Selasa, 22 Desember 2009

Ciri-Ciri Seorang Mursyid (bagian 2)

Ciri-Ciri Seorang Mursyid
Syaikh Nazim al Haqqani dalam Mercy Oceans (Book Two)


Syaikh ‘Abdullah Faiz ad Daghestani bertutur tentang ciri-ciri seorang Mursyid, seorang yang membimbing manusia ke jalan yang benar dan merupakan penerus Rasulullah saw. Dalam bahasa Arab, Mursyid juga berarti seorang kapten yang memimpin kapalnya menuju pelabuhan yang tak dikenal sebelumnya. Setiap orang mempunyai tujuannya masing-masing, tidak ada dua orang yang benar-benar sama dan berpikir mengenai suatu hal yang sama. Setiap orang yang tidak mengetahui cara melangkah menuju tujuannya membutuhkan seorang pembimbing.

Masa depan adalah sesuatu yang tidak kita ketahui, tetapi pengetahuan tentang hal itu telah diberikan kepada Rasulullah saw dan Awliya. Kita semua berada dalam kegelapan dan membutuhkan cahaya, yaitu cahaya Rasulullah saw yang dapat memberi informasi kepada kita apa yang akan kita jumpai dan juga cahaya Awliya untuk membimbing kita menuju tujuan kita masing-masing.

Salah satu ciri seorang Mursyid adalah dapat dipercaya. Dan ini hanya dapat dirasakan oleh hati kita, bukan diukur dengan penggaris atau skala. Hati kita akan memberi tanda dan dia tidak akan pernah membuat kesalahan. Jika seseorang duduk bersama seorang Mursyid sejati, dia akan merasakan kedamaian, ketenangan dan kepuasan batin. Dengan kata lain kita akan merasa sangat berbahagia, inilah tandanya. Kita dapat melupakan segala masalah karena kita berada dalam samudra. Sekarang banyak orang yang pergi ke tepi laut, untuk apa? Karena ketika mereka menyelam ke dalam air, mereka akan menemukan ketenangan dan merasakan kenikmatan. Pada saat tubuh kita merasa lelah, jiwa akan meminta pergi ke laut. Demikian pula dalam hidup ini kita membutuhkan orang yang bisa menyerupai samudra sehingga hati kita dapat menikmati dan mendapat kepuasan dari orang itu.

Mursyid mengajarkan bagaimana kita menjalani hidup ini. Kita hidup dalam lingkungan yang sedemikian rupa sehingga kita banyak menjumpai hal-hal yang tidak kita sukai. Tidak ada orang yang berkata, “Segalanya berjalan sesuai yang aku inginkan,” bahkan bagi seorang Carter atau Brezhnev (mantan presiden Amerika dan pemimpin Uni Soviet—red) sekalipun. Setiap hari kita menghadapi hal-hal yang tidak kita sukai, tetapi kita harus melewatinya untuk mencapai tujuan kita. Seperti kapal yang berjuang menembus gelombang besar dalam samudra, dan kapten kapal dengan tangan yang kokoh mengendalikan kemudinya, kita pun harus jalan terus tanpa berbelok ke sana ke mari.

Semua hal tadi hanya dapat terjadi atas kehendak Allah. Segala kejadian berlangsung seperti yang Dia inginkan. Jika kita mengetahui hal ini, kita akan mencapai taslima, pasrah, dan damai. Bila kita mampu meniadakan perlawanan maka kehendak-Nya-lah yang akan membimbing kita dengan mudah menuju tujuan kita masing-masing. Oleh sebab itu perilaku terbaik adalah pasrah atau berserah diri. Seseorang yang berjuang keras agar tidak tenggelam di laut malah tenggelam, kemudian tubuhnya akan muncul ke permukaan dengan mudah. Seorang hamba yang tidak melakukan perlawanan akan mencapai tujuannya tanpa kesulitan atau kelelahan. Rasulullah dan Awliya seperti itu. Mereka menemukan surga di dunia ini. Kadang-kadang Saya berkata dalam hati, “Alhamdulillah keinginanku tidak tercapai, kehendak-Nya adalah yang terbaik.”

Wa min Allah at Tawfiq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar