Jumat, 25 Desember 2009

Siapa Imam-mu?



Syaikh Adnan Kabbani, Fenton - MI, 1993


Kita sedang berenang dalam Samudra Pengetahuan Mawlana. Setiap saat gelombang baru berdatangan. Gelombang beliau tidak pernah berhenti, karena berasal dari Samudra Pengetahuan dari Nabi saw dan sumbernya yaitu Samudra Pengetahuan Allah SWT yang tiada akhirnya. Gelombang pengetahuan itu berasal dari para awliya yang ditujukan pada kita. Gelombang tak berakhir itu selalu membawa makna dan hikmah suci sehingga membuatnya hidup dalam hati kita. Hati kita tidak akan pernah terhubung pada Hadirat Allah tanpa ada perantara, untuk itu Allah mengirim Nabi, kemudian para Awliya sebagai perantara. Jika listrik tidak terhubung pada sumber utamanya, maka sebuah lampu tidak akan menyala. Bagaimana cara hati terhubung dengan para Awliya, Nabi dan Allah ? lewat cinta. Jika kalian mempunyai cinta itu pada Allah, Nabi dan Mawlana Syaikh Nazim, maka mudah bagi hati kalian untuk dinyalakan dan terhubung dengan “Mereka”.

Air suci yang membuat tumbuhan hidup di dalam hati adalah : dhikru-l-Lah : “ Ala bi dhikri-l-Lahi tatma innu-l-qulub” – dengan menyebut Allah, Allah, Allah, Allah setiap saat sehingga membuat hati kalian tumbuh dan tumbuh sampai ( menurut ukuran awliya ) kalian telah sampai pada sebuah posisi yang mengijinkan kalian untuk memasuki hadirat Nabi dan kemudian pada Hadirat Allah. Disitulah mereka mulai membuka pintunya bagi kalian, sedikit demi sedikit.

Pertama, pintu itu akan terbuka lewat mimpi-mimpi dan pada saatnya, seperti sebuah layar dihadapan kalian dimana kalian akan melihat segala hal. Namun kalian tidak akan pernah melihatnya dengan mata fisik ini. Lihatlah dengan mata hati kalian. Allah menciptakan 5 indera bagi kalian, dan indera itu pasti terhubung dengan 5 indera spiritual. Jika tidak saling terhubung, kalian tidak akan mampu berenang dan mengambil sesuatu dari Samudra-Nya. Tidak akan ada yang berakhir dari kami, karena kami berasal dari dunia LA ILAHA ILLA-L-LAH. Kapan dunia itu mulai eksis ? tak seorangpun tahu kecuali Allah Yang Maha Tahu. Kita sedang mengadakan perjalanan di dalam dunia-dunia Allah untuk mencapai Allah. Apa arti dari berasal dari-Nya dan kembali pada-Nya ini ?

Kalian akan dikubur dan dibangkitkan kembali pada suatu hari tertentu. Hari itu penuh dengan kengerian , semua Nabi dan Awliya gemetar menunggunya. Pada hari itu Allah sedang duduk dalam Singgasana-Nya ---lalu pada siapa semua manusia pergi menuju ? Mereka akan menuju Nabi saw . Karena beliau adalah pemilik syafaat ( sahibu-sh-shafa’a ) pada hari itu. Hanya beliau yang diizinkan meminta pada Allah untuk membuka Hari Pengadilan. Mereka meninggalkan Allah SWT dan pergi menuju Nabi saw.

Bagaimana bisa Wahhabi mengatakan : “Kami tidak ingin ada perantara antara kami dengan Allah. Kufr jika ada perantara.” Berarti semua Nabi adalah kafir, karena pada waktu itu setiap dari mereka meninggalkan Allah Yang sedang berada di Singgasana-Nya dan pergi menuju Nabi untuk meminta syafaat ! Jika semua Nabi begitu membutuhkan syafaat itu, apalagi dengan kita ? kita lebih membutuhkan syafaat itu, itulah sebabnya kita harus memintanya setiap saat.Dan syafaat itu tidak diberikan begitu saja, namun diberikan lewat perantara antara kalian dan Nabi, yaitu Syaikh kalian.


Karena Allah SWT tidak butuh shalat kita
Dia tidak membutuhkan segala ibadah kita
Dia Maha Kaya
Ibadah kita tidak membuat Allah lebih hebat
dan jika kita tidak beribadah
tidak akan berkurang Keagungan-Nya
Allah adalah Allah,
ibadah itu hanya bermanfaat bagi kita sendiri.


Jadi, bekal apa yang harus kita bawa untuk menemui-Nya ? Cinta kita pada para Awliya, cinta kita pada 124.000 nabi-nabi, cinta semua orang yang mencintai Allah, sampai cinta pada Allah yang benar-benar ada dalam hati kita. Inilah bekal kita menuju hadirat-Nya. Illa man ata-l-Laha bi qalbin salim. Siapapun yang datang pada Allah SWT dengan hati yang bersih, sebuah hati yang penuh kecintaan akan Allah, maka dia akan mampu berada dalam Hadirat-Nya. Yang lain akan sulit.

Kita ini anak-anak Adam as. Kita bukan binatang tapi umat manusia. Allah membuat sebuah teladan kisah tentang sekelompok anak muda yang beriman dan mencintai Tuhannya dengan sepenuh hati. Namun mereka dihukum oleh raja mereka. Kata Allah : “Pergilah ke gua ini. Hanya dalam gua ini, kalian akan menemukan Perlindungan dan Kasih Sayang-Ku.” Merekapun pergi ke gua bersama seekor anjing yang amat setia menjaga mereka. Para pemuda itu mengusir anjing itu agar tidak menimbulkan kegaduhan, sehingga prajurit raja tidak mengetahui persembunyiannya. Namun anjing itu ingin bersama mereka, dan Allah mengatakan : “ Biarkan dia. Karena cintanya ini, Aku akan mengubah dia menjadi suci dan dia akan memasuki surga bersama kalian.”

Pada hari Pengadilan, anjing para Ahl al- kahf ( orang-orang di gua ) akan menjadi satu-satunya binatang yang memasuki surga. Jika seekor binatang dapat memasuki surga karena cintanya pada mereka yang mencintai Allah, lalu bagaimana dengan kita ?

Jika kita mempunyai cahaya cinta pada Allah, pada Nabi, dan pada para Awliya, kemana kita – para manusia ini akan menuju ? Akankah Tuhan meletakkan kalian dalam sebuah tingkatan yang lebih rendah dari-Nya jika kalian mempunyai cinta untuk-Nya ? Akankah Dia meletakkan kalian pada posisi yang lebih rendah dari Nabi bila kalian mempunyai cinta pada beliau ? tidak akan pernah seperti itu. Jika kalian mempunyai cinta akan Allah dan Nabi, kalian akan bersama “Mereka” dalam tingkatan yang sama.

Yuhsharu –l-mar’u ala dini khalilih, pada hari Kebangkitan nanti , setiap orang akan berada pada tingkatan yang sama dengan mereka yang dicintainya ketika berada di dunia. Pada siapa cinta kalian berikan saat di dunia ? pada SyaikhNazim, Syaikh Hisyam, pada awliya ? maka pada Hari itu kalian akan bersama mereka. Ini adalah hadist. Sebuah janji Allah akan wewenang Nabi.

Allah SWT pada Hari itu akan memanggil setiap orang berdasarkan imamnya. Siapa imam-mu ? Mereka yang menjawab dengan : “Aku tidak perlu imam, aku tidak ingin pembimbing, aku tidak ingin pemimpin, Allah SWT adalah Imam-ku.” Siapa yang menjawab seperti ini tidak akan bisa menuju Hadirat-Nya. Mereka tidak akan dipanggil oleh Allah SWT. Mereka akan di masukkan “gudang-gudang” menunggu dan mencari-cari seorang imam. Siapa yang menerima imam seperti Mawlana Syaikh Nazim dan mengambil bay’at dari beliau, mereka akan dipanggil ketika Allah mengatakan :” Wahai hamba-Ku Nazim, datanglah !” dan kita semua akan datang bersama beliau. “Aku tidak akan menanyai mereka, Aku akan menanyaimu.” Kemudian Allah akan menanyakan tentang semua yang mengambil bay’at dan siapapun yang mencintai beliau.

Syaikh Nazim akan mengatakan : “ Imam-ku adalah Grandsyaikh.” Maka Allah akan memanggil Grandsyaikh, terus berlanjut sampai pada Abu Bakr as-Siddiq, yang akan mengatakan : “ Ya Allah, imamku adalah Nabi, tanyailah beliau.” Semua nabi-nabi akan datang bersama bangsa-bangsanya dan mengatakan : “ Ya Allah, imam kami adalah Nabi, tanyailah beliau.” Dan yang akan bertanggung jawab dan ditanya oleh Allah SWT adalah Nabi SAW. Semua bangsa dan pengikut Awliya akan diwakili oleh Nabi.

Kemudian Allah akan menganugerahi Nabi Maqamu-l-mahmud ( maqam yang agung ) dimana Allah akan memberikan segala yang diminta Nabi bagi seluruh umat, khususnya umatnya. Jika Nabi meminta ampunan, Allah akan mengatakan : “Aku memaafkan mereka demi kamu, ya Muhammad-Ku tercinta.” Lalu kemana kita akan pergi ? ke surga. Apakah neraka akan kosong ? Tidak. Allah akan mengisi neraka dengan karakter-karakter buruk kita, perbuatan-perbuatan buruk kita, yang akan memasuki neraka dalam bentuk dan penampakan/figur yang sama dengan kita. Itulah mengapa Allah berfirman : “ In kullun illa wariduha wa kana ala rabbika hatman maqdiyya.” Setiap dari manusia pasti masuk neraka, baik dia seorang nabi, orang suci atau siapapun.

Mereka pasti melewati neraka. Siapa yang memiliki perbuatan buruk, neraka akan mengambilnya. Siapa yang mempunyai iman, iman itu akan membawanya ke surga. Jika tidak memiliki iman dan tidak berbay’at pada siapapun, mereka akan tetap tinggal di neraka sampai Nabi mengeluarkan mereka. Dan sisanya yang tidak dikeluarkan oleh Nabi, akan ada suatu hari dimana Allah akan mengeluarkan mereka dengan Tangan-Nya dan akan disebut sebagai : ‘utaka’ u-r-Rahman ( diselamatkan atas Kemurahan-Nya ).

Kita ini hamba-hamba. Kita harus sadar beban kita dan jagalah adab dengan orang lain. Allah akan menempatkan kalian pada sebuah maqam yang sangat tinggi, dimana ketika orang lain memandang kalian , mereka tidak tahu apakah kalian Allah atau bukan - ka’annahu Hu - .Allah akan menganugerahi kalian keajaiban-keajaiban. Namun kalian terlebih dahulu harus membuang nafsu dan bahkan sifat manusia kalian. Jangan menjadi apapun. Dengan begitu kalian akan menjadi apapun. Jika kalian selalu berhias dengan ego dan sifat-sifat manusia, maka kalian akan tetap mandeg dalam dunia ini. Kalian tidak akan menjadi manusia ‘surgawi’.

Bagi kita, ketika Mawlana berpidato, kita tidak sedang mendengarkan suara Syaikh Nazim, kita sedang mendengarkan Allah yang sedang Berbicara melalui Rumah-Nya ( hati manusia ) yang bernama Syaikh Nazim. Mawlana bahkan mengatakan : “ Pertimbangkan segala mata yang melihatmu adalah Mata Allah, dan semua telinga yang mendengar adalah Telinga Allah. Maka kalian akan berada di jalur yang benar menuju Allah.”

wa min Allah at Tawfiq bi hurmat al Fatiha

1 komentar: