Jumat, 25 Desember 2009

Hikayat “Orang Gila” 2



Syaikh Hisham Kabbani

Philadelphia, 14 Mei 1994

Ketika saya mengatakan : “ Ini syaikh saya.” maka beliau tetap syaikh saya walaupun beliau akan melumatkan saya didalam mesin blender. Saya tidak akan mengubah cinta saya pada beliau. Jika cinta saya berubah, saya tidak akan dapat mencapai maqam apapun. Pikiran-pikiran buruk tentang syaikh akan semakin menarik kalian menjauh dari beliau. Beliau mampu mendeteksi hal itu dalam hati kalian.

Ketika kalian mengakui mempunyai pikiran-pikiran buruk itu, maka lebih mudah bagi syaikh untuk membersihkannya. Namun sebaliknya, bila si murid berpura-pura di depan syaikhnya bahwa dia adalah murid yang super, bahwa dia mencintai syaikhnya, bahwa dia akan melaksanakan apa yang diminta syaikh, padahal hatinya berbicara sebaliknya, maka syaikh-pun mengetahuinya!

Itulah mengapa didalam banyak thariqat, ketika sang syaikh menyelubungi dirinya sendiri dan berada di “dunia lain”, beliau tidak menemukan seseorang yang mampu membawa amanatnya ketika beliau sedang absen. Walaupun ketika di hadapan beliau, mereka tampak sebagai murid yang ulung. Akhirnya, beliau pergi tanpa menunjuk seorangpun, sampai ada yang benar-benar muncul. Ketika murid andalan itu muncul, syaikh memberinya kekuatan. Insha Allah, sebentar lagi murid itu akan muncul diantara kalian. Dia yang akan membawa amanah syaikh dan melanjutkan perjuangannya. Jika kalian pandai, kalian akan tahu siapakah orang itu. Dia seorang yang rendah hati, tidak peduli dengan kehidupan materi ataupun ingin mencapai maqam tertentu dan tidak menonjolkan diri.

Seperti ketika seorang murid sayyidina Abdul Qadir Jailani meninggal, dia dikunjungi 2 malaikat dan bertanya : “Siapa Tuhan-mu ?” Dijawab murid itu,” Abdul Qadir Jailani.” Siapa Nabi-mu ? dijawab : “ Abdul Qadir Jailani.”

Apakah agamamu ? dijawab : “ Abdul Qadir Jailani.”

‘Tempatmu di neraka ! Kemana lagi tempat yang cocok bila seluruh pertanyaan dijawab dengan Abdul Qadir Jailani.’

Seketika itu sayyidina Abdul Qadir Jailani muncul dan mengatakan : “ Siapa yang memberi kalian ijin membawanya ke neraka ? dia telah menyebut namaku, paling tidak tanyalah dulu padaku! aku tidak jauh, dia adalah muridku, jika mau menanyainya, tanyalah aku. Jangan memberi dia siksa kubur tanpa memberi kesempatan meminta dukungan. Hal ini sama dengan menghina aku, aku wakil Nabi Muhammad saw !”

Dua malaikat itu takut pada syaikh Abdul Qadir Jailani. Mereka tidak ingin kena bogem lagi seperti yang pernah dilakukan oleh sayyidina Umar pada mereka. Ketika sayyidina Umar, khalifa kedua wafat, dua malaikat maut mendatangi beliau.

“Siapa Tuhanmu ?” Sayyidina Umar punya watak yang keras, dan beliau diam saja ketika pertanyaan itu diajukan. “Apa agamamu ?” Beliau tetap diam. “Apa kitabmu?” tetap tidak ada jawaban. Akhirnya mereka harus membawa beliau menuju neraka.

Sayyidina Umar berkata,” Aku tidak mendengar apa yang kau ucapkan, mendekatlah kesini.” Mereka mendekat dan mengulang pertanyaan tadi. “Aku masih belum mendengar, mendekat lagi !” Maka malaikat Mungkar mendekat dan bertanya lagi,

” Siapa Tuhanmu ?”

Sayyidina Umar segera mengepalkan tangan dan menonjok tepat di mata malaikat Mungkar. Para awliya mengatakan bahwa malaikat Mungkar hanya memiliki satu mata saja, itu akibat ditonjok oleh sayyidina Umar.

Kata Sayyidina Umar :” Aku baru saja tiba dengan jarak 10 yard, 2 menit dari makamku. Bagaimana mungkin aku lupa siapa Tuhanku dengan waktu sesingkat itu. Sedang kalian yang dikirim Allah dari jarak ribuan dan ribuan tahun jauhnya mengaku tidak melupakan siapa Tuhan kalian ? ambilah bogemku yang kedua ini !” Segera malaikat Mungkar lari menjauh dan malaikat Nakir lari menyusulnya.

Maka kini dua malaikat itu takut pada syaikh Abdul Qadir Jailani. Mereka kembali pada Allah swt, dan Allah berkata : “ Dia salah satu awliya-Ku. Tinggalkan saja dia.”

Lalu Allah memperpanjang hidup murid itu selama 37 tahun lagi. Mengapa ? Karena cinta murid itu pada syaikhnya amat besar dan tidak mampu melihat apapun kecuali syaikhnya. Itulah murid yang benar, mampu menjaga amanah.

Jika saya bertanya pada kalian sekarang, ‘Siapa Tuhanmu ? Siapa Nabimu ? Apa kitabmu?’ maka kalian pasti takut untuk menjawab ‘Syaikh ku!’ Karena itu Shirk, Kufr, tidak bisa diterima. Meskipun hal itu tidak bisa diterima, dan bahkan kita sadar kita harus menyembah Allah, dan ketika kita mengatakan Allahu Akbar kita sedang menyembahnya, namun jika kalian berada dalam maqam Cinta, maka Cinta itu mengambil alih pikiran kalian. Pada saat itu kalian tidak bertanggung jawab atas apa yang kalian katakan dan tidak berdosa.

Saat ini kalian pada tingkatan menggunakan akal. Namun pada saat berada di maqam itu, dimana kalian tidak dapat menggunakan akal pikiran, maka kalian bisa mengatakannya dan hal itu tidak dicatat sebagai sebuah dosa. Seperti orang yang tidak waras, jika dia membunuh seseorang, maka kita tidak bisa mengajaknya bicara karena dia tidak menggunakan pikirannya. Tidak bisa ditindak secara hukum karena dia seperti seorang anak kecil, walaupun tindakannya berdasarkan niat sekalipun. Dia tidak bertanggung jawab, dia tidak menggunakan akal pikirannya.

Jika kalian mencapai maqam cinta sebagaimana yang telah dicapai para awliya, maka shirk tidak ada artinya. Inilah yang ulama gagal mengerti akan keberadaan para wali. Ini kesalahan yang dibuat para ulama dulu dan masih berlanjut sampai sekarang. Mereka katakan, “ Syaikh itu musyrik dan mengatakan sesuatu yang tidak bisa diterima.”

Karena syaikh itu tidak sedang berada di maqam yang biasa. Dia sedang berada di maqam Cinta.



Wa min Allah at Tawfiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar