Minggu, 11 April 2010

Zikir adalah Kewajiban Terbesar Manusia dan Merupakan Perintah Ilahi

Zikir adalah Kewajiban Terbesar Manusia 
dan Merupakan Perintah Ilahi
Mawlana Syaikh Hisyam kabbani ar-Rabbani
   
  
Bismillah hirRohman nirRohim
   
  Zikir adalah tindakan seorang hamba yang paling sempurna, dan ditekankan 
ratusan kali di dalam al-Quran.  Itu merupakan praktik penyembahan untuk 
mendapatkan ridha Allah, senjata yang paling ampuh untuk mengatasi musuh, dan 
perbuatan yang patut mendapat ganjaran.  Zikir merupakan bendera Islam, semir 
hati, inti dari ilmu tentang Iman, imunisasi terhadap kemunafikan, ibadah 
terpenting, dan kunci dari segala kesuksesan.
   
  Tidak ada batasan yang menyangkut metode, frekwensi atau waktu untuk berzikir 
atau apapun mengenainya.  Beberapa batasan dalam metode berzikir menyinggung 
kewajiban khusus tertentu yang tidak dibicarakan di sini, misalnya dalam shalat 
yang telah ditentukan. Syari’ah sangat jelas dan setiap orang telah mengetahui 
kewajiban ini.  Rasulullah saw bersabda bahwa penghuni Surga hanya akan 
menyesali satu hal, tidak cukup mengingat Allah swt di dunia ini!  
   
  Allah berfirman dalam al-Quran, “Wahai orang-orang yang beriman, perbanyaklah 
zikir!”  (33:41).  Dia berfirman bahwa hamba-Nya adalah, “Mereka yang mengingat 
Tuhannya dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring,” (3:191); dengan kata 
lain, mereka yang mengingat Allah setiap saat baik siang maupun malam.  Allah 
berfirman, Penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang adalah 
tanda-tanda bagi orang yang mengerti, mereka yang mengingat (dan mengucapkan 
dan menyebut) Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring (3:190-191)
   
  Aisyah  ra berkata, sebagaimana yang diceritakan oleh Muslim, bahwa 
Rasulullah saw mengingat Allah setiap saat baik siang maupun malam. Rasulullah 
bersabda, “Jika hati kalian selalu dalam keadaan mengingat Allah, para Malaikat 
akan mendatangi kalian sampai ke titik di mana mereka akan memberi salam kepada 
kalian di tengah perjalanannya.” (riwayat Muslim). 
   
  Imam Nawawi mengomentari hadits ini dengan mengatakan, “Panorama semacam ini 
akan terlihat pada orang yang terus-menerus melakukan meditasi (muraqaba), 
refleksi (fikr), dan antisipasi (iqbal) terhadap alam berikutnya.” (Nawawi, 
Syarh sahih Muslim). Muadz bin Jabal berkata bahwa Rasulullah juga bersabda, 
“Para penghuni surga tidak akan menyesal kecuali satu hal, waktu yang telah 
dilewati mereka tanpa mengingat Allah.”  (diriwayatkan oleh Bayhaqi dalam Syuab 
al-iman (1:392 #512-513) dan oleh Tabarani). Haythami dalam Majma al-zawaid 
(110:74) berkata bahwa semua naratornya dapat dipercaya (thiqat), sementara 
Sayuti dalam Jami al-saghir (#7701) menyatakan bahwa hadits itu (hasan).
   
  Allah menempatkan zikir mempunyai nilai yang lebih dari pada shalat dengan 
menjadikan shalat sebagai cara atau alat dan zikir sebagai sasarannya.  Dia 
berfirman, Perhatikanlah!  Shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar, 
tetapi sesungguhnya, mengingat Allah lebih besar manfaatnya, dan lebih penting 
(29:45). Beruntunglah orang yang mensucikan dirinya, dan mengingat nama 
Tuhannya, dan mengerjakan shalat (87:14-15)
  Maka dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku (20:14)
   
  Qadi Abu Bakar bin al-Arabi menerangkan bahwa tidak ada amal yang sah tanpa 
mengingat Allah (zikir).  Siapapun yang tidak mengingat Allah dalam hatinya 
ketika memberi shadaqa atau berpuasa, contohnya, berarti amalnya tidak lengkap. 
Oleh sebab itu zikir bisa dipandang sebagai amal yang paling baik (dinyatakan 
oleh Ibnu Hajar dalam Fath al-bari (1989 ed. 11:251).
   
  Zikir adalah sesuatu yang sangat penting. Abu Hurayra ra berkata bahwa 
Rasulullah saw bersabda, “Bumi dan segala isinya dikutuk kecuali mereka yang 
melakukan zikir, guru-guru dan semua muridnya.” (Tirmidzi menyatakan hadits ini 
hasan, begitu pula Ibnu Majah, Bayhaqi dan lainnya.  Suyuti menyebutkannya 
dalam al-Jami al-saghir dari pernyataan al-Bazzar yang serupa dengan narasi 
Ibnu Masud dan beliau mengatakan sahih.  Tabarani juga menyatakannya dalam 
al-Awsat dari Abu al-Darda).  
   
  Dengan menyebut kata “bumi dan segala isinya,” Rasulullah merujuk pada semua 
yang menyatakan status atau eksistensinya terpisah dengan Allah, bukannya 
menyatu dengan-Nya. Kenyataannya seluruh makhluk berzikir kepada Allah, karena 
Allah berfirman bahwa semua ciptaan-Nya bertasbih kepada-Nya, dan tasbih adalah 
salah satu jenis zikir. Allah berfirman mengenai Nabi Yunus as, ketika seekor 
ikan paus menelannya, “Jika dia bukan termasuk orang-orang yang bertasbih 
kepada-Ku (musabbihin), dia akan tinggal dalam perut paus itu hingga Hari 
Pembalasan (37:143-144).
   
  Hadits Rasulullah yang baru saja disebutkan juga menekankan pentingnya 
mengikuti seorang guru yang mempunyai pengetahuan, karena tidak ada yang bisa 
mencegah datangnya kutukan selain berkah. Inilah yang dimaksud oleh Abu Yazid 
al-Bistami ketika beliau berkata, “Siapapun yang tidak memiliki Syaikh, 
Syaikhnya adalah setan.”  Hal ini diperkuat dengan dua hadits Rasulullah saw.
   
  Abu Bakar ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Jadilah orang 
yang terpelajar (alim) atau murid (mutaallim), atau pendengar (mustami) atau 
seorang pecinta (muhibb), tetapi jangan menjadi orang kelima karena kalian akan 
binasa.  (al-Haythami berkata dalam Majma al-zawaid (1:22), “Tabarani 
menyatakan dalam al-Mujam al-saghir (2:9), al-Mujam al-awsat, dan al-Mujam 
al-kabir, juga al-Bazzar [dalam Musnad-nya], dan semua naratornya dianggap 
dapat dipercaya.”  Hal itu juga dinyatakan oleh Abu Nuaym dalam Hilyat 
al-awliya (7:237) dan al-Khatib dalam Tarikh baghdad (12:295)).
   
  Sakhawi berkata, “Ibnu Abd al-Barr berkata, ‘orang kelima adalah orang yang 
memperlihatkan permusuhan kepada para ulama dan meremehkan mereka, dan siapapun 
yang tidak mencintai mereka menunjukkan penghinaan kepada mereka atau dalam 
tahap ingin menghina mereka, dan di sana terletak kehancuran.’ (Sakhawi, 
al-Maqasid al-hasana (hal.88#134). Lihat buku Ibnu Abd al-Barr yang berjudul 
Jami bayan al-ilm wa fadlih (1:30)).
  Rasulullah bersabda, “Al-baraqa ma akabirikum,’ Berkah bersama yang lebih 
tua’  (riwayat Ibnu Hibban dalam sahih-nya, al-Hakim yang menyatakan bahwa 
hadits itu sahih, dan Ibnu Daqiq al-Id juga memperkuatnya).
   
  Riwayat lain menyatakan, “Ketika yang muda mengajar yang tua, maka berkah 
telah dicabut.”  (Lihat buku Sakhawi, al-Maqasid al-hasana hal. 155-159#290).
  Orang yang melaksanakan zikir memiliki peringkat tertinggi di hadapan Allah.  
Orang-orang yang menyebut nama Allah dengan konsentrasi telah disebutkan dalam 
al-Quran. Efek terhadap hatinya juga telah dijelaskan dalam al-Quran, 
   
  Di dalam rumah yang Allah telah izinkan supaya dimuliakan dan untuk mengingat 
Nama-Nya di rumah itu, Dia dipujikan siang dan malam oleh orang orang-orang 
yang perniagaan dan jual-beli tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari 
mengingat nama-Nya (24:36-37).  
  Mereka yang beriman dan hati mereka tentram karena mengingat Allah  ingatlah 
sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (13:28)
   
  Selama peristiwa Isra dan Mi’raj  Rasulullah saw diangkat hingga ke titik di 
mana beliau mendengar guratan Pena, yang menunjukkan tulisan Takdir Ilahi. 
Beliau melihat seseorang yang lenyap ke dalam cahaya Singgasana Allah.  
Rasulullah bertanya, “Siapa ini?  Apakah ini seorang Malaikat?  Dia berkata 
kepadanya, “Bukan!”  Rasulullah bertanya lagi, “Apakah ini Nabi?”  Jawaban yang 
didapat juga “Bukan!” Kalau begitu siapa dia?” Jawabannya adalah, “Ini adalah 
orang yang lidahnya basah dengan mengingat Allah di dunia, hatinya terikat 
kepada masjid, dan dia tidak pernah mencela Ayah dan Ibunya. ”(Syaikh Muhammad 
Alawi al-Maliki menyatakannya dalam kumpulan teksnya yang berjudul al-Anwar 
al-bahiyya min isra wa miraj khayr al-bariyya, yang berisi narasi lisan 
mengenai topik tersebut.)
   
  Dalam hadits lain dilaporkan, Seorang pria mendatangi Rasulullah saw dan 
berkata, “Wahai Rasulullah, hukum dan persyaratan dalam Islam terlalu banyak 
buatku. Katakanlah sesuatu yang dapat aku jaga selalu (yakni, khususnya sebagai 
ganti dari banyaknya aturan dan persyaratan yang harus dilaksanakan secara 
umum).” Dengan membaca hal itu pria tersebut berkata bahwa terlalu banyak 
persyaratan yang harus dipenuhi, orang harus mengerti bahwa dia tidak yakin 
kalau dia dapat menjaga semuanya.  Dia menginginkan sesuatu yang dia yakin 
dapat dijaganya.  Rasulullah bersabda, “(Aku menasihatimu untuk melakukan satu 
hal)  Jagalah lidahmu agar selalu basah dengan zikir kepada  Allah.
   (Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hadits ini 
baik (hasan).
   
  Dalam Islam telah dikenal bahwa pekerjaan terbaik di jalan Allah adalah 
berjihad. Tetapi Rasulullah  tetap menempatkan zikir di atas jihad dalam hadits 
yang autentik berikut ini.
  Abu al-Darda ra meriwayatkan, “Suatu ketika Rasulullah saw bertanya kepada 
sahabatnya, ‘Sudahkah Aku jelaskan kepada kalian tentang amal yang paling baik, 
pekerjaan terbaik di mata Tuhanmu,  yang akan mengangkat status kalian di Hari 
Kemudian, dan membawa lebih banyak kebajikan daripada membelanjakan emas dan 
perak sebagai pelayanan kepada  Allah atau ikut serta dalam jihad dan membunuh 
atau terbunuh di jalan Allah?  Ia adalah zikir kepada Allah.’”  (diriwayatkan 
oleh Malik dalam Muwatta, juga Musnad-nya Ahmad, Sunan-nya Tirmidzi, Ibnu 
Majah, dan Mustadrak-nya Hakim, al-Bayhaqi.  Hakim dan yang lain menyatakan 
hadits itu sahih).
   
  Abu Saiid  ra berkata, “Rasulullah saw ditanya, ‘Siapakah hamba Allah yang 
mempunyai peringkat terbaik di hadapan-Nya pada Hari Kebangkitan?’ Beliau 
menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat Allah.’ Aku berkata, ‘Wahai 
Rasulullah, bagaimana dengan seseorang yang berperang di jalan Allah?’  Beliau 
menjawab, ‘Bahkan jika dia melawan orang-orang kafir dan musyrikin dengan 
pedangnya hingga patah, dan menjadi merah dengan darah mereka, sesungguhnya 
mereka yang berzikir lebih baik peringkatnya. (diriwayatkan oleh Ahmad, 
Tirmidzi dan Bayhaqi).
   
  Abd Allah bin Umar berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Segala sesuatu 
mempunyai semir atau pengkilap, dan semir untuk hati adalah zikir kepada Allah. 
 Tak ada yang lebih diperhitungkan untuk menyelamatkan diri dari azab Allah 
selain zikir kepada Allah.  Beliau pernah ditanya apakah ini juga tidak 
diterapkan untuk jihad di jalan Allah, dan beliau menjawab, “Bahkan tidak untuk 
seseorang yang harus menghujani pedangnya hingga patah.”  (Bayhaqi 
meriwayatkannya dalam Kitab al-daawat al-kabir begitu juga dalam Shuab al-iman 
(1:396#522), juga al-Mundhiri dalam al-Targhib (2:396) dan Tabrizi 
menyebutkannya dalam Mishkat al-masabih, pada bagian terakhir buku doa).
   
  Wa min Allah at Tawfiq
   
  wasalam, arief hamdani
www.rabbani-sufi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar