Barcelona

S W E D E N
Mohammed Nurul Alam, Research Fellow, Department of Business administration,
Lund University, SWEDEN P.O.Box. 7080, 220 07 Lund. Tel 46 46 222 7843 Fax: 46 46 222 4437 Tel & Fax (Res) 46 46 2 11 92 46

S W I T Z E R L A N D
Ahmet Bamboo Beyeler,Germen 789 CH-9650 Nesslau Phone/Fax: 0041/71/ 99 414 74
Mobil: 0041/78/ 88 000 28 Dhikr-meeting every Thursday evening

T U R K E Y
Cyprus Shaykh Nazim's Home Lefke, Turkish Republic of Cyprus

E G Y P T
Shaykh Abdul Hayy - Home 347 1337, Office 357 5106
Shaykh Abdul Jelil - Home 352 0117
Al-Quds Sheikh Abdul Aziz Bukhari
Sheikh of the Naqshbandi Religious Methods [not Haqqani silsila]58 Viadolorosa Rd.,

G E R M A N Y
Schleiden, Shaykh Hassan Abdul Ahad Dyck Trierer Straße 56 53937 Schleiden ph: 02445-5076
Kultur und Begegnungsstätte Osmanische Herberge 53925 Kall-Sötenich Tel 02441-770642
Freiburg Burhannuddin Hermann 497 612 5267

H O L L A N D
Naqshibandi Center in Holland , Stichting Trust of Truth Galileistraat 97 2561 TA
The Haque Netherlands, Mahmud van Elswijk: +31 70 3653181
Abdullah Haselhoef: +31 11 3503798

I T A L Y
Jamaluddin Ballabio ,Via Coletti 164 47037 Rimini (Rn) Tel.0541/392676

A R G E N T I N A
Buenos Aires, Naqshbandy Dikr Bonpland 1939 - Thursday 20.30
Ahmad Hamidullah Casagrande Germano 2015 (1643) tel / fax: (01) 723-2842
Email: naqsh_arg@hotmail.com
Rosario, Naqshbandy Dikr La Paz 1280 - Thursday 21.00
Abdul Qadir Callieri tel: 48-4176 Entre Rios 1372 P.B. Dep 7 (2000) Rosario
Mar del Plata, Shamsuddin Bustamantez ,Gascon 2961 P.B. "D" (7600) Mar del Plata
tel: (023) 94-4349, Email: webar@argenet.com.ar
Neuquen, Abdur Ra'uf Felpete tel: (099) 422291
Guadeloupe Naqshbandi Dhikr 31, Rue De Nozieres Pointe--a-Pitre, 97110

I N D O N E S I A
Yayasan Haqqani Indonesia, Jl. Tengku Umar No.41 Phone : 62 21 3153013 or 62 21 3153014, Contact persons: Nova/Fendi/Hagi
Naqshbandi-Haqqani Dhikr, Mustofa Masud, Jl Hasbi 40 Otista Jakarta ph: 819 0475

J A P A N
Steven Omar Vazquez 011-81-3117-77584, 0425-52-2510 ext 7-7584

M A L A Y S I A
Haqqani Foundation of Malaysia c/o Dwitasik Sdn Bhd Bandar Seri Permaisuri
Jalan Tasik Permaisuri 1, 56000 Kuala Lumpur tel: 603 932 5658, 603 932 5659
Haqqani Zawiya of Penang, Hajji Nassir 604 642-7151

S I N G A P O R E
Shaykh Zakaria Bagharib, Blk 127, Tampines St. 11, #10-450 Tampines 65 787 0367

P A K I S T A N
Karachi Naqshbandi Dhikr Majlis, Suleman Jamil 92-21-4546768

B R A Z I L
Ordem Sufi Naqshbandi,Abd ar-Rashyd Comitini, Av. Henrique Valadares, 146 s/503
20231-031, Bairro de Fatima ,Rio de Janeiro tel: 00 55 21 508-9969
email: naqsh@urbi.com.br

S R I L A N K A ( C e y l o n )Naqshbandi Dhikr 941 577 689
M A U R I T I U S, Fatema Jauhan 48, Perimbey St. Port Louis PH: 242-4274

S O U T H A F R I C A
Madrasatul Hasanah - Haqqani 5 Joolay Road Hatton Estate 7764 Cape
South Africa, Telephone +27 21 637 6313 or +27 21 593 5567
Fax. +27 21 637 6313 E-mail hawalele@iafrica.com

Thursday, July 01, 2004

PORTAL DAN MILING LIST NAQSHBANDI


Portal Naqsbandy International

http://www.nurmuhammad.com
http://www.sunnah.org
http://www.naqshbandi.org
http://www.naqshbandi.net

naqshbandi_network-subscribe@yahoogroups.com

The Islamic Supreme Council of America
(Promoting classical Islam in the modern world)
1400 Sixteenth Street NW, #B112
Washington, DC 20036 Phone: 202.939.3400 Fax: 202.939.3410
Web site: http://www.islamicsupremecouncil.org
E-mail: staff@islamicsupremecouncil.org

http://groups.yahoo.com/group/naqshbandi_network/
http://www.live365.com/stations/naqshbandisufiway

To subscribe from this group, send an email to:
naqshbandi_network-subscribe@yahoogroups.com

Portal & Miling List Naqsbandy Haqqani Indonesia

http://www.haqqani.net
To subscribe from this group, send an email to:
muhibbun_naqsybandi-subscribe@yahoogroups.com
posted by arief hamdani