Rabu, 16 Desember 2009

KARENA CINTA

Karena Cinta
Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
Yuba City Mosque, USA
1 November -2003


[ Massa menyambut Shaykh Hisyam Kabbani dengan kalimat Allahu Akbar! dan Shalawat Nabi Ya Rasulullah!] As-salaam `alaykum wa rahmatullahi wa barakatuhu.

Saya merasa mendapat kehormatan berada disini
menyampaikan ceramah yang mungkin bukan sesuatu yang
baru, namun setidaknya dapat menyegarkan ingatan kita.

Senang rasanya melihat seorang Rabbi, pendeta yahudi
yang juga hadir disini dan masyarakat dari berbagai
agama. Kita selalu mencoba membangun jembatan agar
dunia menjadi penuh dengan kedamaian. Segala sesuatu
di dunia ini dibangun berdasarkan cinta. Jika tidak
ada cinta, tidak ada apapun, karena segala yang hidup
terjadi karena cinta. Saat manusia mencintai satu sama lain, maka akan ada buah dari cinta mereka.

Kebanyakan kalian disini adalah para petani. Kadang
ketika saya membeli sebuah pohon, mereka meminta saya
untuk membeli 2 buah. Katanya : "Anda butuh jantan dan betina, jika mereka tidak berdekatan, mereka tidak akan menghasilkan buah." Begitupun dengan hewan.

Jika cinta menjadi poin utama di dunia ini, segala
sesuatu pasti akan seimbang. Segala sesuatu di dunia
ini berasal dari cinta. Untuk mencapai hidup yang
seimbang, kalian harus punya cinta.

Umat Yahudi menyintai Musa as, mereka mengikuti
ajarannya. Orang Kristen mencintai Yesus. Muslim
mencintai Muhammad saw, dan mereka mengikutinya.
Inilah keimanan kita. Karena cinta, kita membangun
komunitas-komunitas. Dengan cinta kita membangun diri
dan kehidupan abadi di akhirat kita kelak.

Tanpa cinta kita akan menjadi gelisah dan bingung.
Tanpa cinta kita ciptakan peperangan, pertengkaran dan kriminalitas. Untuk apa tujuan kita hidup selama 60-70 tahun lalu meninggal? Allah swt tidak mengirim kita kedunia untuk tujuan berkelahi. Kita juga tidak akan membawa harta dunia apapun bersama kita kelak. Kalian hanya akan diletakkan di lubang kubur lalu ditutupnya dengan tanah.

Apa yang tertinggal setelah itu? Jika keluarga, teman, tetangga kalian menyayangi kalian semasa kalian hidup, maka mereka akan mendoakan. Jika mereka tidak suka maka mereka akan mencaci kalian. Cuma itu. Tidak ada jalan lain. Cuma ada dua cara hidup didunia ini : Jika kalian sayang pada mereka yang baik, kalian akan sukses. Jika kalian cinta pada cara-cara iblis, kalian akan kalah. Begitu juga para penganut agama ada yang baik dan buruk. Kita berharap mereka yang buruk suatu saat akan menuju kebaikan.

Allah swt berfirman, "Ya Ayyuhal alladheena aamanoo
Ati`ullaha wa ati`ur-rasoola wa ulil-amri minkum" -"
Patuhi Allah, Nabi dan mereka yang punya wewenang
diantara kalian."( 4:59 )

Sebagai contoh, bila kalian tidak patuh pada polisi
lalu lintas, apa jadinya kalau kalian parkir di tempat yang dilarang, maka kalian harus membayar tilang. Itulah yang dimaksud Allah swt, " Patuhi hukum negaramu, patuhi polisi dan patuhi ajaran Nabi, patuhi Aku."

Dia tidak mengatakan, " Abaikan semua orang." Karena
bila di dunia ini kita mengabaikan hukum, kita akan
masuk penjara. Negara dan Dunia menjadi kacau tanpa
hukum, jadi kenapa kita mengabaikan Allah swt dan
Nabi-Nya? "man yuti`i ar-Rasul faqad ata` Allaha" –
Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia
telah menaati Allah. [4.80]

Dan Nabi Muhammad saw mengatakan tentang tingkat ke
dua dari Islam, yaitu "an tu'minu billahi wa
malaa'ikatihi wa kutubihi wa rasulihi wa bil yawm
il-akhiri was bil-qadari khayrihi was sharrihi min
Allah." Untuk beriman pada Tuhan, Malaikat - malaikat-Nya, Kitab-kitab suci-Nya, utusan-utusan Nya, Hari kiamat dan Takdir-Nya.

Karena untuk berhubungan dengan surgawi, merekapun
disusun dalam urutan : Pertama percaya pada Tuhanmu,
lalu malaikat-malaikat-Nya, lalu percaya pada kitab
suci-Nya, dan seterusnya. Lihatlah tiap kata-kata
percaya pada malaikat-malaikatNya disebut sebelum
percaya pada utusan-utusan-Nya. Dia menjaga urutan,
disiplin dan prinsip. Setelah malaikat-malaikat, Dia
katakan Kitab-kitab-Nya (bukan satu kitab saja )
Artinya kitab Torah, Injil, Psalms David dan kitab
suci lain yang datang sebelumnya. Dia jaga semuanya.
Maka kalian tidak boleh melompati urutan. Islam
mengajarkan disiplin dengan cara yang indah.

Mereka yang mengatakan bahwa tidak ada hirarki dalam
Islam, hal itu karena mereka ingin langsung melompat
menjadi bos, pimpinan. Mereka mengikuti ideologi yang
berkembang disekitar kita, sekte baru, agama baru yang dibuat oleh para teroris wahabi. Islam tidak
mengajarkan kita agar menabrakkan pesawat kita pada
gedung dan membunuh orang-orang. Itu bukan Islam, hal
itu bahkan bukan perbuatan manusia, karena itu sangat
tidak manusiawi.

Mereka merusak citra muslim dan Islam. Kini kita harus membela Islam! Kenapa saya harus membela Islam? Karena Islam membela saya. Sayyidina Muhammad saw membela saya. Saya tidak membela agamanya dan
sifat-sifatnya. Saat ini banyak orang-orang datang dan menyerang Nabi saw, lalu beberapa muslim membela
beliau. Beliau tidak butuh pembela. Allah Yang akan
membela beliau! Wallahu y`asimuka min an-naas... Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia [5:67]

Saat Nabi Muhammad saw membawa pesan agama Islam,
saudara-saudara terdekatnya melawan beliau. Pamannya
tidak percaya pada beliau. Namun beliau tetap diam.
Selama 13 tahun di Mekah, Nabi tidak pernah
mengeluarkan pedangnya. Saat ini orang-orang berkata
bahwa Islam adalah agama yang kasar, padahal Nabi saw
tidak pernah mengeluarkan pedang kecuali untuk membela diri.

kaum kafir Quraisy mendatangi Nabi saw dan berkata,"
Akan kami berikan apapun yang kamu minta. Berhentilah
menyebarkan Islam." Jawab Nabi saw, " Walaupun kalian
letakkan bulan di tangan kiriku dan matahari di tangan kananku, aku tidak akan berhenti. Aku tidak mengejar posisi, uang atau ketenaran. Aku mengejar firman Allah semata."

Ada banyak tempat di atas bumi ini. Pergilah ke
samudra sana. Jangan berkelahi di atas daratan. Pergi
ke lautan dan peranglah sesuka kalian sampai asin
tubuh kalian! Jangan menghancurkan bumi dan merusak
air tanah.

Saya akan bercerita tentang salah satu sahabat Nabi
saw, Salman al-Farsi. Ayahnya adalah penganut
Zoroaster. Beliau tinggal di Persia, sekarang disebut
Iran. Umurnya panjang, mungkin 140 tahun, namun ada
yang mengatakan lebih. Saat itu beliau sedang mencari
kebenaran. Beliau dibesarkan sesuai ajaran Zoroaster.
Namun saat orang tuanya meninggal, beliau mulai
menjelajah dari satu agama ke agama yang lain.

Bukan berarti agama lain salah, namun beliau menginginkan sesuatu. Jika seseorang mencintai sesuatu, hatinya akan selalu terhubung dengannya. Salman bercerita tentang hal ini, pada sebuah hadist Nabi saw, disebutkan bahwa beliau saw meminta Salman al Farisi untuk menceritakan hal ini pada para sahabat.Salman menuturkan," Aku sadar, bahwa hatiku belum merasakan kepuasan spiritual, maka akupun mencari sesuatu yang lebih. Pertama aku menemui seorang pendeta Yahudi. Kukatakan padanya, " Saya sedang mencari kebenaran." Jawab sang rabbi, " Anakku, kamu masih muda. Aku dapat mengajarimu." Aku ingin belajar pada dia, karena kulihat dia sangat alim, jujur dan terpelajar. Sang rabbi menerimaku dengan syarat bahwa aku harus menolong segala kebutuhannya, karena dia sudah lanjut usia.

Maka akupun hidup bersama orang itu, melayani dia dan
dia mengajari aku. Aku bekerja untuknya. Saat dia akan meninggal, aku bertanya,"Kemana aku harus pergi bila engkau telah meninggal? Apa yang harus kulakukan? Jawabnya : "Tidak ada lagi ulama yang benar di negara ini. Sebagian telah korup, bayangkan 1500 tahun yang lalu saja sulit untuk mencari ulama yang tak korup, bagaimana dengan saat ini? Akan kukirim engkau ke Iraq, ada seorang temanku disana yang sangat alim dan jujur"

Kemudian aku menempuh jarak yang jauh menuju Iraq,
butuh waktu berbulan-bulan, sampai aku menemukan orang yang dimaksud guruku. Dia menerima permintaanku untuk melayaninya. Dia mengajariku banyak hal. Saya mencintainya seperti saya mencintai ayah dan ibu saya. Dia berhati murni dan sangat baik.

Ketika tiba saat dia akan meninggal dunia, akupun
menanyakan pada dia," Apa yang harus kulakukan ? "
Jawab rabbi, " Pergilah ke Sham. Ada seorang beriman
disana yang akan mengajarimu." Maka akupun pergi
menemuinya, belajar. Sampai kemudian waktunya dia
juga meninggal dunia, aku tanyakan padanya," Apa yang
harus kulakukan?" Jawabnya, " Aku tidak tahu guru-guru lain lagi. Namun menurut kitab-kitab yang aku punya, disebutkan tentang seorang Nabi yang akan datang. Beliau akan hidup diantara dua gunung hitam dan pepohonan kurma. Pergilah, kamu akan bertemu beliau disana."

Sekarang aku telah melewatkan 50-60 tahun melayani
dari satu guru ke guru lainnya, namun kemana lagi aku
harus pergi? Guru menyebutkan tanah Arab, namun Arab
yang mana? Aku menunggu dan terus menunggu. Guruku
telah meninggal dan aku memelihara kawanan domba dan
onta. Aku sudah punya sebuah rumah dan modal. Saat itu ada sebuah karavan yang akan pergi menuju tanah Arab, aku memohon agar bisa ikut mereka. Mereka bilang, " Kami minta biaya." Jawabku,"Ambil semua unta, domba dan kambingku", maka merekapun menerimanya.

Namun di tengah jalan mereka berubah menjadi kawanan
iblis-iblis. Mereka menjualku pada seseorang sebagai
budak. Aku melayani tuanku dengan sabar sebagai
seorang budak. Saat seseorang sedang jatuh cinta, dia
melakukan segalanya dengan tulus. Itulah yang rabbi
dan semua keyakinan ajarkan. Untuk melayani Tuhannya.
Salman al-Farisi menerima takdirnya sebagai budak, dia tidak memberontak, karena Salman sedang menuju jalan kebenaran, maka hanya kebaikan yang ada di hatinya.

Dia ingin menjadi seseorang yang berguna bagi
komunitasnya. Itulah yang dia yakini. Dia terima
takdirnya sebagai seorang budak dan sabar serta setia
pada mereka yang dia layani. Apapun yang disuruh
majikan, aku patuhi. Aku tahu itulah takdirku. Aku
bekerja padanya selama beberapa tahun, namun
hatiku tetap membara untuk pergi ke tanah Arab untuk
bertemu dengan Nabi yang disebutkan guruku.

Setelah beberapa tahun bekerja sebagai budak, suatu
hari ada sebuah karavan yang berkunjung. Pemiliknya
adalah teman majikanku, dia sangat menyukai aku.
Dimintanya aku untuk menjadi budaknya dengan cara
membeli dari majikanku. Setelah disetujui, akhirnya
aku berganti majikan. Kami bepergian berbulan-bulan
sampai akhirnya tiba di sebuah kota kecil dimana
kulihat pegunungan hitam dan pohon-pohon kurma.
Lihatlah bila Salman memberontak, tidak menerima
takdirnya belum tentu ia akan bertemu teman majikannya yang akhirnya membawa Salman ke kota yang disebutkan gurunya terdahulu.

Aku berkata pada diri sendiri " Akhirnya kutemui
sesuatu yang membuatku puas." Itulah hal yang
memuaskan dia. Jika kamu puas akan sesuatu, maka
terserah kamu untuk menerimanya atau tidak. Allah swt
berfirman, " Tidak ada paksaan dalam agama." [2:256]
Kalian tidak boleh memaksa orang dalam hal apapun.
Jika dia ingin menjadi yahudi, maka dia akan menjadi
seorang yahudi. Jika ingin jadi kristen, diapun akan
jadi kristen. Bukan kewajiban kalian untuk menggedor
pintunya dan menyuruh orang menjadi muslim.

Kalian bukan seorang utusan. Jika seseorang datang dan bertanya pada kalian, maka kalian jelaskan. Jika ada yang tertarik dengan Islam, kalian boleh berdiskusi dengan mereka. Maka Sayyidina Salman al-Farsi sampai pada kota yang dimaksud. "Aku mulai melayani majikanku dengan mengumpulkan kurma-kurma untuknya." Aku menunggu Nabi setiap hari dengan penuh keresahan. Pekerjaanku adalah memetik kurma untuk tuanku, namun sebagian adalah milikku sendiri.

Suatu hari kudengar seorang anak kecil menyanyikan
shalawat,"tala`al-badru `alayna." Aku sedang berada
di Masjid Quba [sekitar 12 km dari Madinah]. Kudengar
Sang Nabi pindah kesini dari Mekkah, maka turunlah
aku sambil membawa beberapa kurma-kurma milikku
sendiri. Guru terakhirku mengatakan akan ciri-ciri
Nabi saw, bahwa Beliau saw berkenan memakan sesuatu
dari hadiah, tapi tidak berkenan memakan dari sedekah. Dan dia mempunyai sebuah tanda di lehernya, Khatm an-Nubuwwat.

Aku pergi menuju Masjid Quba. Semua sahabat sedang
duduk mengelilingi Nabi saw. Kutawarkan kurma pada
beliau," Ya Muhammad! Ini kurma dariku. Aku tahu Anda
dan para sahabat amat lelah. Terimalah kurma-kurma ini sebagai sedekah dariku". Nabi saw mengambil
kurma-kurma itu dan mengatakan," Semoga Allah membalas

kebaikanmu." Dan beliau membagikan kurma-kurma itu
pada sahabat-sahabat beliau. Aku hanya memperhatikan
apa yang beliau lakukan. Beliau sama sekali tidak
menyentuh kurma-kurma itu.

(Salman adalah seorang Zoroaster yang datang ke
Madinah dari Sham lewat Mosul, Salman al Farisi asli
dari Persia. Dia ingin membuktikan sendiri tanda-tanda Ke Nabian itu).

Setelah satu minggu, aku kembali lagi menemui Nabi
sambil membawa kurma. " Ini sebagai hadiah dariku, Ya
Rasulullah." Nabi mengambil sebutir kurma, menciumnya
dan memakannya lalu dibagikan kurma-kurma itu pada
sahabat-sahabatnya. Sehingga kemudian aku tak sabar
untuk melihat tanda terakhir beliau untuk melihat
Khatm an-Nubuwwat.

Aku sudah mencoba mengintip, namun malu rasanya
meminta Nabi untuk memperlihatkan tanda itu. Suatu
saat ketika Nabi menggali sebuah lubang untuk mengubur jasad seseorang, aku mengikutinya untuk melihat Khatm an-Nubuwwat milik Nabi saw. Lihat betapa "Nabi khawatir akan keselamatan umatnya" [9:128] beliau menggali sendiri kubur salah satu sahabatnya dan tidakkah kalian mengira bahwa beliau akan menyelamat kan kita agar masuk surga?

Saat Nabi saw menggali, Salman mulai mengamati
punggung beliau. Tiba-tiba Rasulullah saw berkata, "
Ini lihatlah! inikah yang kamu cari selama ini?",
dengan tersenyum sambil menyibakkan sedikit jubah
beliau sehingga Khatm an-Nubuwwat itu terlihat. Nabi
saw mengetahui Salman al Farisi telah berjalan ribuan
kilometer, menerima takdirnya sebagai budak hanya
untuk mencari kebenaran yang hakiki.

Di kemudian hari berkaitan dengan Salman al-Farsi,
kaum Ansaar dan Muhajirun berdebat. Kaum Anshaar
mengklaim " Dia berasal dari kaum kami, dia dari
Madinah." Kaum Muhajirinpun mengklaim," Tidak, dia
pindah dari Sham ke Persia." Nabipun menghentikan
mereka, dan berkata," Tidak. Dia bukan berasal dari
kaum kalian. Dia adalah dariku, Ahl al-Bayt, Keluarga
dari Rumah Nabi saw.

Hadist diatas punya makna yang dalam, bahwa seorang
asing yang tidak ada hubungan darah atau perkawinan
dapat menjadi anggota Ahl al-Bayt, jika punya cinta
yang luar biasa terhadap Nabi saw. Mereka yang membaca na'at dan menulis puisi pujian Shalawat pada Nabi saw insha-Allah juga termasuk keluarga dari Nabi saw.

Inilah Islam. Sesuatu yang harus kalian rasakan,
karena cinta, walaupun terasa asam atau manis. Ketika memasukinya, kalian akan bisa mengenalnya. Tetapi saat ini, orang-orang yang tak berpengetahuan hanya belajar sedikit, mereka datang dan membuat kegaduhan seperti sebuah kotak korek api yang hanya berisi tiga atau empat didalamnya. Berbeda dengan kotak korek yang isinya penuh; kocoklah, pasti tidak akan terdengar suara gaduh.

Artinya penganut yang tulus, yang tidak mengincar
jabatan dunia atau kursi Direktur akan hidup puas
dengan apa yang Allah swt berikan. Mereka hidup 60-70
tahunan. Mereka bisa dokter, insinyur atau orang-orang miskin, namun mereka puas. Tapi mereka yang "seperti tiga batang korek api" akan membuat kegaduhan sehingga akan membingungkan masyarakat. Janganlah kalian menjadi seorang yang seperti itu, yang hanya menyakiti sesama muslim dan membuat citra Islam menjadi buruk.

Sabda Nabi saw, "la farqa bayna `arabiyyan wa
`ajamiyyan illa bi-taqwa." – "tidak ada perbedaan
antara orang Arab dan bukan Arab kecuali ketaqwaan
pada Tuhan." Jika dia muslim, hubungan kita bergantung pada ketaqwaannya. "Astaghfirullah hal-`adheem" Bihurmati Fatihah.

Wa min Allah at Tawfiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar